[26] Perpisahan

3.1K 336 7
                                    


Sekali lagi, dengan berat hati Bighit mengumumkan berita yang tidak mengenakkan. Bangtan akan hiatus untuk 6 bulan ke depan. Begitulah sekilas pemberitahuannya, yang mengundang banyak komentar kecewa, ada yang sedih, tapi tak sedikit pula yang mendukung kebijakan itu.

Bangtan membutuhkan waktu tenang, sekaligus menunggu pemulihan cidera yang dialami Jeon Jungkook.

Jadi, setelah keputusan itu dibuat, mereka semua diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing, kecuali Seokjin, yang lebih memilih tinggal di dorm, menemani Jungkook yang masih perlu terapi untuk memulihkan tulangnya.

Seokjin tak keberatan harus merawat si bungsu sendirian, toh, dia sudah berjanji pada mendiang ibu Jungkook untuk menjaga anak satu-satunya itu. Lagipula, pulang pun takkan membuat Seokjin senang, yang ada, dia kesepian. Ayahnya masih menunggu hingga hari kebebasannya datang, ingat?

"Aku akan sangat merindukan kalian." Jimin dan Hoseok adalah member pertama yang pulang, mereka mengambil jadwal kereta pagi. "Hyeong, jaga Jungkook, ya." Titah Hoseok sembari memeluk sang kakak pertama.

"Hey, jagoan, jaga Seokjin ya. Kau tau kan, Seokjin hyeong takut serangga," Jimin yang tengah berjongkok di depan kursi roda Jungkook terkikik kecil, lalu dia mengusap puncak kepala adiknya dengan sayang. "Kalau rindu, telepon hyeong, oke?"

"Siapa juga yang rindu," ledek Jungkook, seperti biasa, takkan pernah bosan untuk membully Park Jimin.

"Eyy, dasar nakal,"

Hoseok dan Jimin kemudian memeluk satu-per-satu member. Ada terselip rasa sedih di tengah kebahagiaan yang muncul sebab pada akhirnya mereka akan kembali bertemu keluarga mereka. Namun, bukankah Bangtan sudah menjadi keluarga mereka juga? Itulah sebabnya, Jung Hoseok mulai menangis saat memeluk tubuh kurus Yoongi, entah kenapa.

"Astaga, Hoseok-ah, kau menangis seperti kita takkan bertemu lagi. Tenanglah, aku dan Jungkook akan selalu di dorm. Kau bisa kembali ke sini jika rindu, kalian juga, silahkan saja. Toh, pintu gedung agensi akan selalu terbuka untuk kita. Sudah, sudah, jangan menangis."

"Cengeng sekali sih, kakakmu itu," komentar Taehyung dengan datar pada Park Jimin yang sudah siap memeluknya.

"Hatinya itu terlalu lembut, Taehyung-ah. Oh iya, kapan kau kembali?" Ada rasa sesal setelah Jimin melayangkan pertanyaan itu, ia menangkap jelas perubahan raut Taehyung yang menyendu. "Hey, percaya padaku... Ayahmu akan memakluminya. Ayahmu akan mengerti, kenapa pada malam itu kau memilih kembali pada kami ketimbang keluargamu."

"Aku harap begitu,"

Jimin mengusap singkat rambut Taehyung, lalu memeluk sahabatnya, menepuk-nepuk punggungnya untuk beberapa detik. Semuanya tau, kedua sahabat itu pasti sulit sekali berpisah, walau hanya sementara.

"Jaga diri kalian baik-baik ya," tutur Namjoon selagi mengantarkan mereka sampai pintu depan agensi. Hoseok melambai-lambai, Jimin juga. Sampai kedua kakak beradik itu masuk ke dalam taksi dan menghilang bersamanya, barulah mereka kembali naik ke lantai 5, ke dorm agensi mereka setelah kejadian kebakaran itu.

Rasanya, suasana dorm menjadi hening walau hanya ditinggalkan oleh dua membernya. Seokjin menghela napas, pandangannya menyapu pada seluruh penjuru ruang keluarga. Biasanya, di tempat itu mereka tertawa-tawa karena acara TV, atau guyonan ringan yang terlontar secara tiba-tiba. Kemudian, pandangannya jatuh lagi pada ruang makan, biasanya, di sana akan duduk seluruh member, sementara ia dan Hoseok, kadang Jimin juga ikut membantu, membawa makanannya dengan penuh bangga sedangkan member lainnya bersorak senang.

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now