25. Perkenalan Ulang

4.9K 401 49
                                    

Sudah revisi

****


Keesokan paginya, Rista membangunkanku dengan brutal seperti biasanya. Bagiku, itu benar-benar sangat menyebalkan. Dia sepertinya sangat menginginkan aku mati dengan cepat.

"All— ... ay— ... cepa— ... bangun .... "

Seperti biasa, aku hanya samar-samar dapat mendengar suara Rista. Aku pun menggeliat tidur dengan posisi membelakangi Rista.

Kuyakin Rista pasti saat ini langsung melotot kesal. Aku pun diam-diam bersorak dalam hati. Dia tidak bisa membangunkanku dengan brutal lagi.

"Suruh siapa membangunkanku di pagi buta seperti ini, huh? Rasakan, tuh! Aku cuekkin. Hahaha .... " 

Tak lama kemudian aku mendengar hembusan nafas lewat telingaku. Itu membuat telinga dan leherku menjadi geli. Tiba-tiba ....

"ALLYSHA TUKANG KEBO! AYO BANGUN! INI SUDAH JAM SETENGAH TUJUH, ALLYSHA KEBO!"

Mendengar suara sekeras toa bel di academy ini, aku langsung bangun dengan terduduk sambil mengusap-ngusap telingaku yang berdenyut dengan hebat.

Sungguh, sepertinya aku perlu pergi berobat untuk memeriksakan telingaku ini pada dokter THT jika ingin telingaku baik-baik saja. Oh, telingaku yang malang.

"Sshhh ... kau ini! Kalau ingin membangunkan tidak perlu merusak gendang telingaku seperti ini, dong! Aduh ... mana itu teriakan kenceng banget, lagi. Mending kalau suaranya semerdu Devano itu, mah tidak apa-apa. Lha ini? Suara sudah seperti toa bel saja teriak-teriak."

Mendengar perkataan itu, kulihat Rista langsung melotot kesal padaku. "Kau ini! Harusnya masih untung dibangunin! Cepat bangun! Kita terlambat sarapan! Sekarang sudah jam setengah tujuh!" perintah Rista.

Aku terkejut. Tanpa sadar, aku bangun dari tempat tidur sambil berteriak, "RISSSTAAAA! KENAPA TIDAK MEMBANGUNKANKU DARI TADI?!"

Aku langsung terburu-buru mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Samar-samar dapat kulihat kalau Rista sedang menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku pun langsung mandi secepat mungkin.

Setelah selesai, aku langsung memakai seragamku. Untungnya semalam aku sudah mempersiapkannya, jadi aku tak perlu keluar kamar mandi hanya untuk mengambil seragam.

Setelah itu, aku langsung buru-buru keluar kamar dan menemui Rista yang sedang berdiri sambil melipat tangannya di depan dada. Baiklah, kalau sudah seperti ini, akan menjadi mengerikan.

"Kau ini sudah kubilang berapa kali untuk jangan suka tidur malam-malam?! Karena kau, kita jadi tela—"

"Baiklah ... baiklah ... aku tahu, aku tahu. Aku tahu aku salah. Aku minta maaf."

Karena tidak ingin mendengar omelan Rista di pagi buta seperti ini, langsung saja aku memotong ucapannya.

"Kau ini! Selalu saja mencari masa—"

"Baiklah aku tahu. Aku akui aku suka mencari masalah. Maafkan aku." Aku membungkuk ke arah Rista.

"Jadi, bagaimana langsung berangkat saja? Lima menit lagi masuk," lanjutku.

Rista pun menghembuskan nafas dengan kasar. "Baiklah."

Untuk pertama kalinya, aku berterima kasih kepada waktu, karena kalau waktu tidak berjalan, aku akan tetap berada di sini sambil mendengar omelan dari Rista. Terima kasih waktu.

Rista pun terdiam sambil memfokuskan pikirannya untuk melakukan teleportasi, agar lebih cepat sampainya.

Aku pun langsung memegang tangan Rista agar tidak ikut tertinggal. Ketika membuka mata, aku tidak berada di depan kelas. Melainkan di Caferia academy ini.

Ventiones Academy [REVISI]Where stories live. Discover now