My Angel

667 98 10
                                    

"Pastikan semua pintu di apartemenmu tertutup sempurna. Kalau sudah bangun jangan lupa makannya. Dan lagi, perbanyak istirahat," cerocos Baekhyun dengan gestur yang tampak menyebalkan untuk seseorang yang 'tidak terlalu dekat'.

"Kau ini seperti ibuku saja," celetuk Irene dari kusen jendela apartemennya, pandangannya sedikit tertunduk sedangkan Baekhyun mendongak tinggi tanpa memperdulikan lehernya bisa cedera. Pria itu melambaikan tangannya kemudian kembali memasuki rumah sakit.

"Harusnya kau yang makan," gumam Irene sambil menghela nafas seusai mengantar langkah Baekhyun lewat pandangannya. Ia tak punya keberanian yang cukup untuk mengatakan hal tersebut. Setelahnya ia menutup jendelanya.

Baekhyun berulang kali memijit pelipisnya setelah membawa ranjang gawat darurat pasien korban kecelakaan beruntun di Incheon.

"Wajah anda pucat sekali uisa-nim, apa anda kurang sehat?" cemas Tiffany yang kebetulan menjadi perawat asisten di unit 2. Baekhyun tersenyum simpul dan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

Tak berapa lama kemudian terdengar suara elektrokardiogram yang sangat nyaring. Wajah Tiffany langsung pucat seketika kemudian mengecek tekanan darah pasien yang turun drastis.

"Perawat Hwang, cepat siapkan alat defibrilator," kata Baekhyun yang kemudian bergegas memantau keadaan pasien yang benar-benar di batas ambang kematian.

Baekhyun tampak berusaha keras untuk mengembalikan detak jantung pasien supaya normal kembali.

"Tekanan darah?" tanya Baekhyun yang masih fokus menormalkan denyut jantung pasiennya.

"80/40 uisa-nim," balas Tiffany yang sedikit panik.

Mendengar itu, Baekhyun langsung mengecek gejala yang di alami pasiennya. Matanya sedikit membulat setelah menduga apa yang terjadi setelah melakukan dianogsis.

"Pasien ini pembuluh darahnya tersumbat sehingga kesulitan memompa darah ke seluruh tubuh," kata Baekhyun kemudian meminta perawat Hwang untuk menghubungi konsulen Park dan meminta untuk melakukan operasi.

Tiffany langsung memenuhi permintaan dokter Byun. Selama menerima penjelasan lewat teleponnya, terlihat raut wajahnya sangat menandakan kecemasan.

Telepon khusus pegawai rumah sakit biasanya dihubungkan lewat tali bed name dan diletakkan di saku almamater dan ukurannya sangat kecil dari smartphone dan fungsinya sama seperti handy talky.

"Kita di suruh menunggu uisa-nim, sebab dokter Park sedang melakukan operasi di unit 1," jelas Tiffany.

"Berapa lama?" balas Baekhyun panik.

"Sekitar 15 menit lagi," kata Tiffany.

"Yang benar saja!" dengus Baekhyun. "Kita tidak bisa membuang waktu perawat Hwang, di tambah lagi 15 menit itu waktu yang cukup untuk membahayakan pasien ini. Bagaimana pun, tekanan darahnya semakin menurun. Denyut jantungnya juga semakin lemah," tambah Baekhyun kemudian menatap Tiffany lekat-lekat sambil mengangguk, meminta Tiffany untuk memasangkan baju operasi untuknya.

"Tapi--" ujar Tiffany tertahan.

"Aku akan lakukan apa yang bisa ku lakukan selama 15 menit. Jangan panik, percayakan padaku," balas Baekhyun tegas kemudian menunggu Tiffany yang sedang memasangkan baju operasi untuknya. Tifanny juga sudah mempersiapkan alat operasinya.

Baekhyun mulai fokus saat lampu operasi mulai menyala. Ia melakukan sayatan kecil disekitar areal dada. Kemudian melakukan pencangkokan pembuluh darah arteri untuk membawa darah segar ke jantung.

Tifanny mulai mengecek sinyal yang terbaca di led elektrokardiogram, dan benar saja denyut jantung pasien perlahan mulai normal.

Tak lama setelahnya, pintu unit 2 di buka tergesa-gesa oleh dokter Park. Shinhye sangat emosi melihat apa yang Baekhyun lakukan sangat melanggar kode etiknya sebagai residen. Tidak seharusnya dia melakukan operasi tanpa persetujuan Shinhye. Baekhyun hanya bisa membungkuk sopan kemudian membiarkan Shinhye melakukan hal selanjutnya. Selebihnya ia hanya sekedar membantu Shinhye untuk mempermudah jalannya operasi.

We're Married In Hospital [✔]Where stories live. Discover now