Crazy Little Things Called Love

925 107 19
                                    

Seperti hari-hari yang telah berlalu, Wooridul Spine Hospital masih senantiasa menjalani roda dunia kesehatan dengan pegawainya yang semakin profesional.

Pekerjanya sudah disibukkan dengan bidang masing-masing sejak jam 3 bagi, bahkan para apoteker tidak bisa tidur sebab mereka meracik obat yang akan digunakan pagi ini.

Keteguhan hati para residen sudah di uji dengan jaga malam yang mengharuskan mereka bergadang, belum lagi kesalahan kecil yang tak sengaja menghampiri mereka sehingga mau tak mau harus tabah mendengar omelan dari konsulen yang layak dikatakan sebagai sindiran tajam yang membuat mental menjadi down seketika. Bahkan ada salah satu dari mereka yang terlampau terkejut menyadari menjalani kehidupan koas bukanlah hal yang mudah dengan hati yang lemah, maksudnya gampang menangis.

Lisa langsung menelepon ibunya seusai di tegur konsulen dengan bahasa kasar mereka, dia menangis keras dan membulatkan tekad ingin berhenti menjadi dokter. Mungkin akan lebih baik ia membantu ibunya menjalani roda kehidupan restoran keluarga mereka di Thailand. Benar, Lisa merantau ke Korea Selatan hanya untuk mendapatkan ilmu yang lebih sempurna. Dengar-dengar, banyak dokter ahli yang dilahirkan Korea Selatan sebab dunia kesehatan mereka yang sudah berkembang pesat hampir menyaingi Jepang. Bisa di bilang sudah sangat sederajat.

Mendengar Lisa menyerah membuat teman-teman seperjuangannya cemas setengah mati sembari menahan Lisa agar tidak menyerah, bahkan Kyungsoo bisa berubah menjadi sosok yang sedikit lembut dan mulai banyak bicara.

Lisa merasa terharu melihat upaya teman-temannya yang berusaha menyakinkannya untuk terus berjuang, lalu Lisa meminta pendapat orang tuanya yang ternyata turut mendukung mimpinya. Alhasil, Lisa memutuskan untuk tidak menyerah.

"Lisa! Mari berjuang bersama-sama hingga akhir! Hwaiting!"

Cukup sedih mengetahui para dokter muda berada dalam lingkup rumah sakit yang sangat luar biasa, bahkan karena kesalahan kecil yang tak cukup berarti mereka tidak pernah mendapatkan sebutan dokter saat senior, professor, dan konsulen memanggil mereka. Dibandingkan dengan teman-teman mereka yang terjun di rumah sakit yang lain, mungkin mereka sudah sangat bangga bisa dipanggil dokter di depan nama mereka. Bahkan, para koas di Wooridul Spine Hospital tidak bisa berharap lebih bisa di panggil dokter di depan nama mereka.

Cerita berlanjut ke dalam kehidupan para apoteker yang sedang dibingungkan dengan tingkah laku salah seorang rekan dari bagian mereka. Park Chanyeol yang selalu melamun tepat jam 12 tengah malam. Mereka memang banyak menghabiskan waktu di Laboratorium dengan istirahat yang lebih kurang dari kata minim. Kalau di telaah lebih jauh, Chanyeol memiliki sikap aneh itu sejak kedatangan orang-orang baru dalam Wooridul Spine Hospital, siapa lagi kalau bukan residen dan koas.

"Ada apa denganmu, Chan? Kau berubah mengerikan, atau jangan-jangan kau memang kerasukan setan?!" pekik Jongin histeris sambil mengguncang kedua pundak Chanyeol berulang kali.

"Aish!" dengus Chanyeol, "Kau merusak mood-ku, urus saja masalahmu sendiri. Jangan ganggu aku di jam ini, setiap hari pun harus begitu!" lanjutnya yang mendelik tajam ke Jongin, namun saat menyadari semua rekannya menatap bingung ke arahnya, Chanyeol menambahkan larangan keras.

"Kalian boleh menggangguku kapan saja selain jam ini," jelasnya yang bergumam kemudian mengalihkan pandangannya ke tempat terakhir kali sorot matanya mengarah, entah apa yang membuat Chanyeol mengerang frustasi kemudian memaki Jongin sebab itu adalah kesalahannya yang membuat Chanyeol tak bisa melihat sosok yang menarik perhatiannya belakangan ini, masalahnya ia selalu melihatnya menangis tersedu-sedu di pojok bangku belakang.

Alhasil perbuatan Chanyeol membuat rekannya mengusap tengkuk leher, tatapan mereka berubah gelisah. Terkecuali Park Chorong, satu-satunya apoteker wanita di rumah sakit ini.

We're Married In Hospital [✔]Where stories live. Discover now