27. My Babies

90.1K 3.5K 124
                                    

Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ

[ Maafkan aku baru bisa update 😭. Author baru merasa hidup akhir-akhir ini hehehe... Aku akan update part cerita ini perlahan-lahan mungkin jika konsisten akan sampai tamat. Karena sudah lama tidak menulis, maafkan jika banyak typo atau alur yang gak jelas. Terima kasih bagi yang sudah mau menunggu ku pulih🥰... Enjoy guys]

DARA :

Hampir setiap jam pelajaran pagi aku selalu tertidur di dalam kelas. Rasa kantuknya sungguh luar biasa. Apakah mungkin bawaan dari bayi-bayiku?

Alhasil untuk ke empat kalinya aku dihukum. Kali ini hukumannya sangat tidak main-main. Aku dihukum untuk belajar sendiri di tengah-tengah lapangan sembari membawa buku. Oh, tidak. Ingin sekali aku kabur saja. Namun tatapan tajam Pak Joko sungguh tidak akan pernah membuatku dapat kabur dengan mudah.

Pak Joko menyuruhku untuk mengikutinya ke lapangan. Beliau berhenti ditempat yang redup, sementara aku ditunjuk untuk terus berjalan sampai ke tengah lapangan yang panas. Dengan penuh rasa gugup aku kancing resleting jaket tebal yang sengaja kupakai untuk menutupi perutku yang mulai terlihat buncit.

"Ya betul berdiri disitu, Dara! Baca seluruh bab di buku paket itu sampai habis. Lalu temui saya setelahnya! Semoga dengan hukuman ini kamu bisa kapok tidak tidur di kelas lagi!" perintah Pak Joko marah.

Aku mengangguk paham, namun Pak Joko memintaku untuk menjawabnya dengan lantang. "Mulutmu itu bisu! ayo jawab saya!"

"BAIK PAK! SAYA MEMINTA MAAF DAN TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI!" teriakku sekuat tenaga. Aduh, rasanya aku sudah mengeluarkan begitu banyak tenaga dengan berteriak ditengah lapangan yang panas ini.

Kemudian Pak Joko pergi meninggalkanku sendirian disini. Hanya ada beberapa siswa berlalu lalang di depanku. Diantaranya menatapku dengan tatapan yang aneh. Sungguh aku merasa malu.

Tak lama kemudian Lisa datang entah dari mana. Lisa membawakan minum untukku. Wah, dia sangat nekat. Lisa bisa-bisa dihukum Pak Joko juga karena sudah membantuku. Tapi dia menyakinkanku untuk tidak perlu khawatir.

"Dara, lo nggak papa, kan? Gila itu emang aki-aki. Bukannya tua tobat malah bikin emosi mulu. Ayo minum dulu. Kasihan bayi-bayi lo pasti kehausan harus panas-panasan begini," ujar Lisa.

"Gue baik-baik aja. Syukurlah, bayi-bayi gue emang kuat banget. makasih ya, Lis. Sekarang lo sana balik ke kelas aja. Nanti ketahuan Pak Joko bisa nambah masalah," terangku.

Sebenarnya Lisa masih ingin menemaniku dihukum, namun aku terus memaksanya untuk kembali ke kelas. Akhirnya Lisa mau kembali ke kelas lagi dan aku melanjutkan hukumanku. Berdiri ditengah lapangan sembari mempelajari buku setebal 255 halaman ini.

Tidak terasa jam istirahat pertama berbunyi dan aku sudah setengah sadar untuk terus berdiri. Kakiku rasanya sangat pegal dan kram. Jika tidak ada Dodit yang dengan cepat menyangga tubuhku, mungkin aku sudah jatuh.

Kepalaku terasa sangat pening. Dodit membantuku untuk berjalan ke tempat yang redup dan sejuk. Membantuku untuk duduk dengan hati-hati.

"Dar, gue panggil anak PMR, ya? lo pucet banget!" pekik Dodit khawatir.

"Nggak usah, dit. Gue nggak papa kok. Lo panggil Lisa aja. Gue kayaknya mau izin pulang aja setelah ini." Dodit mengangguk dan secepat kilat pergi mencari Lisa. Badanku terasa sangat lemas. Aku tidak punya tenaga untuk berpura-pura tidak ada apa-apa setelah ini. Aku harus beristirahat, kasihan bayi-bayiku pasti merasa sangat lelah karena aku.

×××

Sampai di kos Lisa, aku langsung merebahkan tubuhku dengan tenang. Rasanya sungguh lebih tenang daripada di sekolah. Lisa membantu melepaskan sepatuku lalu membantuku untuk minum.

"Kalau ada apa-apa bilang ke gue. Kita langsung ke dokter setelah ini, ya. Gue takut terjadi apa-apa sama bayi-bayi lo," cemas Lisa.

"Gue cuma butuh istirahat aja. Lo nggak usah cemas berlebihan, oke."

"Tapi...."

Aku arahkan tangan Lisa ke atas perutku. Lisa terkejut merasakan tendangan kuat dari dalam perutku. "Lho kok udah bisa nendang, sih! Lucu banget anak-anak lo, Dara! Kapan sih HPL-nya?"

"Emm... mungkin sekitar bulan Agustus."

"Duh, nggak sabar gue."

Apalagi aku, Lis. Aku ingin segera bertemu dengan kedua malaikat kecilku ini. Mereka sungguh kuat dan hampir tidak pernah membuatku merasa kewalahan. Mungkin aku hanya susah untuk mengendalikan rasa kantuk di pagi hari. 

Ya, sekarang aku juga mulai terbiasa untuk hidup sendiri bersama Lisa. Mama maupun Papa sampai saat ini tidak tahu tentang kehamilanku. Aku selalu berkilah saat mereka ingin mengunjungiku di rumah Arka. Begitupun, kedua orang tua Arka. Mereka berpikir kedua anaknya tengah menjalin hubungan yang begitu mesra sehingga tidak ingin diganggu. Sungguh hatiku teriris saat mengatakan kebohongan itu.

Jujur saja aku tidak tahu dimana Arka saat ini. Dia masih menghilang. Meninggalkanku sendirian dengan segudang pertanyaan dan rasa penasaran. Tidak mungkin dia pergi dengan Furi. Setidaknya masih ada sedikit rasa kenyakinan untukmu, Arka. Aku yakin rasa ini bukan murni dariku. Tapi dari bayi-bayimu yang tengah ku kandung ini. Mungkin mereka merindukanmu saat ini. Sehingga kesalahan sebesar apapun rasanya mampu untuk aku maafkan karena dorongan dari mereka.

Lisa pamit untuk mencari makan siang didepan kos, sementara aku ditinggal sendiri untuk sebentar. Anehnya saat siang, rasa ngantukku hilang entah kemana. Sekarang aku bingung harus melakukan apa. Sembari bersantai diatas ranjang, aku ambil handphone dan tertarik untuk membuka Instagram yang sudah lama sekali tidak aku buka.

Woah, ternyata banyak sekali pesan yang tidak aku baca. Ya, rata-rata orang-orang yang meminta untuk di follow back. Namun ada satu pesan yang membuatku gusar. Pesan dari orang yang tidak aku kenal. Namun entah mengapa aku iseng membuka pesan itu. Dan saat aku membacanya aku yakin ini pasti pesan dari Arka. 

"AAAAAA! BENARKAH INI--- dari Arka...," teriakku bahagia. Akhirnya setelah berminggu-minggu menghilang Arka mengirimiku pesan. Oh, Tuhan, ada apa ini? Untunglah aku membuka pesan Instagramku.

XX_OO11 :

Dara, sayang..
Maaf aku harus pergi tanpa mengabarimu. Percayalah saat ini aku sedang menyelesaikan sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan. Aku akan selalu baik-baik saja, semoga kau juga begitu.  Aku mencintaimu.

Apapun berita yang kau dengar diluar sana, jangan pernah percaya. Percayalah kepadaku. Aku akan segera menghubungimu kembali.

Setidaknya saat ini aku punya sedikit harapan. Cepatlah kembali, Arka.

To Be Continued

MY PASSIONATE IT'S YOUWhere stories live. Discover now