Wish in Heart Card

1.2K 133 8
                                    

03.00 p.m KST, baru saja pagi mengintip ke Bumi, Irene berada di perjalanan pergi ke rumah sakit setelah mendapatkan kabar untuk menangani pasien lagi.

Dipertengahan jalan, mobilnya terhenti karena melihat kegaduhan antar geng motor. Ia menghela nafasnya kemudian tak mau ambil pusing memperhatikan keributan itu lebih lama lagi namun saat melihat sekilas seragam sekolah yang dikenakan antara kerumunan geng itu terdapat identitas Sopa matanya membulat kemudian mengurungkan niatnya menginjak pedal gas mobil.

Bertepatan dengan itu, kaca mobilnya diketuk kasar dengan gerakan berulang kali. Irene menoleh memperhatikan gerak-gerik pemuda yang sedang mengerubungi mobilnya. Ia menatap arlojinya sejenak, waktunya tinggal 30 menit lagi untuk menangani pasien.

Irene memutar bola matanya kesal saat mengetahui pemuda-pemuda itu semakin tak sabaran mengetuk mobilnya menanti ia keluar dari mobil.

Bugh! Irene tersenyum puas melihat pemuda yang berada pas dengan pintu mobilnya meringis menahan sakit kemudian memelototinya dengan tatapan gusar.

"Kalian sedang sakit? Mau aku obati?" tawar Irene dingin.

"Wow isinya cantik juga bung," bisik temannya ke yang lain. Mereka saling berbisik-bisik kemudian menatap Irene dengan tatapan menggoda.

"Anak muda jaman sekarang semakin kurang ajar, rasa sopan santun terlalu mahal digunakan. Keluyuran malam-malam tanpa tujuan yang berguna. Pergi sana pulang, banyak-banyak belajar. Kalian kan mau ujian," ketus Irene sambil bersedekap.

Semuanya tertawa cekikikan menatap Irene kemudian saling pandang satu sama lain.

"Sudahlah bung, jangan basa-basi lagi!"

"Eh, tunggu! Kalian sudah menangani bocah bodoh itu? Kalian yakin?"

Irene melirik pandangan mereka yang tertuju pada pria berperawakan tinggi yang memakai seragam Sopa, seorang yang sangat dia ingin tahu setengah mati. Ia menyipitkan matanya, seperti mengenal pria itu.

"Sudah obrolannya? Aku tidak bisa membuang waktuku lagi karena harus pergi ke rumah sakit. Kalian mau ikut?" ujar Irene sarkastik kemudian merenggangkan otot lehernya sejenak.

Mata Irene membulat mengetahui seseorang sudah mendekapnya dari belakang.

"Ayo kita bawa kabur dokter cantik ini setelah itu sikat habis. Haha!"

Bugh!

Irene menatap orang yang sudah terkapar tepat di kakinya kemudian ia menendangnya tanpa belas kasihan. Untuk apa mengasihani orang brengsek seperti mereka.

"Dasar bodoh, kenapa kalian tidak becus hanya menjaga satu orang saja!"

"Dia jago berkelahi!"

Mereka semua lari terbirit-birit saat melihat orang yang berdiri di belakang Irene hendak melayangkan tinjuannya. Salah satu dari mereka mengacungkan telunjuknya,

"Urusan kita belum selesai Byun brengsek!"

Selang beberapa mendengar perkataan itu, Irene menoleh ke belakang. Mendelik kesal membalas cengiran kuda milik Baekhyun.

"Oh! Jadi kau yang keluyuran malam-malam masih memakai seragam Sopa. Otakmu di dengkul, ya?" geram Irene menggebu-gebu setelah mengambil langkah menjauhkan diri dari Baekhyun.

"Suka-suka aku dong," balasnya enteng kemudian hendak pergi.

"Waktumu itu kau habiskan untuk apa saja sih? Aku penasaran bagaimana perasaan orang tuamu," ujar Irene sarkastik.

Baekhyun terdiam tak bergeming ditempatnya kemudian mendesah pelan tak ingin menggubris dokter menyebalkan itu. Sepertinya basis semua dokter itu sama saja, semuanya sama-sama cerewet.

We're Married In Hospital [✔]Where stories live. Discover now