Day twenty-three

7K 520 159
                                    

Dewa tersedak bubur, dia tidak tahu mengapa. Tapi rasanya sangat sakit, di sana hanya ada Naya yang langsung panik begitu melihat Dewa memekik kesakitan, anak itu memegang dadanya erat.

Gema datang tak lama setelah itu, memeriksa kadar oksigen dan melakukan pertolongan.

"Nay, hubungi Ben. Saya bawa Dewa ke ugd". Perintah Gema sambil mendorong ranjang Dewa dengan bantuan suster lain yang datang bersamanya.

Naya mengangguk entah pada siapa, dia langsung berlalu menuju ruangan Ben. Tidak peduli jika laki-laki itu sedang ada pasien.

Seorang pasien muda, atlit bola kalau Naya tidak salah cukup kaget dengan kedatangannya.

Naya mengacak rambutnya, kebiasaan saat dia panik. Dia menunjuk ke arah pintu.

"Dewa, UGD" Ujarnya ambigu.

Ben mengernyit tidak mengerti, namun dia tahu ada yang sedang tidak beres.

Dia meninggalkan pasiennya, lalu menarik Naya menuju UGD.

Setelah sampai, dia masuk dengan akses yang dia miliki, meninggalkan Naya diluar ruangan.

"Kenapa?" Tanyanya entah pada siapa.

Gema terlihat mencoba mendongakkan Kepala Dewa yang sudah kepayahan, mencoba melakukan apapun untuk mengeluarkan sesuatu yang menyendak di tenggorokan Dewa.

"Gue harus USG lagi, ada yang gak beres ama paru adek lo!" Ujarnya Gema cepat.

"Tapi kenapa?".

"Jangan banyak tanya, Ben. Lo tahu apa yang harus lo lakukan".

Ben mengangguk, dia langsung menghampiri suster yang membawa map berwarna biru, menandatanganinya cepat, adeknya perlu pertolongan secepatnya.

Setelah itu, Ben dengan tegang menyaksikan USG, melihat kejanggalan di paru-paru sang adik, dan dia mulai merinding.

Mulai hari ini, Dewa tidak akan sama lagi.
🌿🌿🌿

Ben tidak bisa gegabah sekarang, selain karena adiknya masih belum membaik, dia juga takut akan reaksi adiknya jika mengetahui apa yang terjadi padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ben tidak bisa gegabah sekarang, selain karena adiknya masih belum membaik, dia juga takut akan reaksi adiknya jika mengetahui apa yang terjadi padanya.

Gema menepuk pundak Ben pelan, "Sejam lagi adek lo bangun, lo jelaskan baik-baik. Dan gue harap, jawabannya secepat mungkin".

Ben mengangguk gamang, dia tahu adiknya bukan orang yang suka di kekang. Sejak mereka kecil, Dewa adalah sosok manja di rumah, namun bengal diluar.

Dia selalu mencari cara agar diperhatikan orang lain, terlebih dirinya.

Ketika Dewa dilarang bermain hujan-hujanan, adiknya akan berlari keluar rumah dan mandi dibawah guyuran flapon rumah.

Dan sekarang, Dewa bahkan terancam tidak bisa meninggalkan tempat tidurnya. Tentu itu menyakiti Ben.

Sejam ternyata seperti satu menit, Adiknya sudah bangun dan sudah memanggilnya mendekat, "Se,,sak" Keluhnya tak lama setelah bangun.

TodayWhere stories live. Discover now