Kim Taehyung

4.5K 643 14
                                    

Lelaki itu berdiri di tengah, dan banyak orang mengerumuninya. Suaranya menggema dalam keriuhan manusia yang berlalu lalang. Suaranya berat, dan mampu memikat mereka. Ia memejamkan mata, bernyanyi dengan tenangnya, diiringi instrument yang keluar dari speaker kecil miliknya.

And I'll hold a piece of yours
Don't think I would just forget about it
Hoping that you won't forget

Tepuk tangan menyambutnya kala lagu itu selesai. Ia tersenyum, membungkuk singkat beberapa kali setelah menerima uang suka rela, anggap sebagai bentuk penghargaan untuknya.

"Gamsahabnida... Gamsahabnida..." Ia masih memasang senyum lembut, perlahan orang-orang itu menyingkir dan senyumnya berganti menjadi senyum kemenangan. Ia memungut tasnya yang dibuka lebar, wadahnya untuk menampung uang sukarela tadi.

"Sepertinya kita mendapatkan lebih banyak hari ini, eomma," ucapnya pada seorang wanita yang keluar dari belakang bangunan. Ia tersenyum juga, senyum serupa seperti putranya.

"Eo, eomma juga banyak mendapatkannya." Wanita itu mengeluarkan beberapa dompet dari tasnya, "tapi, kita tidak mungkin datang kesini lagi."

"Arra.."

Taehyung mengulurkan tangannya, yang langsung digenggam oleh sang ibu. Mereka berjalan beriringan, seperti diliputi kebahagiaan, bibir mereka sama-sama melengkung senyum. Setiap langkah yang diambil seolah ringan tanpa beban.

But, who knows?

Kita tidak pernah tahu mengapa mereka melakukan tindakan licik yang hina. Mengapa mereka melakukan pekerjaan yang seakan itu benar, nyatanya salah besar? Terlihat kumuh dan bernyanyi tulus, menginginkan rasa iba banyak orang, nyatanya hanya uang yang mereka pikirkan.

Hina, ya?

Keduanya berjalan memasuki gang sempit yang gelap, beberapa penerangan tampaknya tak membantu banyak, ditambah hari sudah semakin larut.

Suara sirine polisi terdengar dari kejauhan, tapi kedua orang itu sama sekali tidak terganggu, tidak merasa takut. Toh, sudah 5 tahun menjadi profesi seperti ini, tidak ada yang menyadarinya, kan?

"Mereka disana!"

Sontak mereka berhenti melangkah, berbalik dan mencerna keadaan selama 3 detik. Setelahnya, Taehyung menarik tangan sang ibu, berlari sekuat yang ia bisa.

"Berhenti! Ini peringatan polisi!"

Jalan masuk mereka sudah dihalangi satu mobil polisi yang menyala merah-biru. Suara teriakan menggema membelah keheningan malam.

Taehyung bersumpah, dia tidak akan berhenti walau kakinya mulai berdenyut sakit.

Bruk!

Ibunya tersungkur, mau tidak mau membuatnya langsung berhenti. Taehyung berjongkok, mencoba membantu ibunya berdiri.

"Ayo, eomma, mereka akan menangkap kita! Ayo, cepat!" ia berseru ditengah nafasnya yang tak beraturan.

"Tidak, Taehyung... eomma tidak kuat lagi..."

"Eomma! Astaga, tidak ada waktu!" Taehyung segera mengangkat tubuh ibunya yang kurus, menggendongnya di punggung dan kembali berlari.

Dia, tidak akan berhenti, pun menyerah.


Telinganya mulai berdengung, matanya mulai berbayang, nafas yang ditariknya semakin terasa sakit. Taehyung benar-benar sampai pada batasnya, tapi lagi-lagi, ia enggan berhenti. Terus berlari menelusuri gang-gang sempit yang bercabang. Ia tak tau kemana langkahnya menuntun, yang pasti, mereka harus selamat dari kejaran polisi.

Taehyung kemudian menghentikan langkahnya di salah satu bangunan tak bertuan, lututnya bergetar, saat sang ibu telah turun dari gendongannya, dia jatuh berlutut. Ah, tidak lagi berlutut, malah tergeletak lemas dengan nafasnya yang masih memburu.

"Taehyung... nak, sadarlah..." Ibunya mengusap wajah Taehyung yang dibanjiri keringat. Taehyung hanya diam selagi memejamkan mata, dia benar-benar kelelahan sampai rasanya ingin pingsan.

"Maafkan eomma, ya... tidak pernah membuatmu bahagia, telah merenggut masa mudamu yang indah, telah menjadikanmu menjadi pendosa... maafkan eomma, maafkan..."

Taehyung masih terdiam, dia tidak dapat menggerakkan badannya lagi. Samar, ia mendengar isakan ibunya, dan dirasanya pipi juga keningnya dikecup singkat.

Malam itu, seperti malam yang tidak terduga-duga olehnya. Baru malam ini, ia bisa ketahuan oleh polisi, dan ia yakin akan mendapatkan hukum berat karena telah melakukan aksi selama 5 tahun. Tidak, tidak ada nyawa yang melayang di tangannya, tapi sudah banyak yang kehilangan harta olehnya.

Malam itu, menjadi saksi bisu ibunya yang menyerahkan diri.






"Nama?"

"Kim Taehyung,"

"Umur?"

"15 tahun,"

"Dimana ayahmu?"

"Aku hanya tinggal bersama ibu,"

"Kalau begitu, kau bisa pulang,"

"Bagaimana dengan eomma?"

"Ibumu akan menjalani proses sidang esok hari. Ibumu akan dikenai tindak pidana, telah merugikan orang lain."

"Biarkan aku ikut eomma saja, aku tidak mau pulang!"

"Maaf, nak, karena kau masih dibawah umur, tidak ada hak kami untuk menghukummu. Sekarang, pulanglah."




Dan pada malam itu juga, adalah sebuah awal hukuman Tuhan padanya.

.

.

.

.

.

.

.

TBC



FATAMORGANAWhere stories live. Discover now