23. Pregnancy Signs

95.6K 3.9K 292
                                    

[ ᵀʰⁱˢ ᵖᵃʳᵗ ᶜᵒⁿᵗᵃⁱⁿˢ ᵃᵈᵘˡᵗ ˢᶜᵉⁿᵉˢ 🔞 ]
Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ


ARKA :

Semalaman aku lembur karena harus menyelesaikan semua pekerjaanku. Rasanya badanku sangat pegal. Tidak terasa hari sudah menjelang subuh. Aku harus segera istirahat. Jika sudah fokus bekerja aku selalu lupa waktu. Kebiasaan buruk yang seharusnya aku perbaiki. Tapi pekerjaan yang banyak membuatku harus lembur hampir setiap hari.

Aku segera beranjak dari ruang kerja dan berjalan malas menuju kamar. Sebelum pergi ke kamar, aku sempatkan untuk ke dapur mengambil air minum. Di dapur kebetulan Dara terlihat sibuk mencari-cari sesuatu didalam kulkas. Aku kira dia masih tidur nyenyak. Ini masih jam empat subuh.

Dara terlihat kesal lalu menutup pintu kulkas dengan keras. Berbalik badan dan terkejut melihatku sedang berdiri dibelakangnya.

"ASTAGA YA TUHANKU!" kagetnya sambil ingin melemparkan botol air mineral kepadaku. Untung saja botol itu tidak sampai terlempar ke arahku.

Apa Dara masih marah kepadaku?
Kemarin malam aku sengaja mengacuhkannya. Sikapku kemarin mungkin membuatnya semakin marah. Tapi aku memang tidak bermaksud untuk mengacuhkannya. Aku hanya ingin memberinya waktu sendiri. Dan yang aku tahu dari beberapa sumber, saat wanita marah lebih baik kita diam daripada memperbesar masalah.

"Sudah bangun?" tanyaku berhati-hati. Dara mengangguk pelan lalu pergi meninggalkanku sambil merangkul botol air minum didepan dadanya.

Tiba-tiba aku merasa sangat merindukannya. Aku ingin memeluknya. Aku harus menahannya. Tidak. Dara masih marah kepadaku. Jika aku memeluknya, dia akan semakin marah. Dara butuh waktu sendiri, Arka.

Tuhan... Aku harus memeluknya. Tidak peduli dia masih marah kepadaku atau tidak. Aku segera berlari kecil mengejar Dara yang tidak jauh dariku. Aku peluk tubuhnya yang kecil dan mungil dengan erat. Dara terkejut aku memeluknya tiba-tiba. Botol air minum yang dia pegang jatuh. Pecah dan membasahi lantai.

"Aku merindukanmu... Jangan pergi," gumamku lirih. Aku cium rambutnya berulang-ulang.  Menghirup aromanya yang wangi dan menyejukkan. Rasanya rasa lelahku setelah bekerja semalam terbayarkan.

Namun Dara tidak bereaksi saat aku memeluknya. Dia tetap diam dalam posisinya. Tolong berikan respon, Dara. Jangan diam.

"Sudah?" tanya Dara singkat lalu melepaskan pelukanku.

"Sayang...." Aku genggam tangan mungilnya yang terasa dingin. Dara melepaskan genggamannya dan pergi meninggalkanku lagi. Dara sampai kapan kau akan seperti ini.

Segera aku susul Dara kedalam kamar. Syukurlah pintu kamarnya tidak dikunci. Berarti Dara tidak marah lagi. Aku buka pintu perlahan dan melihat Dara berdiri didepan pintu kaca yang menuju balkon.

Saat aku masuk, Dara menolehkan wajahnya sebentar untuk melihatku masuk. Aku bingung harus bereaksi seperti apa. Aku tidak bisa menebak bagaimana suasana hatinya. Jika salah tindakan, Dara bisa saja semakin marah kepadaku.

Lebih baik aku tahan dulu. Dara sepertinya butuh waktu lebih lama untuk sendiri. Aku segera mengambil handuk dan mandi membersihkan tubuhku sebelum tidur.

×××

DARA :

Aku ingin sesuatu yang asam. Entahlah aku tidak menemukannya didalam kulkas. Aku justru menemukan Arka dengan wajah masamnya. Terlihat lelah setelah semalaman bekerja lembur.

MY PASSIONATE IT'S YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang