16. Better

108K 4.3K 232
                                    

[ ᵀʰⁱˢ ᵖᵃʳᵗ ᶜᵒⁿᵗᵃⁱⁿˢ ᵃᵈᵘˡᵗ ˢᶜᵉⁿᵉˢ 🔞 ]
Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ

×××

DARA :

Waktu terus berjalan. Aku tidak bisa terus terpuruk dengan ketakutanku. Memang aku tidak bisa melupakannya dengan mudah. Kadang aku merasa resah dan cemas tiba-tiba. Namun Arka selalu ada disaat aku terpuruk. Itu membuatku merasa lebih baik. Lagipula kata Arka, Furi juga sudah mendapatkan hukumannya. Furi tidak akan muncul dan mengganggu rumah tangga kita. Jadi aku tidak perlu merasa takut lagi.

Sudahlah, yang lalu biarlah berlalu. Masa depanku masih panjang. Aku harus fokus pada pendidikanku. Aku ingin segera lulus SMA dengan nilai baik dan masuk ke universitas negeri ternama. Setidaknya aku ingin Arka merasa bangga punya istri yang pintar.

Aku tidak begitu mendengarkan penjelasan dari guru didepan kelas. Aku terlalu asyik membayangkan jika aku punya anak dari Arka. Aku menggeleng cepat dan berusaha untuk memperhatikan penjelasan guru. Walaupun sangat sulit untuk tetap fokus pada pelajaran. Karena sekarang adalah jam terakhir, ditambah yang dipelajari adalah matematika.

"Dara, lo udah nggak perawan 'kan?" celetuk Lisa tiba-tiba membuatku langsung tersadar dari lamunanku.

Sontak aku langsung menyumpal mulut Lisa dengan kertas, sebelum dia mengatakan rahasiaku kesemua orang. Lisa memang kadang suka aneh-aneh. Pikirannya sangat random dan menyeletuk hal-hal aneh.

"Dara!" protes Lisa.

"Mangkanya jangan ngadi-ngadi kalau ngomong!" kesalku.

"Kok marah sih! Gue cuma bergumam aja tadi. Berarti bener, ya? Udah ngapain aja sama--"

"Diem, Lisa!" ucapku sedikit berteriak. Iya sedikit saja, sampai guru melemparkan penghapus dan spidol kearahku dan Lisa. Untung saja aku bisa menghindar dengan cepat. Sialnya Lisa mukanya kena spidol.

"DARA! LISA! KELUAR DARI KELAS SAYA!" bentak Pak Edi, guru matematika wajib. Pak Edi memang terkenal sebagai guru killer di sekolah. Ya memang rata-rata guru matematika selalu killer. Aku heran sejak SD, guru matematikaku selalu galak.

"Tapi pak--"

"KELUAR SEKARANG ATAU NILAIMU SEMESTER INI KOSONG! MENGGANGGU PELAJARAN SAYA SAJA!"

Lisa bangun dari tempat duduk dan menarik tanganku untuk ikut bangun. Akhirnya kita berdua dikeluarkan dari kelas. Aku merasa menyesal tadi tidak bisa fokus pada pelajaran. Padahal aku ingin masuk universitas negeri. Aku tidak ingin membuat Arka malu jika istrinya hanya seorang lulusan SMA. Setidaknya tingkat pendidikanku bisa sederajat dengannya. Atau bahkan lebih.

"Ditekuk mulu itu muka. Udah biasa aja kali," ucap Lisa menggandengku menuju kantin.

"Kita udah kelas 12, Lis. Gue takut nilai gue jelek nanti nggak bisa buat daftar kuliah."

"Lo tenang aja. Lo itu punya koneksi sama pemilik sekolah. Nilai lo bakal tetap aman walaupun lo nggak masuk kelas matematika," ucap Lisa santai.

"Iya sih, tapi gue nggak enak terus ngrepotin Arka. Setelah gue diculik waktu itu, Arka udah lakuin dan ngasih banyak hal buat gue. Sementara gue cuma bisa ngasih cinta doang."

"Udahlah, nikmatin aja. Berarti itu Om Arka udah mulai cinta dan sayang sama lo." Aku mengangguk mengerti.

Betul juga kata Lisa. Arka jadi menjadi semakin perhatian kepadaku. Seharusnya aku tidak mengeluh karena terlalu diperhatikan. Memang itulah yang aku inginkan dulu. Dicintai Arka. Merasa selalu dibutuhkannya.

MY PASSIONATE IT'S YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora