04. Out Of My Control

234K 5K 57
                                    

Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ

×××

DARA :

"Dara, bangun! Kita sudah sampai!" suara mama yang cukup keras berhasil membangunkanku yang sempat tertidur selama diperjalanan menuju restoran.

"Aduh, anak ini! Kebiasaan susah dibangunin! Ayo cepat bangun, Andara Paramita Gunawan! Papa kamu udah nunggu lama, lho," keluh mama sembari menepuk-nepuk pipiku pelan agar segera bangun.

Hujan sudah reda, menyisakan jalan yang masih basah. Aku dan mama segera masuk ke restoran tempat papa sudah menunggu lama. Perasaanku tak enak, aku merasa dari tadi malam ada yang ditutup tutupi oleh mama dan papa.

Restorannya terlihat sepi. Apa sudah dipesan khusus oleh papa? Tumben. Ada dinner pentingkah?

Mataku mengedar kesana kemari dan kulihat pria paruh baya yang melambai kearahku dan mama. Mama langsung menggeretku menuju papa.

"Maaf terlambat, tadi macet. Ditambah lagi hujannya juga cukup deras," ucap mama, lalu bersalaman dengan om dan tante, teman papa sepertinya. Aku tidak mengenalnya.

"Tak apa. Memang sudah biasa di Jakarta itu macet. Sekarang ayo duduk dulu," ucap teman papa yang belum aku ketahui namanya.

Aku mengulurkan tanganku sembari mengenalkan diri. "Nama saya Andara Paramita Gunawan. Panggil saya Dara, om dan tante."

"Oh, ini ya, yang namanya Dara. Cantik sekali. Panggil saja Mommy Diana, ya," ucap Tante Diana, duh bukan Mommy katanya. Kok aneh ya.

"Iya, Mommy," jawabku mengikuti saja kemauannya.

"Kalau ini kenalkan suami Mom. Panggil saja Daddy Agam," ucap Mom Diana memperkenalkan suaminya. Aku mengulurkan tangan untuk mencium telapak tangan Mom Diana dan Dad Agam. Panggilan yang aneh sekali kalau diucapkan. Tapi aku sudah dibiasakan untuk mencium telapak tangan orang yang lebih tua dariku.

"Dara anaknya sopan sekali. Tidak salah memang Mas Agam cari menantu. Sudah cantik, sopan, baik juga," celetuk Mom Diana yang membuatku langsung menatap ke arah mama dan papa. Apa maksudnya calon menantu? Apa aku akan dinikahkan secara paksa?

Papa berdehem pelan. Suasana menjadi agak canggung. Mama menggenggam tanganku erat lalu berbisik pelan, "Apapun yang terjadi. Ikuti saja ucapan papa. Yakinlah, ini yang terbaik untukmu, Dara. Mama dan papa sangat menyayangimu."

Aku menatap mama sedih, "Mama...."

Papa kembali berdehem untuk mendapatkan perhatian. Dan akhirnya membuka suara.

"Dara ... maaf papa tidak memberitahumu lebih awal. Sebenarnya malam ini mama dan papa akan mempertemukanmu dengan calon suamimu. Semoga kau mengerti dan menerima pernikahan ini," ucap papa menatapku dengan penuh harap agar aku bisa menerimanya.

Mama meremas tanganku. Menyuruhku untuk membuka suara. Ya Tuhan, aku belum siap untuk semua ini. Bagaimana bisa aku masih sekolah sudah menikah. Apa kata teman-temanku nanti? Tapi aku tidak bisa menolak permintaan papa. Papa selama ini sudah sangat baik kepadaku. Mencari segala cara agar aku bisa sembuh dari sakit yang aku derita waktu kecil. Inikah saatnya aku membalas budi kepada mama dan papa?

"Bagaimana Dara? Kau mau 'kan?" tanya Mom Diana. Lidahku terasa kelu untuk menjawab. Aku masih terkejut dengan pernikahan ini.

"Seharusnya dia tidak perlu menjawab setuju. Sudah pasti pernikahan ini akan terjadi sesuai perjanjian. Iya 'kan Dion?" ucap Dad Agam kepada papa. Hah?! Perjanjian? Masalah apa lagi ini. Banyak sekali rahasia yang disembunyikan papa dariku. Apa semua ini dilakukan papa demi aku?

MY PASSIONATE IT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang