BAB 20.5

2.3K 204 5
                                    

"Lo abis dari mana, Ghif? Kok lama?"

Ghifara baru saja membuka pintu mobil ketika suara itu terdengar. Tanpa menjawab, ia melepaskan tasnya, lalu masuk ke dalam dan duduk di kursi penumpang. Kedua matanya terpejam saat menutup pintu mobil kembali.

"Nggak usah banyak tanya napa, Kak. Gue capek, nih," balas Ghifara pelan, "rasanya kayak sebentar lagi gue bakal mati."

"Jangan asal ngomong gitu." Ghafa mendengkus kesal. Ia tidak juga melajukan mobilnya dan malah memperhatikan wajah adik sepupunya itu lekat-lekat. Lalu, Ghafa mendesah pelan. Wajah itu terlihat lebih pucat siang ini. "Hei, lo ingat kata dokter kemarin 'kan? Jangan pesimis. Hal itu nggak bakal ngebuat kondisi lo membaik, malahan jadi memburuk."

Ghifara tersenyum sendu. Meskipun begitu, senyum itu tampak hangat di mata Ghafa. Sekaligus menyedihkan.

"Kalaupun gue harus pergi sekarang, Kak. Gue udah rela." Ghifara berucap lirih. "Gue rasa, udah nggak ada gunanya juga gue tetap hidup. Gue pasti bakal ngerepotin Bunda. Dan gue nggak mau ngeliat Bunda sedih karena kondisi gue."

Ghafa tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia lebih memilih untuk melajukan mobilnya. Sesekali, ia melirik Ghifara dari ekor matanya. Laki-laki itu tampak termenung di tempatnya.

"Kayaknya ... pas sampai rumah nanti gue harus bilang makasih sama Bunda."

"Untuk?"

"Untuk semuanya." Ghifara tersenyum tipis. Wajah dan tatapan matanya yang lembut seolah mengisyaratkan bahwa ia sudah siap jika harus pergi hari ini juga. "Dan juga, karena Bunda udah ngasih gue kesempatan buat ngeliat indahnya dunia ini. Walaupun cuma untuk sesaat."

***

Kinan masih ingat betul saat terakhir kal melihat wajah sang kakak yang tampak begitu tenang. Kedua mata yang selalu menatap Kinan dengan lembut itu terpejam erat dan tidak akan pernah terbuka lagi. Bibirnya tidak lagi menyunggingkan senyum seperti biasanya.

Dan kini, Kinan berdiri di hadapan sebuah makam yang tampak masih baru. Ia berjongkok dengan mata yang terpaku di nama yang tertulis di nisan. Itu nama kakaknya, lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal meninggalnya---yang makin membuat Kinan menyadari bahwa Dhia sudah pergi meninggalkannya, bahkan sebelum Kinan sanggup untuk berdiri sendiri.

"Hai, Kak." Kinan berucap pelan. "Apa kabar Kakak di sana? Semoga baik-baik aja, ya, Kak. Maaf Kinan nggak bisa bawain apa-apa selain doa."

Angin berembus lembut, menerbangkan setiap helaian rambut Kinan. Ia lantas menyisipkan helaian rambutnya ke belakang telinga. Lalu, kedua tangan itu mengusap sudut matanya yang mulai berembun.

Kinan menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat. Senyumnya mengembang saat melihat Arzen berjalan ke arahnya. "Udah selesai, Kak?"

Mengedikkan kedua bahunya, Arzen menjawab, "yah, gue emang cuma mau mampir sebentar, sih." Ia ikut berjongkok di sebelah Kinan. "Dhia Aninda. Namanya bagus. Panggilannya siapa? Kak Dhia, ya?"

"Hm." Kinan bergumam pelan.

"Kak Dhia, kenalin aku Arzen, kakak kelasnya Kinan."

Kinan lantas menoleh. Ia menatap Arzen lekat-lekat, sementara laki-laki itu menatap makam yang ada di hadapannya. Lalu, saat merasa Kinan memeprhatikan dirinya, Arzen menoleh dan tersenyum. Sesaat sebelum akhirnya kembali menatap ke arah makam.

"Kak Dhia tenang aja di sana. Tugas Kakak buat ngejaga Kinan udah selesai. Sekarang, gantian aku. Kakak nggak usah takut, aku nggak bakal nyakitin Kinan, kok. Karena aku udah janji. Dan janjiku bukan janji kaktus."

Kinan tersenyum geli. "Apa itu janji kaktus?"

"Itu artinya, gue nggak bakal ngingkarin janji gue." Arzen mengerlingkan sebelah matanya dengan senyum menggoda di bibir. "Sejujurnya, gue nggak tahu, sih, janji kaktus itu apa. Cuma adek sepupu gue sering ngomong gitu, gue jadi keikut."

Mengusap sudut matanya yang tergenang air mata, Kinan berkata, "lo ngebuat gue ngerasa spesial, Kak."

Arzen tergelak. "Emang lo spesial buat gue, Kinan."

*****

A/n

Halo, Gaes! Nggak terasa, ya, besok udah lebaran. Waktu terasa cepat banget berlalu. Dan, yah, Risha mau minta maaf kalau ada salah. Baik itu salah kata ataupun perbuatan. Risha khilaf, Kakak-Kakak. 🤗🤗 Dan maap Risha ga bisa ngasih THR

Makasih buat yang udah menyimak. Bye-bye!

Last SceneWhere stories live. Discover now