BAB 10

2.7K 233 13
                                    

Ghifara: Kinan ....

Ghifara: Masih ingat aku nggak?

Kinan: Paansi

Ghifara terkekeh pelan. Jarinya menari di layar ponsel, mengetik balasan. Meskipun tahu balasan Kinan pasti sangat tidak mengenakkan.

Ghifara: Kinan kangen aku nggak?

Kinan: Lo lagi kenapa, sih? Geli.

"Yang lagi pacaran, mah, beda."

Sebuah suara terdengar di sebelah Ghifara. Ia lantas menurunkan ponsel dari pandangannya dan menoleh, menatap seorang perempuan dengan seragam putih-putih. Sedikit bergidik, Ghifara berkata, "ngagetin, anjir."

Perempuan berseragam putih-putih itu adalah Naira. Ia terkekeh pelan. "Selamat sore menjelang malam, Ghifara. Masih ingat sama saya 'kan?"

Alis Ghifara tertaut. "Kenapa bahasa lo baku banget, sih? Kayak sama siapa aja."

"Itu namanya komunikasi, Ghifara. Apa gunanya gue belajar komunikasi sampai dua semester kalau nggak diterapkan," balas Naira, "gimana kabar lo? Udah sehat?"

Ghifara meletakkan ponsel di atas pangkuannya, walaupun beberapa kali benda itu bergetar. "Kalau gue sehat, gue nggak bakal di sini kali, Nai," jawab Ghifara, "mau apa ke sini?"

"Mau ngeganti abocat. Udah waktunya ganti." Naira membalas dengan santai. "Itu tadi ... beneran pacar lo, ya? Muka lo lucu pas lagi chat-an sama dia. Fokus banget. Sampai nggak sadar kalau gue masuk."

Wajah Ghifara lantas memerah. Ia memalingkan wajahnya. Selain karena malu, ia juga sedikit takut saat melihat pekerjaan yang Naira lakukan.

Naira lantas terkekeh pelan. "Nggak usah malu juga, Ghif. Gue juga gitu, kok, pas nge-chat doi." Ia tersneyum tipis. "Tapi gue nggak pernah tahu gimana ekspresi dia di sana. Bisa aja bohong 'kan sebenarnya."

"Iya, sih---aduh! Pelan-pelan, Nai!"

Naira mendengus pelan. "Lebay banget, sih. Nggak sesakit itu juga, kali, Ghif."

"Ya, lagian lo nggak pakai perasaan." Ghifara menggerutu pelan. Ia mengusap punggung tangannya perlahan.

"Ya iyalah. Perasaan gue 'kan cuma buat dia," balas Naira santai. Ia merapikan peralatannya. "Gue balik dulu ke nurse station, ya. Kalau ada apa-apa, lo bisa mencet bel. Bye-bye. Get well soon."

"Hm." Ghifara hanya bergumam tidak jelas. Ia tersenyum miris sesaat.

Get well soon, ya?

Emangnya ...

gue bisa sembuh?

***

Kinan menarik napas panjang. Ia menempelkan ponsel di telinga kanannya. Sesekali, ia melihat layar, mengecek apakah panggilan sudah tersambung atau belum.

"Kakak ke mana, sih?" Kinan bergumam pelan.

"Kenapa, Nan?" Arzen yang ada di hadapan Kinan langsung bertanya saat mendengar gumaman Kinan.

Last SceneWhere stories live. Discover now