E.M.P.A.T.T.U.J.U.H

3.5K 572 26
                                    

"LEPASIN TEMEN GUE!"

Suara teriakan barusan sontak membuat kepala desa menengok ke sumber suara. Dilihatnya Rezky berdiri tak jauh dari mereka sambil menenteng sebuah balok kayu. Mungkin itu ia bawa untuk pertahanan dirinya.

Memang, barusan yang menengok hanyalah sang kepala desa karena semua orang yang berada di situ memejamkan matanya dan terlihat khusuk pada ritual yang sedang mereka jalani.

"Rezkyy!" Teriak Rachel, setelahnya ia melirik ke arah keris yang sedang dipegang dukun itu. Mencoba memberi isyarat. Namun ternyata, Rezky tidak menyadarinya.

Dara memberontak melihat kedatangan Rezky. Ia terlihat sangat mengharapkan Rezky untuk menolongnya.

"Lepasin temen gue sekarang juga." Ucap Rezky ketus. Wajahnya terlihat sangat serius. Dia menggenggam kayu yang dipegangnya erat-erat.

"Rezky liat gue." Teriak Rachel lagi. Ia menunjuk keris itu menggunakan jari telunjuknya.

Rezky mengangguk. Membuat Rachel seketika mendapatkan sebuah harapan besar. Ia merasa percaya diri untuk dapat menyelesaikan semua ini.

Melihat semua orang menutup matanya, Rezky maju dengan perlahan. Ia menginjakkan kakinya dengan pelan-pelan agar suaranya tidak terlalu terdengar.

"Jangan mendekat atau dia akan kubunuh." Rachel melotot dikala ia merasakan kepala desa itu semakin mengeratkan tangannya. Ia meneguk ludahnya pelan. Pisau itu sudah terasa menyentuh lehernya.

Rezky diam. Dia berfikir dengan keras. Bagaimana caranya agar ia dapat memukul kepala desa itu dengan cepat tanpa melukai Rachel?

Namun tiba-tiba Rezky menjatuhkan kayu yang ia pegang. Membuat Rachel sangat kaget. Apa yang Rezky rencanakan?

"Oke. Gue nyerah. Sekarang lepasin temen gue. Kita semua bakal pergi dari sini." Kata Rezky. Dia mengucapkan itu dengan wajah datarnya.

"Saya tidak akan tertipu." Ucap kepala desa itu.

"Yaudah, pisaunya jauhin aja dikit." Pinta Rezky yang seketika membuat Rachel benar-benar melongo tidak percaya. Apa tujuannya?

Namun kepala desa itu juga terlihat diam dan tidak melakukan apapun. Hanya saja, cengkramannya sedikit mengendur. Mungkin ia tidak merasa terancam lagi karena Rezky telah membuang kayu yang ia pegang.

Kepala desa itu melirik proses ritualnya. Hanya sedikit lagi saja, ritual akan selesai.

BRAK!

Tiba-tiba, sebuah kayu mendarat tepat di kepala wanita itu. Membuatnya langsung menengok dan dilihatnya Cero yang barusan menghantamkan kayu ke arah kepalanya.

Dengan cepat, Rachel berusaha melarikan diri. Namun ternyata, pisau tadi menggores lengan kanan Rachel.

Namun entah mengapa, Rachel terlihat tidak memperdulikannya. Ia segera menghampiri dukun itu dan menarik keris yang dipegang olehnya.

Dapat.

Hanya tinggal menusukkan keris tersebut. Tinggal itu saja..

Bersamaan dengan itu, sebuah pisau tiba-tiba menggores betis Rachel. Membuatnya seketika ambruk dan keris yang ia pegang terlempar entah kemana.

Rachel menangis. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan. Padahal hanya sedikit lagi saja...

"Cukup."

Suara barusan sontak membuat semua orang membuka matanya. Dilihatnya siapa yang berbicara.

Gita.

"Udah cukup." Ucap Gita. Air mata terlihat mengalir dari matanya. Gita bangun dari posisinya. Semua orang nampak diam. Memperhatikan apa yang Gita lakukan.

Gita berjalan mendekati Rachel. Lalu menunduk dan mengambil keris yang tadi terlempar. Setelahnya ia mendekati ibunya. Lalu ia memeluknya.

Rezky yang melihat kejadian itu berusaha mendekati Dara lalu membuka ikatan pada tangan dan kakinya.

"Ibu, udah cukup. Gita gak mau ada korban lagi." Ucap Gita.

Kepala desa itu mulai menangis.

"Ta-tapi..."

Dikejauhan, Rendy dan yang lain langsung bergerak mendekat. Semua yang berada di situ juga terlihat tidak berbuat apa-apa. Mungkin karena kepala desa tidak memerintahnya.

"Cel, gak papa kan pisonya?" Tanya Cero tiba-tiba yang seketika membuat Rachel memukulnya pelan.

Namun setelahnya Rachel tertawa dan tanpa aba-aba, dia memeluknya. Dia merasa sangat lega karena ternyata Cero baik-baik saja. Ia tidak dapat membayangkan kalau temannya yang satu ini kenapa-kenapa. Pasti dia akan sangat sedih.

Cero yang awalnya membeku, seketika terkekeh pelan. "Gue gak papa kok, makasih fans." Ucapnya tanpa dosa.

"Woi ayok geser." Ajak Rezky yang ternyata sudah menopong lengan Dara pada pundaknya dan membantunya berjalan.

"Ayok." Cero membantu Rachel berdiri. Lalu dengan cepat, mereka berempat berjalan menuju keempat temannya yang lain.

Dan pada saat yang bersamaan,

Gita menusukan keris itu pada jantungnya sendiri. Membuat kepala desa seketika berteriak histeris.

Namun sebelum benar-benar menusukan keris tersebut, Gita seperti mengucapkan sesuatu lewat bibirnya. Rendy melihatnya. Ia dapat membaca gerak bibir Gita barusan dengan jelas. "Maaf." Katanya.

Giesele yang melihat kejadian itu juga seketika melotot kaget. Ia tidak mengira bahwa Gita akan membunuh dirinya sendiri. Ya walaupun nyatanya ia sudah mati.

"Woi cepetan-cepetan." Seru Cero.

Akhirnya, mereka berdelapan berjalan menuju tempat dimana mobil Rendy diparkirkan. Mereka semua terlihat tergesa-gesa karena mereka takut akan apa yang terjadi nantinya. Saat ini gelap gulita. Satu-satunya cahaya yang menerangi mereka sudah menghilang entah kemana.

Mereka semua hanya berjalan dengan harapan menemukan jalan keluar.

"Hei." Tiba-tiba terdengar sahutan yang seketika membuat tubuh Rio merinding. Bagaimana tidak? hutan yang gelap gulita saat ini terlihat sangat menyeramkan.

"Ini Sisi." Lanjutnya.

"Sisi?" Panggil Rendy langsung. Ia seketika mengingat seorang gadis berbaju putih yang pernah ia temui saat itu.

"Biar kubantu kalian keluar dari sini." Ucap Sisi, lalu ia berjalan mendahului mereka semua.

Bersambung...

Eps terakhir nanti malem yaa! Jgn lupa baca...

VOTE AND COMMENT❤️💜

Dont Believe (School Horror 3) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang