Day eleven

7.2K 562 49
                                    

Dewa lupa menghitung sudah berapa lama dia di rumah sakit.

Kadang, dia melewati hari dengan hanya berbaring, kadang juga dia mengganggu suster yang sedang bertugas dikamarnya, kadang dia selalu mengikuti Abangnya dengan kursi rodanya, kadang jika sedang kambuh, dia hanya akan tidur karena Painkiller yang abangnya berikan.

Hanya itu yang dia lakukan kalau sahabatnya tidak datang, jika sedang ada Bian seperti hari ini, dia akan membicarakan banyak hal, salah satunya tentang Lea.

Mereka sedang mengamati foto yang dibawa Bian, foto yang dia temukan di buku tahunan mereka.

"Lucu sih elu disini, cem mau beneran nyosor Lea"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lucu sih elu disini, cem mau beneran nyosor Lea". Ujar Bian sambil menatap foto itu.

Dewa mendelik, kenyataannya dia memang mencium Lea saat itu. Dan mengingatnya pipi dia memanas dan memerah kemudian.

Dan hal itu membuat Bian tertawa keras, "Elu gak bayangin yang iya-iya, kan?".

"Menurut lo? Kesini cuman bawa itu, gak bawa makanan?".

"Kata abang lo, lo lagi puasa buat operasi besok".

Dewa mengangguk, dia memang sedang puasa sekarang, dia niat puasa khodo sebenarnya, bukan puasa buat operasi. 24 hari lagi Ramadhan, siapa tau dia punya hutang puasa yang belum dia bayar.

"Udah, jan cemberut dong. Nanti Babang jajanin Bakso kalo udah sembuh".

"Gak ada tawaran yang lain? Gue lebih kangen Ikan kakap sih". Dewa mulai membayangkan ikan kakap dengan bumbu kuning di rumah makan padang depan apartmentnya.

Bian yang mendengarnya meneguk liurnya pelan, "Nanti nunggu ikan kakapnya rada murah, ya? Babang bokek".

"Kapan gak bokeknya sih?".
🌿🌿🌿

Beberapa jam sebelum operasi Dewa dan Ben sudah mempersiapkan dirinya, Ben sedang memperhatikan obrolan Gema tentang jalannya operasi nanti.

Dewa lebih memilih mendengarkan, dia hari ini lebih banyak diam. Rasa takutnya yang membuat dia diam.

Dia menatap abangnya, merasa bersalah karena abangnya harus membagi hampir setengah hati yang dia miliki untuk Dewa.

"Bang?".

Ben berbalik, dia tersenyum lalu bertanya ada apa.

"Aku mau ngomong".

Ben tak menjawab, dia berbalik ke arah Gema, lalu meminta gadis itu keluar dari kamar mereka.

"Kenapa, Wa?".

"Gue takut" Ujar Dewa pelan.

Seketika Ben bangkit dari tempat tidurnya lalu menghampiri ranjang Dewa dan duduk diatasnya, tangannya membawa Dewa dalam pelukannya, hal yang mungkin jarang Dewa dan Ben lakukan, berpelukan.

TodayWhere stories live. Discover now