E.M.P.A.T.E.N.AM

3.4K 538 23
                                    

***

"Bisa kan el?" Tanya Giesele sambil melihat luka sobek pada paha Elyn

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bisa kan el?" Tanya Giesele sambil melihat luka sobek pada paha Elyn. Dalam hati ia meringis. Membayangkan betapa sakitnya luka itu.

Elyn diam. Tidak menjawabnya.

"Rezky mana?" Tanya Rendy heran karena hanya melihat Elyn sendirian sedari tadi. Seharusnya Rezky bersamanya bukan?

Elyn mengangkat bahunya. Memberikan isyarat bahwa dia tidak tahu keberadaan Rezky.

"Gue lemes banget." Ucap Elyn. Setelahnya ia berhenti berjalan dan menjatuhkan dirinya di tanah. Dia terlihat sangat pucat.

"Istirahat dulu aja. Ayok el lo pasti kuat." Rendy menyemangati.

"Woi!" Teriakan barusan sontak membuat mereka melihat ke sumber suara.

Rio.

"Rachel mana?" Tanya Rio langsung seakan-akan tidak memperdulikan apapun. Yang ia perdulikan saat ini hanya keselamatan Rachel.

Rio menghampiri mereka bertiga.

"Bukannya sama lo? Cero mana?" Tanya Giesele balik.

Rio mengacak-acak rambutnya frustasi. Rendy meringis melihat penampilan Rio yang sudah tidak karuan. Darah dimana-mana. Sama saja sepertinya saat ini.

"Lo gak papa kan?" Tanya Rendy. Rio mengangguk namun matanya seketika melotot disaat ia melihat Elyn yang tergeletak di tanah dengan tubuh Giesele yang menopangnya.

"El?" Rio panik. Segera dihampiri Elyn dan dilihat luka pada pahanya.

"Rachel kemana ri?" Tanya Giesele. Rio menggeleng tidak tahu.

"Gu-gue cuma tinggalin dia sebentar. Dia ilang." Ucap Rio dengan penuh penyesalan. Terlihat jelas pada wajahnya.

Rio menarik karet gelang berwarna hitam yang selalu berada pada pergelangan tangannya lalu mengikatkan karet itu pada rambut Elyn karena rambutnya berantakan tidak karuan.

"Kita balik ke tempat ritual itu." Ucap Rendy.

"Elyn gimana?" Tanya Giesele. Dia khawatir dengan keadaan temannya yang mulai melemah itu.

"Gue bisa kok gis." Sahut Elyn.

"Rachel gimana? Kalo dia kenapa-kenapa? Masa kita tinggalin?" Tanya Rio.

"Rezky, Cero sama Rachel ya?" Tanya Rendy. Rio mengangguk. Ketiga temannya itu tidak ada.

"Dion sama temennya?" Tanya Giesele heran. Benar juga. Sedari tadi mereka semua tidak melihat keberadaan kedua lelaki itu.

Rio dan Rendy menggeleng secara bersamaan.

"Rezky jemput Dara." Ucap Elyn tiba-tiba. Membuat Giesele tersentak kaget.

"Maksud lo dia ninggalin lo karna mau jemput Dara?!" Tanya Giesele. Dia terlihat emosi.

Elyn diam. Tidak menjawabnya.

"Kalo Rezky jemput Dara. Berati dia ada di dekat tempat ritual itu. Kita harus kesana." Ajak Rendy dan mereka semua akhirnya bergerak menuju tempat ritual tersebut.

***

Hari sudah sangat gelap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah sangat gelap. Hanya sinar bulan yang membantu penglihatan mereka semua saat ini. Meskipun gelap, mereka tetap berhati-hati demi menjaga keselamatan dirinya masing-masing.

Saat ini, Rachel berusaha memutar otaknya. Menyusun rencana agar dia dapat menyelesaikan ini semua. Menusukkan keris itu kejantung Gita, anak kepala desa itu. Rachel sangat berharap ini semua berhenti.

Diperhatikannya kegiatan semua orang saat ini. Dara, sedang meronta-ronta agar dirinya dibebaskan. Dia diikat pada sebuah kursi dan mulutnya disumpal oleh sebuah kain agar dia tidak dapat berteriak. Disebelahnya ada Gita. namun dia hanya duduk dikursi dengan mata yang tertutup. Dia bahkan tidak diikat seperti Dara. Mereka berdua didudukkan di tengah-tengah lingkaran yang terdapat bintang ditengahnya. Banyak lilin mengitari mereka bedua. Dan wanita berbaju hitam yang Rachel tau jelas bahwa ia seorang dukun, bibirnya berkomat-kamit seakan membacakan mantra yang Rachel sendiri tidak tahu apa isinya.

Rachel melirik bulan diatasnya. Jantungnya berdetak kencang. Dia harus melakukannya sebelum cahaya bulan hilang. Rachel memjamkan matanya. Berusaha menguatkan diri. Ia kira hal-hal seperti ini hanya terjadi pada film saja, tapi ternyata dia mengalaminya saat ini.

Rachel membuka matanya lalu menghembuskan nafasnya. Dilihatnya keris yang sedang dipegang wanita tua berbaju hitam itu. Rachel harus merebutnya.

Perlahan tapi pasti, dia berjalan mendekat ke tempat ritual itu berlangsung. Dia mengendap-endap dan mencoba agar tidak seorangpun tau bahwa ia sedang berusaha mendekat.

Wanita tua itu masih mengucapkan mantra-mantra. Sedangkan orang-orang yang menyaksikan ini semua, terlihat serius. Mereka semua menutup matanya.

Namun ternyata Dara menyadari kedatangan Rachel. Dia berusaha memberontak meminta tolong. Namun Rachel dengan cepat menaruh jari telunjuknya di bibir. Memberikan isyarat agar Dara menutup mulutnya dan tidak menimbulkan suara yang membuatnya ketahuan.

Dengan berhati-hati, Rachel sekarang sudah berada di balik pohon dekat dengan tempat dimana mereka melangsungkan ritual itu. Hanya dengan beberapa langkah, ia akan dapat menggapai wanita tua itu.

Rachel menarik nafasnya panjang. Dan dengan mengumpulkan niat juga kepercayaan diri yang tinggi, dia berlari dengan cepat. Mendekat ke wanita tua yang sedang membacakan mantra itu.

Tap! Tap!

Suara langkah kaki Rachel yang belari mendekat terdengar jelas karena daun-daun kering ditanah.

Srek!

Namun ternyata,

niatnya diketahui oleh kepala desa. Tangan Rachel yang hampir menggapai tubuh wanita tua berbaju hitam itu langsung dihadang olehnya.

Dan entah bagaimana caranya, sebuah pisau sudah berada pas didepan leher Rachel. Membuatnya menelan ludahnya kasar. Bergerak sedikit saja, lehernya mungkin akan tergores oleh pisau tersebut.

"Kau sudah bosan hidup ternyata."

"LEPAS!" Seru Rachel. Namun ia tidak berani memberontak.

Ternyata sedari tadi seseorang memperhatikan kejadian itu dari jauh.

"Shit." Umpat Rezky.

Lalu kemudian, dia mulai berjalan mendekat dan berniat menyelamatkan Rachel dan juga Dara.

***

Bersambung...

Dont Believe (School Horror 3) [END]Where stories live. Discover now