BAB 1

6.1K 366 0
                                    

Pernahkah kamu merasa bahwa hidupmu sama sekali tidak menyenangkan?

Yah, Kinan sedang merasa seperti itu saat ini.

Meskipun di hadapannya sudah ada sepiring cheese French fries favoritnya dan segelas besar cola float, Kinan tetap saja tidak bahagia. Padahal, biasanya kedua sajian itu cukup menenangkan perasaannya. Mungkin saja, perasaan Kinan sudah resistan dengan hidangan favoritnya itu.

Ini semua hanya karena kedua orang tuanya tidak juga pulang. Anggaplah Kinan kekanakan. Tapi terkadang, Kinan juga butuh kasih sayang keduanya.

Kinan mendesah kasar. Ia mengambil sepotong kentang goreng keju dari piringnya, kemudian memasukkan setengah bagian ke dalam mulutnya, tanpa ada niatan untuk ditelan. Kinan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Tidak ada yang menarik.

Biasa saja.

Seperti hidup Kinan.

Oh, ralat. Kalimat biasa saja atau tidak menarik sangat tidak tepat untuk menggambarkan hidup Kinan. Bahkan, saking menariknya, Kinan sampai ingin bertukar peran dengan orang lain. Kinan ingin merasakan bagaimana rasanya hidup yang tidak menarik itu.

Ketika Kinan kembali mengambil sepotong kentang goreng keju, pintu café tiba-tiba saja terbuka. Lalu, masuklah seorang laki-laki dengan seragam sekolah berlogo sama dengan yang Kinan gunakan. Laki-laki itu tampak mengedarkan pandangannya ke sekitar, hingga akhirnya pandangannya dan pandangan Kinan bertemu.

Kinan kenal laki-laki itu.

Ia Ghifara, kakak kelas Kinan. Mereka bertemu dan berkenalan satu bulan lalu, tepat seminggu setelah Kinan menyelesaikan masa orientasi sekolahnya. Entah bagaimana ceritanya, mereka berakhir dekat. Walau Kinan masih menganggap Ghifara sebagai laki-laki aneh yang memaksa masuk ke hidupnya.

Cengiran Ghifara muncul. Ia melangkahkan kakinya menghampiri Kinan. Dan ketika sampai di hadapan perempuan itu, tanpa aba-aba, Ghifara meraih sepotong kentang goreng keju milik Kinan sebelum akhirnya duduk di hadapannya.

Kinan memberengut pelan. "Izin dulu, kek. Jangan main asal comot gitu aja."

Ghifara tergelak. Ia mengambil sebotol air minum dari dalam tas, kemudian meminumnya. Setelah itu, ia bertanya, "lo ngapain sendirian aja di sini?"

"Lah, lo sendiri ngapain di sini?" Kinan balik bertanya. Ia melipat kedua lengan di dada, dan menyenderkan tubuhnya. "Nggak ada kerjaan?"

"Gue tadi iseng lewat depan. Pas nengok ke dalam, ada cewek lagi galau sendirian," jawab Ghifara santai, "walau gue lebih tertarik sama kentang gorengnya yang menggoda."

Kinan menatap Ghifara tak percaya dan mengamankan kentang gorengnya. Melihat itu, Ghifara malah tertawa. "Lo lucu, deh," goda Ghifara.

Menatap sinis ke arah Ghifara, Kinan kembali meraih sepotong kentang goreng, kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Meskipun sedikit merasa terganggu dengan kehadiran Ghifara, namun laki-laki itu mampu meramaikan suasana.

Terkadang, Kinan senang dengan adanya Ghifara di sekitarnya. Kinan tidak ingin munafik dengan mengusir Ghifara begitu saja. Bertingkah seolah ia membenci laki-laki itu.

Tidak, tidak.

Kinan tidak ingin berakhir sama seperti karakter-karakter yang ia baca di novel. Berawal dengan membenci, berakhir dengan mencintai. Kalau kata orang-orang; "benci dan cinta itu beda tipis. Jangan terlalu membenci seseorang jika tidak ingin berakhir dengan mencintainya."

"Ngelamun aja, Mbak." Suara itu terdengan di liang pendengaran Kinan. Membuat kedua kelopak matanya mengerjap.

"Oh, uhm, maaf," gumam Kinan pelan.

Last SceneUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum