15. Protect You

115K 4.5K 206
                                    

[ ᵀʰⁱˢ ᵖᵃʳᵗ ᶜᵒⁿᵗᵃⁱⁿˢ ᵃᵈᵘˡᵗ ˢᶜᵉⁿᵉˢ 🔞 ]
Happy Reading

ᴿᵉᵛⁱˢᵉᵈ ⱽᵉʳˢⁱᵒⁿ

×××

DARA :

Butuh waktu lama untukku bisa menerima keadaan. Aku merasa sangat hancur jika mengingat saat-saat mengerikan itu. Tubuhku ditali dan dipaksa untuk dilucuti hingga hampir telanjang.

Syukurlah orang-orang suruhan Arka datang sebelum aku benar-benar telanjang. Walaupun belum sampai melakukan hal lebih, aku tetap saja merasa sangat hina. Tubuhku diremas dengan kuat. Bahkan aku masih bisa merasa remasan tangan biadab itu di payudaraku.

Rasanya aku ingin menangis lagi. Entahlah sudah berapa kali aku terus menangis. Aku menatap taman bunga yang indah dengan pandangan buram. Air mataku tidak bisa dibendung.

Arka yang baru saja datang terkejut melihatku kembali menangis. Tidak lagi menangis histeris seperti beberapa hari yang lalu. Namun aku lebih sering menangis diam-diam. Aku tidak ingin menyusahkan semua orang.

"Hey, kenapa menangis lagi?" tanya Arka cemas. Meletakkan air putih yang dia bawa ke meja. Arka berjongkok didepanku. Memeluk tubuhku erat.

"Jangan menangis lagi. Maaf aku terlalu lama mengambil air di dapur," tutur Arka.

Aku menggeleng. "Kau tidak bersalah. Jangan terus meminta maaf."

"Lalu kenapa kau menangis? Sudah jangan pernah ingat kejadian itu. Aku sudah memberikan hukuman setimpal untuk Furi. Jangan menangis lagi, oke?!"

Aku mengangguk. "Akan aku coba. Rasanya sulit menahan tangisanku. Aku sangat cengeng."

Arka menghapus air mataku lalu mencium keningku lembut. "Minum obat dulu, ya?"

Arka membantuku minum obat. Kemudian kita berjalan-jalan di taman belakang rumah. Arka mendorong kursi rodaku sambil bercerita bagaimana dia saat masih sekolah. Dia tipe cowok yang bad boy. Sering berganti-ganti pasangan saat bosan. Ya, sudah aku tebak dia tipe cowok playboy.

Tiba-tiba aku teringat dengan ujianku tiga minggu lalu. Seharusnya aku mengikuti ujian kenaikan kelas. Sial! Aku melupakan ujian penting itu! Bagaimana jika aku tidak naik kelas.

"Arka," panggilku.

"Iya, sayang."

"Seharusnya tiga minggu yang lalu aku mengikuti ujian kenaikan kelas. Bagaimana jika aku tidak naik kelas?! Sayang sekali sebentar lagi aku lulus SMA," tanyaku khawatir.

Arka menepuk pundakku pelan. "Kau lupa siapa suamimu ini?"

Aku mengerutkan kening. "Siapa?"

"Kau lupa? Aku pemilik sekolahmu, Dara. Tidak perlu ambil pusing. Aku sudah mengurus ujianmu. Kau sudah bisa dipastikan akan naik kelas," ucap Arka menenangkanku.

"Oh, syukurlah," gumamku lega.

"Setelah SMA, kau ingin kuliah dimana?" tanya Arka kepadaku.

Aku mengangkat bahu tidak tahu. Aku memang belum kepikiran untuk lanjut kuliah atau di rumah saja sebagai ibu rumah tangga.

MY PASSIONATE IT'S YOUWhere stories live. Discover now