T.I.G.A.L.I.M.A

5.7K 828 52
                                    

"Lepasin," Dara memberontak. Namun jelas ia tidak dapat melepaskan cengkraman tangan dua orang ini. Mereka laki-laki dan terlalu kuat untuk dilawan.

"LEPAS!" Serunya dan saat itu juga air matanya jatuh.

"Tidak semudah itu nona. Kami butuh emas itu. Jadi kami harus membawamu hidup-hidup." Ucap salah satu dari mereka.

"Lo mau emas? Gue bakal kasih sebanyak yang lo mau. Lepasin gue." Dara terisak. Nafasnya naik turun.

"Benarkah?" Pegangan kedua lelaki itu mengendur. Dara masih diam. Dia mencoba mengumpulkan tenaganya.

"Iya! Gue punya banyak di mobil. Lo bisa anter gue ke sana."

"Jangan percaya!" Yang satu menyahut.

"Beneran. Gue gak bohong." Dara mencoba memelaskan wajahnya. Dan ternyata berhasil. Pegangan keduanya benar-benar mengendur. Tidak sekuat saat mereka pertama mencengkramnya.

"Baiklah. Tunjukkan kepada kami."

Dara berjalan pelan. Dua orang itu berjalan mengikutinya sambil mencengkram pergelangan tangannya.

Ditengah jalan ketika Dara merasa kedua orang tersebut tengah lengah, Dara menepis kedua tangannya dan berlari sekencang mungkin.

"HOI! KEMARI KAMU!" Lelaki itu berteriak. Membuat Dara menangis sejadi-jadinya dikala dia berlari.

Dia sangat ingin berteriak. Namun bibirnya sangat susah untuk dibuka. Bibirnya terasa sangat kaku.

"ADARAA!!" Teriakan itu membuat Dara sontak melihat ke sekelilingnya. Mencari sumber suara tersebut.

Dan selang beberapa detik, dia melihatnya. Namun belum sempat dia membuka mulutnya untuk berteriak memanggil, rambutnya sudah ditarik ke belakang. Membuat dia langsung terjungkal ke belakang.

Bibirnya seketika di bekap oleh salah satu dari lelaki tersebut dan yang satunya lagi mengeluarkan pisau dan menaruhnya tepat di leher Dara. Memberinya peringatan kalau dia mengeluarkan suara, dia akan dibunuh.

Dara menangis. Dalam hati dia berfikir. Mereka berdua membutuhkannya hidup-hidup. Jadi dia tidak mungkin membunuhnya kan?

Dia memberontak. Berusaha berteriak. Dia menggigit tangan yang membekap mulutnya. Dan saat berhasil, dia berteriak.

"TOLOONG!!" Teriaknya namun mulutnya langsung dibekap kembali.

Yang lain langsung menotis suara Dara. Mereka langsung mencari keberadaannya.

Saat Dara mencoba berteriak kembali,

matanya seketika melotot lalu mengeluarkan air mata.

Telapak tangannya baru saja ditusuk oleh pisau yang tadi dipegang oleh salah satu dari mereka sehingga mengeluarkan banyak darah.

Dan Dara menangis sejadi-jadinya.

***

Dara membuka matanya perlahan. Lalu mengedipkannya berkali-kali. Mencoba menerima cahaya yang masuk.

"Gue dimana?" Gumamnya dalam hati.

Dia tidak ingat apapun. Hal terakhir yang dia ingat adalah tangannya yang ditusuk oleh lelaki tak dikenal itu.

Dia sontak melihat ke tangannya. Tangannya telah dibungkus oleh kain.

"Mereka menyembuhkannya?"

Dara melihat ke sekeliling. Dia berada di suatu ruangan yang berisi banyak lilin mengelilinginya. Wangi melati menyeruak.

Matanya langsung menyipit dikala dia melihat baju yang dipakainya. Ini bukan baju miliknya. Melaikan baju putih selutut yang sama sekali ia tidak tahu darimana berasal.

Dia mencoba menggerakkan tangannya yang satunya. Dan betapa kagetnya dia menyadari tangannya terikat oleh rantai.

Kedua kakinya juga begitu. Hanya tangannya yang terluka tadi yang tidak diikat. Dia mencoba menggerakkannya. Namun sia-sia karena tangannya berasa mati rasa.

Matanya melotot dikala dia mengingat sebuah peta yang tadi dia dituliskan oleh nenek tersebut berada di saku celananya. Dia melihat ke sekeliling. Mencari keberadaan bajunya. Namun ia tidak menemukannya.

"Mencari sesuatu?"

Bersambung...

***

VOTE AND COMMENT❤️💜

Dont Believe (School Horror 3) [END]Where stories live. Discover now