[17] Kehidupan lain seorang idol (bagian 2)

2.4K 357 24
                                    


Suara bel berbunyi empat kali, yang menandakan berakhirnya jam belajar hari ini. Sontak, tak perlu menunggu lama, siswa siswi berhambur keluar kelas layaknya segerombolan semut yang ditiup. Wajah bahagia dan lelah mendominasi, tanpa terkecuali, juga pada tiga siswi perempuan yang berjalan beriringan.

"Nami, hati-hati di jalan! Sampai bertemu besok!"

"Eo, kalian juga! Hati-hati!"

Kemudian dua berjalan ke arah selatan, dan satunya lagi ke arah utara. Perempuan berambut ikan sebahu itu sudah terbiasa pulang berjalan kaki, pikirnya sekalian saja olahraga. Lagipula, jarak rumahnya hanya 1 km, tidak masalah.

Ia fokus pada handphone, dengan langkahnya yang satu-satu pelan. Tanpa menyadari seorang laki-laki jangkung berdiri tak jauh di depannya, alhasil membentur dada lelaki itu, barulah ia menyadari dan siap mengomel sebab bisa-bisanya menghalangi jalannya. Ia sudah menarik napas, bahkan mulutnya sudah membuka untuk melontarkan makian, tapi tertahan. Siswi itu membeku ditempat, dengan mata yang memandang tak percaya pada lelaki di depannya yang kini tengah tersenyum

"O-oppa..." ia berujar lirih, suaranya bergetar.

"Kim Nami,"

Tanpa banyak berucap, siswi itu memeluknya erat. Sangat erat seperti besarnya rindu yang bertahun-tahun menaungi hatinya. Ia menangis, merengek seperti bayi.

"Kenapa oppa baru pulang, eo? Oppa tak merindukanku? Apa oppa lupa padaku karena sekarang memiliki banyak fans? Oppa tidak sayang lagi padaku, begitu?"

Kim Namjoon tersenyum, kedua tangannya memeluk adiknya, mengecup pucuk kepalanya dengan sayang. Berucap "maaf" dengan penuh kelembutan. Membiarkan adiknya menghabiskan air mata kerinduan yang dilampiaskannya di pinggir jalan. Namjoon beruntung, jalan sekitarnya sepi. Tidak ada juga yang mengenalinya sebab memakai masker dan topi hitam.

"Sekarang sudah tidak sedih?" Namjoon bertanya, menatap geli pada adiknya yang terlihat bahagia sekali karena dibelikan ice cream.

"Aku tidak sedih. Aku marah pada oppa," ketusnya dengan nada dibuat-buat, kemudian sibuk kembali menjilati ice cream.

Namjoon merasa rindu sekali, sampai-sampai terus memandangi adiknya. Jujur, ia sedih sekali, meninggalkan adik bersama ibunya, bahkan seharusnya tugas utamanya adalah melindungi dua wanita berharganya itu.

Sebelum ia menyesal seperti kehilangan wanita berharganya yang kini sudah pergi.

Oh, mendadak Namjoon teringat Taehyung.

"Nami," Namjoon menghembuskan nafasnya sebelum melanjutkan bicara, "apa kau masih ingat, Hyosoo?"

"Tentu saja. Aah, aku juga merindukan eonni itu. Apa kalian masih berhubungan? Eonni sudah bertahun-tahun tak memberiku kabar apa-apa. Jangan bilang oppa menjadi sombong padanya karena sekarang oppa adalah seorang idol semua orang."

Adiknya tidak tahu, dan Namjoon pun tidak tahu bagaimana cara mengatakan yang sebenarnya. Yang ia tahu, Nami dan Hyosoo memiliki hubungan akrab seperti kakak-beradik. Sepertinya.

"Nami," sekali lagi, Namjoon menghembuskan napasnya. Adiknya takkan siap. Pun ia. "Terkadang, kita harus merasakan bagaimana sakitnya kehilangan seseorang."

Nami tetap berjalan, mendahului Namjoon tanpa berucap apa-apa.

"Hyosoo... dia—"

"Aku tau, oppa,"

Namjoon pikir, yang seharusnya terkejut adalah Nami. Namun, sepertinya ia yang lebih terkejut mendengar Nami sudah mengetahui fakta itu.

"Dari mana kau tau?"

FATAMORGANAWhere stories live. Discover now