38. Masa Lalu

4.3K 369 21
                                    

Sudah revisi

****


"A ... apa? Adik?" tanyaku dengan sedikit terkejut.

Baiklah, kurasa hidup di sini membuatku gila. Ternyata selain membuat pendengaranku buta dan penglihatanku tuli, hidup di sini bisa membuatku gila juga.

Lalu aku tertawa hambar. "Kau tahu? Aku memang tidak tahu tentang keluargaku yang sebenarnya, namun aku yakin aku tidak pernah memiliki kakak kandung. Apalagi jika kakak sepertimu," jelasku.

Kulihat Gadis Ljosalfar itu menampakkan wajah seperti orang yang sedang ... kecewa, mungkin?

Eh?

Tapi sungguh, kulihat ia menampakkan ekspresi seperti itu.

Tapi setelah itu ia langsung tersenyum miring lalu langsung menyerangku dengan pedangnya. Dengan segala kesiapan yang kupunya, aku pun langsung menangkisnya.

Kemudjan Gadis Ljosalfar itu terus menyerangku dengan gerakannya yang begitu lihai dan cepat. Hal itu benar-benar membuatku sangat kewalahan sehingga mendapatkan berbagai luka di tubuhku.

Uh, sakit sekali.

Gadis Ljosalfar itu benar-benar ahli dalam menggunakan pedang. Sedangkan aku hanyalah gadis kecil berumur tiga belas tahun yang baru mengetahui cara berperang pakai pedang dengan benar.

Aku memang pernah diajari oleh si Tuan Berantakan itu cara bermain pedang dengan benar. Tapi, itu hanya cara bermain pedang saja, bukan cara melawan seseorang ljosalfar seperti ini!

Sungguh sangat tidak adil bagiku jika lawanku adalah Gadis Ljosalfar itu. Kecuali jika aku menginginkan kematianku lebih dulu.

Namun untuk yang ini, dia sendiri yang menyerangku. Aku tidak menyerangnya. Jadi aku tidak ingin mati dulu. Tapi, kenapa tidak ada yang membantuku melawannya?!

Tetapi salahku juga, sih karena aku tidak mahir dalam bermain pedang. Jelas aku tidak bisa, aku bukan petarung jarak dekat kalau dengan senjata. Aku petarung jarak jauh.

Kalau petarung dengan kekuatan, baru aku ahlinya jarak dekat. Tetapi tidak terlalu mahir jarak jauh. Kebalik, ya? 

Lagipula, kekuatanku masih sedikit perlu dikendalikan lagi. Sebenarnya aku ingin menggunakan kekuatanku. Tapi rasanya tidak adil jika aku menggunakan kekuatan sedangkan ia tidak.

Senjata jika dibandingkan dengan kekuatan, sudah jelas menang kekuatan. Oleh sebab itu aku tidak mau menggunakan senjataku untuk melawannya.

Tapi ... memangnya Gadis Ljosalfar itu tidak memiliki kekuatan? Ah, sepertinya tidak mungkin. Tapi, kalau memang ia memiliki kekuatan, kenapa dia tidak menyerangku dengan kekuatannya saja? Kenapa harus menggunakan pedang?

Tak lama kemudian, kulihat Gadis Ljosalfar itu pun menghentikan serangannya. "Kita memang bukanlah saudara kandung. Tetapi ... saudara tiri," ucap Gadis Ljosalfar itu. 

Uh, apa?

Apa aku tidak salah dengar?

Pendengaranku tidak buta, kan?

"Apa maksudmu saudara tiri? Apa kau tahu ... masa laluku?" tanyaku.

Gadis Ljosalfar itu tersenyum. Tidak, bukan senyuman miring lagi kali ini. Dia benar-benar tersenyum lembut padaku.

Eh?

Setan apa yang merasukinya?

"Aku Tania. Putri dari kerajaan Potentissima Regna. Kerajaan terhebat dan terkuat di Elwood."

Ventiones Academy [REVISI]Where stories live. Discover now