1. Gramedia

27.6K 1.5K 108
                                    

"Bu ayo, Bu naik! Masih kosong nih di sini."

"Neng, ayo naik! Ini masih kosong, nih."

"Dek, ayo sini naik! Ini masih kosong, tuh."

"Permisi, Ibunya yang di bagian kiri bisa tolong geser lagi? Itu masih cukup buat satu orang."

Supir angkot ini gila! Dia pikir Ibu-ibu itu badannya sekurus anak lima tahunan apa? Lagipula di sini angkotnya benar-benar sudah penuh. Tapi kenapa dia malah tetap memaksa orang lain untuk masuk?

Dia ingin penumpangnya mati sesak nafas atau bagaimana? Benar-benar awal hari libur yang buruk. Harusnya aku pergi membelinya bersama Ayah saja.

Menyesalnya diriku dengan bodohnya memutuskan untuk pergi membeli novel sendirian di hari Minggu begini.

Aku semakin menggeser badanku ke wanita paruh baya di sampingku. Lelaki yang sepertinya seumuran denganku ikut bergeser ke arahku.

Plis, apa-apaan dia?

Aku bergeser karena tidak ingin berdekatan dengannya! Tapi kenapa dia malah bergeser balik padaku?

Hari yang benar-benar menjengkelkan. Cepatlah angkot. Cepatlah bawa aku ke Gramedia. Cepatlah. Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Panas, risih, dan menyebalkan. Cepatlah.

.
.
.

"Kiri, Pak," kataku membuat angkotnya perlahan langsung berhenti. Aku perlahan turun dengan hati-hati.

Dari sekian banyaknya penumpang angkot, hanya akulah satu-satunya yang turun duluan. Jadi mau tidak mau harus keluar pelan-pelan agar tiba-tiba tidak terjatuh di dalam angkot.

"Makasih, Neng," kata supir angkot sambil tersenyum dengan ramah.

Aku tahu aku masih kesal pada supir angkotnya. Tapi karena dia ramah sekali padaku, membuatku tak tega melanjutkan kesalku padanya. Jadi aku balas tersenyum padanya. "Sama-sama, Pak."

Aku berbalik lebih dulu sebelum angkot itu pergi. Awalnya aku mengira bayaran angkotku kurang karena sopir itu belum juga pergi. Tapi dia tidak meneriaki namaku.

Sebenarnya bayaran angkotku ini beneran tidak kurang, kan?

Aku akhirnya berhenti. Perlahan menoleh ke belakang. Kuharap angkotnya sudah pergi jauh. Sangat jauh kalau bisa.

"Cantik, ya gadis itu?"

"Iya, bener."

"Pakaiannya rapih, nggak kayak anak zaman sekarang."

"Tampilannya sederhana, ya. Jarang-jarang ada gadis begitu."

"Itu dia kenapa berhenti, ya?"

Arrghh! Menyesal aku berhenti. Aku langsung meneruskan jalanku dengan cepat. Menyebalkan sekali. Nggak tau! Aku tidak mendengar apa pun!

Ah, akhirnya sampai juga. Aku menghirup aroma novel baru yang belum terbuka. Ahh, menyenangkan sekali. Bau novel baru memang berbeda dari segalanya!

Aku berkeliling mencari novel yang ingin kucari. Melihat-lihat dan membaca sinopsis yang ada di belakangnya. Mungkin saja jika ceritanya menarik aku akan membelinya. Kalau tidak, ya aku tidak akan membelinya.

Ventiones Academy [REVISI]Where stories live. Discover now