First Sight

2.9K 173 13
                                    

Desau angin di bulan desember ini membuat kerusuhan. Hawa dingin memperkuat rasa malas setiap orang untuk berpergian.

Namun, rasa malas tidak ada di kamus seorang dokter. Mereka tetap menjalani aktivitas dengan hati yang lapang.

Berbicara tentang dokter, di Seoul, ibu kota dari Korea Selatan memiliki pusat rumah sakit yang di segani karena setiap dokternya bekerja keras dan menghasilkan kepuasan yang baik bagi pasiennya.

Wooridul Spine Hospital. Banyak dokter yang ingin bekerja di sana dan setiap tahunnya di minati oleh dokter magang. Kode etik profesi yang terkesan tegas membuat rumah sakit itu melahirkan generasi dokter yang handal dan dapat dipercaya.

Persaingan antar sesama dokter terlalu kuat hingga mereka cenderung lebih mementingkan kepentingan pribadi, hanya saja hal itu dapat di kontrol sehingga tidak mendapat banyak masalah. Ini tentang kehidupan, dan setiap dokter berhak memilih jalan mereka masing-masing untuk mendapatkan kesuksesan yang menjulang tinggi.

Sudah beberapa tahun belakangan ini, dokter terbaik di Wooridul Spine Hospital tidak pernah tergantikan. Setiap memasuki pintu utama rumah sakit itu, akan terlihat sebuah raut wajah mempesona dengan senyuman yang menawan di dalam sebuah figura yang terpajang rapi di dinding yang langsung menjadi pusat perhatian semua orang ketika menginjakkan kakinya pertama kali di rumah sakit tersebut.

Sebut saja dia dokter Bae dengan nama belakang Irene. Dia adalah dokter tercantik yang berhasil menggaet gelar master di usia mudanya. Kemampuannya tidak bisa diragukan. Wanita itu sangat ambisius dan profesional.

Semua orang akan mengaguminya mulai detik ini, akan tetapi sikapnya yang dingin membuat siapapun tidak akan mudah menembus batasan yang telah di bangun olehnya. Satu lagi, dia tidak hanya terkenal karena wajah dan kemampuannya. Perkataannya akan membekas di ingatan setiap orang, bukan karena kelembutan hati saat berbicara akan tetapi sikapnya yang terlalu polos dan terlampau jujur. Irene tidak akan segan untuk menasehati lawan bicaranya, seniornya, dan pasiennya jika berbuat salah.

Perkataan yang membekas itu bagaikan benda tajam yang menusuk tulang. Tidak heran lagi, banyak orang yang sakit hati padanya. Begitulah prinsip Irene, ia tidak akan bersikap lembut untuk menutupi kesalahan. Menjadi wanita yang terlalu feminim hanya akan membuat orang lain tersesat. Ia memang wanita, tapi menginginkan pikiran tegas seorang pria untuk melakukan sesuatu.

Mobil sedan hitam dari perkarangan Wooridul Spine Hospital melaju cepat menembus jalanan kota Seoul yang mulai ramai akan aktivitas setiap orang. Di pagi hari ini, bersama rekan kerjanya, Irene akan pergi ke seminar internasional yang diimpikan oleh setiap dokter.

Di dalamnya, akan terdapat berbagai macam kegiatan. Yang paling penting dari semuanya, siapapun dokter yang bisa pergi ke sana sangatlah beruntung. Mereka pasti sangat pintar dan sangat di segani. Sangat susah mendapatkan tiket pergi ke sana, apalagi yang menghadirinya bukan hanya dokter nasional melainkan dokter yang terkenal dari mancanegara.

Ilmu yang didapatkan dari seminar itu bukan cuma-cuma, mungkin bisa membuat orang yang cerdas akan semakin cerdas. Tidak sampai di situ, mereka tidak akan berjalan di satu tempat saja melainkan terus maju ke arah yang baik.

"Sudah lama aku ingin pergi ke seminar itu, akhirnya bisa terwujud. Ini adalah suatu penghormatan bagiku," ujar rekan kerja Irene sumringah. Dia mengalihkan pandangannya dari pemandangan sekelilingnya yang mulai menjemukan.

Irene yang sedari tadi tertunduk menatap buku dipangkuannya menoleh sejenak memperhatikan raut wajah bahagia Hwang Leo, ya, rekan kerjanya itu. Kebetulan mereka saling menatap. Tatapan Leo terbagi pada buku yang bersama Irene. "Ya. Berhentilah belajar sementara waktu! Apa kau tidak pusing membaca buku di dalam mobil, eoh?" keluar desisan kecil dari bibir Leo.

We're Married In Hospital [✔]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon