S.E.M.B.I.L.A.N.B.E.L.A.S

14.3K 1.4K 132
                                    

"Perasaan gue hutannya gak luas luas amat tapi kok kita gak ketemu mereka berdua sih dari tadi." Kata Rio panjang lebar tanpa titik koma.

"Gak luas pala lo meledak! Lo gak liat nih betis gue membengkak gini." Sambar Rachel sambil menunjukkan betisnya.

"Woy gila. Lama lama bisa mati gue kurang gizi." Tiba tiba Cero menyahut.

Mereka masih terus mencari. Dan akhirnya, mereka berhenti karena melihat seseorang tertutup oleh selembar daun yang lumayan besar dan hanya kakinya saja yang terlihat.

Mereka mendekatinya.

Rio maju, lalu perlahan mendekat. Mencoba membuka daun itu. Namun Rio mundur kembali karena saat dia mendekat seketika tercium bau yang sangat menusuk.

"Kenapa?" Tanya Rezky. Perlahan dia yang maju menggantikan posisi Rio tadi. Dan tanpa basa basi, ia langsung mengangkat daunnya.

"Sial." Saat itu juga, Rezky langsung mengumpat. Dan terdengar beberapa teriakan cewek.

Dara yang tadinya hanya diam bahkan kembali menangis melihatnya.

Seorang cewek yang berlumuran darah karena di bagian lehernya terdapat sayatan pisau. Ditangannya juga.

Wajahnya terlihat asing. Mereka tidak mengenalnya.

"Aaaaaaaaaa." Rachel berteriak sangat kencang. Dia perlahan mundur. Kemudian berlari menjauh dari tempat berdirinya tadi.

"RACHEL!!" Elyn memanggilnya. Namun dia tetap berlari dan mengabaikan panggilan Elyn.

"Gue yang kejer." Sahut Dion. Dengan cepat dia langsung berlari menyusul Rachel.

Elyn terlihat ingin muntah melihatnya. Dia juga menjauh dari tempat itu. Berusaha tidak melihatnya.

"Ayo var pulang. Kenapa kita harus ngikutin mereka sih?" Tanya Dara ke Varo sambil sesegukan.

"Lo aja sono pulang. Siapa juga yang minta lo ikutin." Cero tiba tiba menyahut.

"Anjir. Cero galak kalo lagi laper." Kata Rio sambil terkekeh.

Di lain tempat.

"Hiks. Gue mau pulang. Gue muak disini. Gue mau pulang. Yon, lo denger gue kan? Anterin gue pulang." Rachel menangis sesegukan di bawah pohon sambil nongkrong dan menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.

"Ya kita cari jalan keluarnya sama sama. Okey?" Dion ikut nongkrong. Mensejajarkan posisinya dengan Rachel.

"Giesele juga gak ketemu temu. Kita harus gimana? Kalo Giesele kenapa napa gimana?" Bertubi tubi pertanyaan diajukan ke Dion.

Dion tersenyum simpul.

"Ayok gabung sama yang lain. Lo mau ilang juga kaya Giesele?" Ucap Dion.

Dengan cepat Rachel melotot."Jahat banget sih doanya!" Protesnya.

"Ayok." Dion meraih tangan Rachel lalu menariknya bangun dari situ.

"Kita harus temukan anak anak itu dengan segera." Suara itu terdengar mendekat. Dengan cepat Dion menarik Rachel kebelakang semak semak.

"Stttt." Desis Dion sambil menutup mulut Rachel agar tidak bersuara.

"Tapi mereka sangat pintar bersembunyi." Salah satu dari suara itu menjawab.

"Kita harus cepat. Malam jumat akan segera tiba."

Dan perlahan suara itu hilang. Dion menjauhkan tangannya dari mulut Rachel.

"Aduh kan. Kita harus gimana?" Tanya Rachel histeris.

"Kalian ngapain?" Suara itu datang. Dion langsung melihat ke sumber suara.

Dan kemudian, pupil mata mereka berdua melebar.

Kaget.

Bersambung...

Astaga.
Sumpah males banget lanjutin cerita ini.
Soalnya bnr bnr masi 18 eps tapi cerita udah mentok. Gaada yg bisa diperpanjang lagi. Kesannya malah jadi, berbelit belit.

Btw, sorry upnya lama. Hehe.
Hehehhehheh.

Vote and comment💜💛

Dont Believe (School Horror 3) [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora