[4] Tumbang

4.7K 508 31
                                    


8 Juni 2014

"Hahh..." lelaki itu menghela nafas bersamaan dengan tanganya yang membanting kecil pen diatas kertas. Ia mengacak rambutnya, frustasi. Dua minggu yang lalu, selesai mereka melakukan promosi album diatas panggung, sang petinggi kembali mengeluarkan perintah untuk comeback. Artinya, ia dan keenam temannya lagi-lagi dibebani oleh tanggung jawab yang harus selesai tepat waktunya.

Ia menatap jam dinding lama, mendengarkan setiap detiknya yang menggema ditengah sunyi. Kakinya beranjak, melangkah sepelan mungkin guna meredam suara sekecil apapun yang dapat membangunkan yang lain.

Blak!

"Kau tau betapa lelahnya aku memperbaiki pintu kulkas itu,"

Sebuah suara datar nyaris membuat genggamannya pada gelas tandas. Ia menoleh pada salah seorang kakaknya, entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.

"Baru pulang, hyeong?" tanyanya, padahal ia tau betul jika pukul 01.00 dini hari kakaknya itu akan pulang.

"Jangan membanting pintunya lagi. Jika kau frustasi, jangan lampiaskan pada barang milik bersama, barangmu saja, Namjoon."

Namjoon menegak habis air putih yang barusan diambil dari kulkas, kemudian mengangguk takut. Jelas, dirinya sudah banyak merusak--tidak sengaja--barang di dorm. Entah itu pintu kulkas, memecahkan kaca kamar mandi, pintu lemari, rak sepatu, yaa... banyak, lah. Namun, selalu Min Yoongi, seorang yang terkenal laidback karena sifatnya kelewat malas--dalam hal bergerak--yang memperbaiki semua.

"Tinggal satu bulan lagi, ya?" Yoongi bertanya pada Namjoon yang lebih mengetahui perihal comeback. Ia mendudukkan diri di sofa seraya kembali mengeluarkan kertas lirik, mungkin belum puas dengan hasil kerjanya tadi.

"Ani, dua bulan. Bang PD-nim bilang, kira-kira comeback kita nanti Agustus."

"Bagaimana dengan syuting MV?"

"Bulan Juli,"

"Oh, baiklah."

Namjoon mengernyit, ia menangkap hal janggal dalam Yoongi hari ini. Entahlah, ia merasa jika wajah kakaknya itu terlihat lelah. Ah, tentu saja, semuanya juga lelah, maksudnya... terlihat beda, seperti sedang menahan sesuatu.

"Ada apa hyeong?"

Yoongi yang tengah berkutat pada kertas liriknya itu pun menoleh, ia balik mengernyit.

"Apanya?"

"Hyeong baik-baik saja, kan?" Namjoon berjalan mendekat, lalu duduk di sofa seberang.

"Apa-apaan sih. Aku baik-baik saja. Memangnya kenapa bertanya seperti itu?"

"Kau terlihat pucat, hyeong,"

"Ck, kau berlebihan. Sudah tau dari dulu kulitku memang pucat, masih bertanya."

"Tidak, ini ber--"

"Hey, aku tidak bisa bekerja jika kau terus berisik."

Namjoon terdiam. Segala pertanyaan ia telan bulat-bulat, pada akhirnya menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Hoaahmm, yasudah hyeong, aku tidur duluan ya. Hyeong juga lekaslah istirahat."

"Eo,"

Tik. Tik. Tik.

Yoongi masih sibuk, tak peduli sudah pukul berapa sekarang. Tiba-tiba ia mendesis sakit, tangan kanan yang semula menggenggam pen itu kini refleks meremas perutnya. Bulir-bulir keringat mulai membasahi, di tengah malam ia meringkuk sendiri. Tidak ada yang tahu.

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now