32. Berakhir?

4.4K 367 40
                                    

Sudah revisi

****


Kelas ketika istirahat benar-benar sangat ricuh. Banyak yang iseng-iseng mengerjai temannya dengan sihir, berlarian ke sana kemari, tidur, menggosip, bernyanyi, dan gendangan.

Kukira kelakukan orang-orang di sini akan sangat jauh berbeda dengan orang di bumi. Ternyata, mereka sama saja, terutama perempuan. Perempuan di sini benar-benar tukang penggosip tingkat akut.

Sedangkan aku, aku hanya duduk di mejaku bersama dengan Rista. Bukannya kami tidak akrab dengan orang-orang di kelas ini, tetapi kaminya saja yang memang sedang ingin berdua saja.

Kini, aku dan Rista dengan berhadapan. Masing-masing bercerita tentang pelatihannya bersama kembarannya. Aku sedikit penarasan dengan pelatihan Rista dengan kembarannya itu.

"Ysha, kau tau? Kembaranku selalu saja melatihku dengan pelajaran, materi dalam menyusun perang, teka-teki, dan hal-hal yang berkaitan dengan logika lainnya. Itu benar-benar sangat membosankan," keluh Rista sambil mendengus sebal.

Aku menunjuk-nunjuk diriku sendiri. "Kalau aku, kembaranku selalu saja memaksaku untuk melatih kekuatanku. Apalagi sekarang adanya sihir putih yang berada di tubuhku. Itu membuatnya semakin menyiksaku. Harus berkonsentrasilah, inilah, itulah, bosan sekali aku mendengar celotehnya. Apalagi ketika dia meremehkanku. Itu menyebalkan sekali!"

Rista terlihat seperti mengangguk setuju. "Apa-apaan coba, ya? Padahal, nih kita masih kecil. Masih berumur tiga belas tahun. Tidak tahu apa-apa. Eh, malah sudah dilatih seperti orang dewasa saja!"

Aku menggebrak meja dengan pelan. "Kau tahu senjata yang dibuat oleh perwakilan masing-masing klan zodiak itu?"

Aku sedikit melotot ke Rista.

Rista hanya menautkan alisnya lalu mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu. Memangnya apa?"

Aku menatapnya datar. "Kalau aku tahu, untuk apa aku bertanya padamu?"

Lalu aku memutar bola mataku dengan malas. Entah sudah keberapa kalinya aku menanyakan ini, tapi aku akan tetap menanyakannya juga.

Kenapa harus Rista yang menjadi sahabatku?

Rista menyengir lebar. "Kukira kau berniat untuk memberita—"

"Permisi anak-anak. Tolong minta perhatiannya sebentar."

Ah, aku seperti pernah melihat Mrs ini. Tapi ... kapan? Entahlah, aku lupa. Setelah itu, kulihat semua murid langsung bergegas ke mejanya masing-masing. Tak lama kemudian, muncul dua orang lelaki masuk ke kelas ini.

Ya, sepertinya aku mengenal salah satu lelaki itu. Kalau tidak salah, itu lelaki yang dikerubungi perempuan di kantin.

Sayangnya aku melupakan namanya. Kalau tidak salah ... namanya seperti mendekati Kenzo, Ziken apalah pokoknya sekitaran itu.

Aku ingat sekarang. Guru itu ternyata adalah Mrs. Thomson. Ibunya Alena. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya? Jahat sekali aku melupakan salah satu orang tua temanku sendiri.

Mrs. Thomson menatap ke arah kami. "Baiklah, sekarang di kelas kalian mendapatkan dua murid baru sekaligus."

Lalu dia menatap ke arah Kedua Lelaki tersebut. "Silakan perkenalkan diri kalian." Kedua lelaki itu pun mengangguk.

Hei, ternyata ramput Kedua Lelaki ini sama. Yang membedakan hanyalah warna matanya saja. Apaka mereka kembar? Ah, sepertinya tidak. Mereka terlihat kurang akrab kalau disebut kembar.

Ventiones Academy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang