[11] Sebuah kalung

2.9K 401 74
                                    

26 Desember 2015

"Berapa lama hyeong harus menggunakan finger splint itu?" Jungkook berkedip lucu, duduk tepat di hadapan Namjoon yang baru saja pulang dari rumah sakit. Ia menatap jari telunjuk-tengah milik Namjoon yang dibebat.

"Sampai benar-benar pulih,"

"Tapi hyeong tidak harus absen, kan?" suara Jimin menyahut dari dapur, lalu lelaki kelahiran 95 itu menyusul Jungkook dan Namjoon. "Apakah itu menyakitkan?"

"Hmm... lumayan. Tidak sesakit tadi," Namjoon memutar pergelangan tangannya, memperhatikan jemarinya yang kini tak dapat bergerak bebas, untuk sementara.

Klek.

Pintu dibuka, disusul masuknya Seokjin dan Hoseok yang tampak membawa kantong kertas. Makan malam. 

"Bagaimana? Apakah ada yang patah?" Hoseok bertanya selagi meletakkan barang-barang di counter dapur.

"No, hanya terkilir, tapi cukup parah."

"Lain kali, hati-hati. Aku tau kau berusaha semaksimal mungkin, tapi ingat, julukanmu itu god of destruction, ceroboh. Kau bukan hanya menghancurkan barang, ternyata, jarimu pun nyaris kau hancurkan." Seokjin berujar santai dan datar, seolah jiwa Min Yoongi merasukinya.

Namjoon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia jadi merasa bersalah, hyeong tertuanya itu tampaknya kesal sekali padanya yang tak bisa menjaga diri.

"Maaf, hyeong," cicitnya pelan.

"Aku hanya tidak mau kita tampil secara tidak lengkap lagi. Besok malam ada acara akhir tahun, maka dari itu, jaga diri baik-baik. Tahun kemarin, kau. Jangan sampai tahun ini tampil tanpamu lagi, okey?"

Sang leader menggigit bibir, sesekali menghela napas. Ia ingat, tahun kemaren absen karena kakinya yang terkilir, jadi ia harus berdiam diri di dorm sementara teman-temannya tampil di berbagai acara. Bayangkan saja, mereka hadir tanpa leader, sungguh tidak mengenakkan.

"Maaf, hyeong,"

"Jangan maaf. Aku tidak butuh maafmu, kau tidak bersalah. Aku hanya mencoba mengingatkanmu agar hati-hati."

Jimin, Jungkook, dan Hoseok mendadak bungkam. Seokjin rupanya mengerikan walau hanya berucap dingin, lebih mengerikan dibanding Yoongi. Ah, jika hyeong bermarga Min itu, mereka sudah terbiasa kena tebas lidah tajamnya, tapi Seokjin? Lelaki bersifat keibuan itu selama ini menunjukkan sifat hangatnya.

"Aku panggil Yoongi hyeong dan Taehyung dulu," Jimin memecah keheningan. Ia segera ke kamar Yoongi. Kakaknya itu sedang tidur, wajahnya tampak lelah, rasanya Jimin tidak tega membangunkannya.

"Sedang apa kau berdiri di situ?" tiba-tiba Yoongi bersuara, Jimin agak terlonjak dibuatnya.

"O-oh, hyeong sudah bangun. Em... sebentar lagi makan malam, ah tapi Seokjin hyeong belum selesai memasaknya, jadi hyeong tetaplah tidur, nanti aku bangunkan lagi."

Yoongi mengangkat satu tangannya, memberi tanda Jimin untuk meninggalkan kamarnya. Namun, Jimin sama sekali tak tersinggung. Ia pun beralih ke kamarnya sendiri, kamar VHopeMin.

"Taehyung-ah," Jimin memanggil pelan selagi dirinya masuk ke kamar, tapi tak mendapati kehadiran sahabatnya itu. Ia baru saja hendak memanggil lagi sebelum pintu toilet yang ada di kamar mereka terbuka. Taehyung keluar dengan rambut tak beraturan, wajahnya juga pias dengan kantung mata terlihat.

"Kau memanggilku?"

"Kau... baik-baik saja?" suara Jimin mengudara ragu.

"Kenapa? Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now