Day Nineteen

5.8K 462 87
                                    

Sore hari seperti ini rumah sakit selalu ramai dengan kunjungan keluarga pasien. Meski dia dirawat di ruangan kelas satu dan tidak digabung dengan pasien lain,  Dewa masih bisa mendengar tawa riang di sebelah kamarnya.

Kalau sudah begini,  Dewa hanya bisa mengelus dadanya pelan. Ada rasa iri dihatinya, saat semua orang tertawa dengan keluarganya,  justru dia malah sendirian di ruangannya.

Sang abang jelas sibuk, karena pasti banyak pasien yang melakukan check up.

Dewa tentu kesepian,  dia ingin seperti semua orang yang ditemani keluarga dan juga sanak saudara. Tapi takdirnya seperti ini sekarang.

Dia mengurut dadanya yang sering sakit ini, kadang kalau lagi begini dia ingin ada Mamanya disisinya.  Tapi gak mungkin juga, jangankan mau berada disisinya,  mengakuinya saja tidak mungkin.

Atau papanya mungkin, tapi kemudian Dewa sadar akan posisinya sekarang. Dia mengakui sang papa menerimanya, tapi dia tidak memungkiri dia tidak punya hak atas sang papa, baik secara hukum maupun ikatan, karena kenyataannya dia dan sang abang adalah anak yang terlahir bukan dari hubungan keluarga semestinya.

Dia menghembuskan nafasnya pelan, kembali ke realitas kehidupannya sekarang.

Dewa hendak tidur, ketika pintu ruang rawatnya diketuk tiga kali. "Masuk", katanya pelan.

Tiga orang masuk kesana dengan senyum hangat. Dewa tidak mengenal dua orang tua yang datang terlebih dulu, tapi seseorang setelahnya tentu Dewa kenal.

"Raka?".

"Iya, bang." Raka tersenyum lalu menghampiri Dewa, "Tadi abis check up. Terus kata Dokter Ben, abang dirawat dikamar ini, jadi sekalian mampir" Jelas Raka sebelum menunjuk orang tuanya, "Ini Ibu gue, bang. Dan ini Bapak gue".

"Halo, om, tanteu. Maaf ngerepotin jadi kesini dulu" Ujar Dewa malu.

Bapak dari Raka tersenyum sangat hangat dimata Dewa, "Enggak papa, nak Dewa. Kita sering denger cerita dari Raka soal kamu, dan kita berterimakasih, karena Raka dipertemukan dengan nak Dewa".

Dewa menggaruk lehernya yang tidak gatal, dia sebenarnya tak ingat pernah bicara apa saja dengan Raka, "Iya bu, pak. Saya juga seneng ketemu Raka".

"Ka, kamu temenin Nak Dewa aja, ya? Ibu sama bapak mau nebus obat dulu". Setelah Raka mengangguk, pasangan orang tua itu pamit dan pergi meninggalkan Raka dan Dewa dikamar itu berdua saja.

Dewa menatap Raka yang hari ini datang dengan kaus hitam serta topi senada, "Lo keliatan lebih sehat, daripada waktu ketemu gue".

Dewa menatap Raka yang hari ini datang dengan kaus hitam serta topi senada, "Lo keliatan lebih sehat, daripada waktu ketemu gue"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wes, iya dong. Kata abang lo, bang. Khemo gue lancar, dia juga nyaranin gue buat terusin olah raga ringan dirumah".

"Lo olah raga, juga?" Tanya Dewa heran, "Gue malah males olahraga udah khemo, maunya tidur". Keduanya tertawa mendengar lelucon Dewa.

TodayWhere stories live. Discover now