14. I Hate Myself

118K 4.5K 210
                                    

[ ᵀʰⁱˢ ᵖᵃʳᵗ ᶜᵒⁿᵗᵃⁱⁿˢ ᵃᵈᵘˡᵗ ˢᶜᵉⁿᵉˢ 🔞 ]
Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ

×××

ARKA :

"Dara sayang, buka matamu. Aku ada disini," gumamku lirih. Aku genggam tangan Dara yang dingin agar dia mendapatkan sedikit kehangatan. Tubuhnya terlihat begitu rapuh. Banyak memar yang membekas hampir di seluruh tubuhnya.

Sudah hampir seminggu Dara masih betah menutup matanya. Aku tidak tahu persis bagaimana keadaan Dara saat dia diselamatkan oleh pengawalku. Karena saat itu aku masih berada di perjalanan.

Yang aku tahu Dara ditemukan dengan kondisi yang sudah sangat memilukan.
Tubuhnya hampir telanjang. Bahkan yang aku dengar, Dara sempat ingin mengakhiri hidupnya. Untunglah pengawalku datang tepat waktu. Dara masih belum kehabisan napasnya.

Aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Tidak sampai Furi mendapatkan balasannya. Berani-beraninya dia membuat istriku hampir diperkosa. Kejahatannya kali ini memang tidak bisa aku maafkan. Furi tunggu saja hukumanmu.

Tanpa sadar aku terlalu larut dalam emosiku sampai tidak menyadari bahwa Dara sudah sadar dari tidur panjangnya. Dara langsung menangis sesenggukan. Aku langsung peluk tubuhnya dengan erat.

"PANGGIL DOKTER! CEPAT!" teriakku keras kepada pengawal yang menjaga diluar ruangan.

Dara memberontak dalam pelukanku. Dia menangis sejadi-jadinya. Melepaskan jarum infus yang menempel ditangannya dengan paksa. Menjambak rambutnya sendiri kuat-kuat.

"AAAAAAGGGRHH!"

"DARA! HENTIKAN!" aku peluk tubuhnya dengan paksa. Walaupun Dara terus mencoba untuk memberontak. Dia ingin terus menyakiti dirinya sendiri.

"JANGAN SENTUH AKU!!"

Aku menggeleng, "Jangan sakiti dirimu sendiri! Tenanglah, sayang...."

"Jangan sentuh aku, Arka! Tubuhku telah kotor! Aku benci! Seharusnya kau membiarkan aku mati!" jerit Dara sambil menangis keras.

"Pukul saja aku, Dara. Jangan sakiti dirimu. Pukul aku!" pintaku memohon. Aku peluk tubuhnya semakin kuat. Terserah dia akan menyakitiku atau apapun, yang jelas ini adalah salahku. Dara tidak bersalah. Jika Furi aku singkirkan sejak dulu, Dara tidak akan seperti ini.

Dara membalas pelukanku dengan erat. Menangis dengan tubuh yang bergetar hebat. "Aku takut... Tubuhku telah disentuh... Maafkan aku...."

"Hush... Tubuhmu baik-baik saja. Kau belum sampai diperkosa Dara! Sudah cukup!"

"Tapi aku hampir telanjang, Arka! Mereka telah menyentuh...." Dara memegangi dadanya. Membuka pakaian yang dia kenakan. Menunjukkan bekas remasan pria-pria bejat itu kepadaku.

"Lihatlah... Aku sudah tidak lagi suci, Arka...." Dara memukuli dadanya keras. Aku tahan kedua tangannya untuk berhenti menyakiti dirinya.

"Jangan menyalahkan dirimu. Aku yang salah. Seharusnya aku tidak pergi waktu itu. Kau pasti sangat kecewa kepadaku. Maafkan aku, Dara...." tanpa sadar aku menangis, sambil merapikan kembali pakaian Dara yang terbuka. Aku tidak kuasa melihat dadanya yang membekas memar biru. Dara pasti sangat kesakitan.

"Maafkan aku. Maafkan aku," gumamku lirih. Aku cium bibirnya lembut. Namun tiba-tiba Dara merasa kesakitan di dadanya. Tangannya mencengkram erat lenganku. Aku bingung harus melalukan apa. Aku rebahkan tubuh Dara kembali ke atas ranjang. Tubuhnya meringkuk menahan rasa sakit di dadanya.

MY PASSIONATE IT'S YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora