E.M.P.A.T.T.I.G.A

3.4K 563 23
                                    

#Rachel Rio story.

"Rachel..." panggil Rio. Namun Rachel tidak menengok sedikitpun. Bahkan kakinya tiba-tiba mati rasa. Dia tidak tahu kemana perginya rasa sakit pada pergelangan kakinya itu.

"Masih marah?" Tanya Rio. Rachel menengok ke arahnya. Tatapannya datar.

"Maaf." Ucap Rio lirih. Tangannya menggenggam erat tangan Rachel.

"Harusnya-harusnya Cero bareng kita... Kalo aja lo—" Rachel menahan nafasnya. Matanya terasa perih. Namun dia sekuat mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh.

"Kalo gitu lo gak bakal selamat chel,"

Rio tiba-tiba menghentikan jalannya. Cengkraman tangannya pada tangan Rachel seketika menguat. Namun saat Rachel ingin protes, Rio langsung menutup mulut Rachel menggunakan telapak tangannya.

Mereka menyadari ada suara jejak kaki mendekat. Rio langsung menarik Rachel untuk bersembunyi dibalik semak-semak.

Rachel menghela nafasnya, dalam hatinya ia memohon agar ini semua berhenti.

"Saya tahu kalian disekitar sini!" Kata lelaki bersepatu lusuh itu.

"Mau lari sekencang mungkin juga kalian tidak akan bisa keluar dari sini. Lebih baik kalian menyerah saja—!"

Mereka berdua diam. Tidak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Keadaan mereka memang cukup tertutup karena mereka bersembunyi dibalik sesemakan, belum lagi disekitar mereka terdapat banyak pohon yang besar-besar.

"Ayo keluar sekarang. Jangan main-main sama saya—!"

Rio sadar mereka tidak bisa hanya cukup diam dan bersembunyi dibalik sesemakan itu. Rio menarik nafasnya panjang. Dia harus melakukan sesuatu. Menurutnya, jika dia menyerang lelaki itu secara tiba-tiba, mungkin keselamatan akan lebih berpihak padanya bukan? Tidak perduli dengan kapak yang dipegang lelaki itu.

Rio memutuskan untuk meninggalkan Rachel.

"Tunggu sini ya!" Desis Rio.

"Inget, apapun yang terjadi. Jangan pernah keluar dari sini sebelum gue jemput." Ucap Rio, dia mengucapkannya sepelan mungkin.

Sebenarnya Rio tidak begitu yakin akan menang saat ini. Namun dia tidak bisa diam saja. Rachel menatap matanya. Ingin sekali dia melarang Rio pergi, tapi saat ini ia tidak bisa melakukan apa-apa.

Rio berjalan pelan mengitari lelaki itu. Dia tetap merangkak agar tidak kelihatan. Lelaki itu mengeratkan genggamannya pada kapak yang dia pegang. Ia tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang mengendap-endap menuju padanya. Rio merangkak dengan tenang. Berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun.

"Kalau kalian tidak mau keluar, akan kutebas semua semak disini. Lalu setelahnya, kutebas kepala kalian!" Ancam lelaki itu. Rachel langsung meringkuk ketakutan.

Dengan keberanian dan rasa kepercayaan diri yang tinggi, ketika Rio sudah berada dekat pada lelaki itu, dia segera bangkit dan mengangkat sebatang kayu kering yang tebal untuk dihantamkan ke wajah lelaki itu.

Bruk!

Kayu itu mendarat tepat mengenai hidung lelaki itu. Membuatnya langsung terjatuh dan memegangi hidungnya yang mengeluarkan darah.

Saat lelaki itu sedang berfokus kepada hidungnya, Rio kembali menghantamkan kayu itu ke wajah lelaki itu. Membuatnya tidak sadarkan diri. Untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar tidak sadarkan diri, dihantamnya kembali tubuh lelaki itu. Berkali-kali.

Belum puas, Rio mengambil kapak milik lelaki itu, lalu melayangkannya tepat ke arah dada lelaki itu. Membuat darah muncrat kemana-mana. Bahkan baju miliknya sudah berlumuran darah.

Rio tiba-tiba ambruk. Lututnya terasa mati rasa. Nafasnya naik turun tidak tentu. Dia mengusap wajahnya yang terciprat sedikit darah. Bau anyir darah seketika tercium.

Dengan satu tarikan nafas, Rio bangkit dari posisinya dan berjalan menuju semak-semak tempat dia meninggalkan Rachel.

Namun seketika ia merasa lemas saat melihat bahwa Rachel, tidak berada disitu.

Bersambung...

VOTE AND COMMENT♥️💜

Jadi gue bakal update ini seminggu sekali. Btw, thx bgt buat yg masih semangatin🤍

Dont Believe (School Horror 3) [END]Where stories live. Discover now