Part 2

75.2K 3.3K 25
                                    

              🌸HAPPY READING🌸

Sejak Aldrich bertemu dengan Ellena di cafe beberapa hari yang lalu, pria itu langsung memerintahkan anak buahnya untuk mencari informasi tentang Ellena. Aldrich tidak mengerti dengan dirinya sendiri mengapa rasanya ia sangat ingin memiliki gadis itu secepatnya, tapi Aldrich tidak ingin bergerak terlalu cepat, dia harus mencari waktu yang tepat untuk bisa membawa gadis itu bersamanya, untuk sementara waktu Aldrich hanya memerintahkan anak buahnya untuk memantau dan menjaga Ellena dari kejauhan.

Hari ini, Aldrich kembali sibuk di perusahaannya, mengetik proposal untuk proyek pembangunan hotel, menandatangani file-file, hingga memeriksa dokumen keuangan yang sudah di rekab dengan rapi oleh Lily.

***
Beberapa hari belakangan ini pikiran Ellena selalu dipenuhi oleh pria yang di temuinya di icy red cafe, Ellena tidak bisa melupakan wajah tampan pria itu yang bak dewa yunani. Ellena masih mengingat bagaimana rahang tegas pria itu terukir dengan indah, alis tebal, hidung mancung dan Ellena masih mengingat bagaimana mata biru itu menatapnya dengan tajam.

Pagi ini, Ellena berangkat ke tempat kerjanya dengan berjalan kaki, toko bunga tempatnya bekerja memang lumayan dekat dengan apartemennya, jika berjalan kaki hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit untuk sampai ke toko bunga florist gump, florist gump adalah toko bunga kecil milik Emily, seorang wanita setengah baya yang sudah Ellena anggap sebagai bibi kandungnya sendiri.

Ellena yang baru tiba di florist gump, langsung menghampiri Emily yang sedang membersihkan dinding kaca toko.

"Pagi, bibi Em" sapa Ellena yang sudah berdiri di sebelah Emily.

"Pagi juga, gadis manis" balas Emily dengan senyum ramahnya.

"Kau datang sangat pagi, El" ucap Emily saat melihat jam yang masih menunjukan pukul enam pagi, padahal toko bunganya buka di jam tujuh pagi, masih satu jam lagi.

"Tidak apa-apa bibi, aku sengaja datang lebih awal untuk membantu bibi membersihkan toko sebelum di buka" Ellena mengambil alih kain di tangan Emily dan melap kaca-kaca toko.

"Kau memang gadis yang sangat baik El, semoga kelak kau mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya" ucap Emily di dalam hatinya.

"Baiklah El, bibi kebelakang dulu, bibi akan memasak untuk sarapan kita" ucap Emily dengan senyuman ramah yang tidak luntur dari bibirnya.

"Iya bi" sahut Ellena.

***
Beberapa menit kemudian, Emily kembali dengan membawa nampan yang di atasnya sudah ada dua piring yang terisi makanan.

"El kemarilah, kita sarapan dulu" panggil Emily yang sudah meletakan makanannya di atas meja.

Ellena yang mendengar panggilan Emily hanya mengangguk dan berjalan menghampiri wanita itu yang sudah duduk di sofa, Ellena ikut mendudukan dirinya di sebelah Emily.

"Wah, general tso's chicken" Ellena menatap takjub makanan di depannya, general tso's chicken adalah makanan yang di buat dengan bahan dasar daging ayam yang di baluri kecap asin dan saus pekat, di tambah taburan cabai.

"Iya, bibi sengaja membuat ini karena bibi tahu ini adalah makanan kesukaanmu" ucap Emily yang merasa senang melihat Ellena tersenyum bahagia.

"Makasih bibi" sahut Ellena dan langsung memeluk tubuh Emily.

"Sama-sama, sayang" ucap Emily sambil mengelus kepala Ellena dengan penuh kasih sayang.

"Sekarang makanlah sebelum makanannya dingin" lanjut Emily.

Ellena mengangguk dan melepaskan pelukannya dari Emily.

***
Pukul delapan malam, Aldrich baru tiba di mansionnya. Aldrich yang sudah berada di dalam kamarnya memutuskan untuk beristirahat sejenak di sofa sambil meminum red wine pendfolds grange hermitage (1951) salah satu wine termahal di dunia, setelah meneguk beberapa gelas wine Aldrich langsung beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tiga puluh menit Aldrich selesai dengan ritual mandinya, pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggang rampingnya, Aldrich bergegas ke walk in closetnya untuk berpakaian. setelah selesai berpakaian Aldrich langsung berjalan ke tempat tidurnya yang berukuran king size.

Aldrich mencoba memejamkan matanya tapi pikirannya tidak tenang kerena terus memikirkan Ellena, entah apa yang terjadi pada dirinya saat wajah cantik Ellena terus menghantui pikirannya, jika seperti ini Aldrich tidak akan bisa tertidur sebelum meneguk sebotol wine, pria itu beranjak dari ranjangnya dan berjalan ke lemari ksusus menyimpanan winenya.

Mengambil wine yang sama yang di teguknya tadi, Aldrich langsung meneguk wine itu dari botolnya sampai tandas.

***
jangan lupa vote dan commentnya teman2 onlineq 😁.

THE POSSESSIVE BILLIONAIRE (END) (proses revisi)Where stories live. Discover now