Sudah revisi
****
Author pov
"Nah sekarang, bagaimana cara kita untuk ke sana?" tanya Alena.
Aliza memperhatikan dengan serius wajah yang lain satu per satu.
"Apakah di antara kita ada yang tahu jalan menuju ke sana?"
Mereka pun saling tatap. Aliza dan Alena tidak tahu jalannya, dan Kenzie bergaya ingin menyelamatkan Rista tetapi dia sendiri bahkan tidak tahu jalan menuju istana itu.
"Aha! Aku tahu!"
Sepertinya saat ini lampu di atas kepala Cloy menyala.
"Apa? Apa kamu tahu jalannya?" tanya Clay.
Cloy menatap Clay. Lalu ia menggeleng sambil menyengir. Itu membuat Clay menepuk dahinya sendiri. Tidak habis pikir dengan saudara kembarnya ini.
"Lalu kau ini tahu apa?!" tanya Kenzie dengan geram.
"Aku tahu cara supaya kita tahu jalan dari sini menuju istana sialan itu!" jawab Cloy dengan antusias.
"Benarkah? Siapa?!" tanya Alena dengan semangat.
"Ayo, ikut aku!" Cloy berdiri lalu berjalan meninggalkan kantin. Disusul dengan Alena, Aliza, Clay, dan Kenzie.
****
Author pov"Mr. Gilbert!"
Lelaki paruh baya itu langsung menoleh. Melihat ada murid-muridnya yang datang, ia langsung tersenyum. Kini para muridnya itu sudah berada di hadapannya.
"Aku sudah tahu tujuan kalian datang kemari."
Setelah mengatakan itu, Cloy, Clay, Alena, Aliza, dan Kenzie langsung terkejut. Lalu mereka saling pandang.
"Bagaimana Mr. Gilbert bisa tahu?" tanya Aliza.
Mr. Gilbert mengangkat bahunya. "Anggap saja tadi aku menebaknya." Mr. Gilbert pun tersenyum.
"Jadi Mr. Gilbert, kita harus lewat mana untuk sampai di istana itu?" tanya Kenzie.
Mr. Gilbert melipat kedua tangan di depan dada lalu tersenyum miring. "Kalian pikir aku akan memberitahu kalian, begitu? Kemudian membiarkan kalian dalam bahaya, begitu?"
Seketika tubuh mereka langsung terasa lemas. "Ayolah Mr. Gilbert, beritahu kami. Kami harus menyelamatkan teman kami, Mr. Gilbert," pinta Cloy.
Mr. Gilbert menggeleng. "Sekali tidak, tetap tidak, Cloy. Sudahlah, aku sibuk. Sebaiknya kalian pergi. Lagipula, aku yakin Rista pasti akan baik-baik saja."
"Baik-baik saja bagaimana, Mr. Gilbert? Aku yakin pasti The Blackest Dark menyiksanya. Lalu kau menyebutnya baik-baik saja?!" Kenzie mengepalkan tangannya kuat-kuat. Mencoba menahan amarahnya.
Mr. Gilbert tersenyum. "Kau tidak percaya padanya, Kenzie?"
Mr. Gilbert berjalan ke arah Kenzie sambil tersenyum. "Lalu, apa gunanya sebuah pertemanan tanpa adanya kepercayaan, Kenzie? Jika kau memang benar-benar teman sejatinya, seharusnya kau membiarkannya. Mempercayakan bahwa dia pasti bisa menyelamatkan dirinya sendiri."
"Tapi setidaknya kita harus membantunya!" bantah Kenzie.
"Justru kau akan merepotkannya, Kenzie. Bagaimana jika salah satu dari kalian yang justru akan menjadi tawanan supaya Rista menyerahkan senjata itu? Atau, bagaimana jika salah satu dari kalian sampai terbunuh? Rista pasti akan menyesali dirinya sendiri. Atau, bisa jadi dia bisa saja bunuh diri, Kenzie. Pikirkan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ventiones Academy [REVISI]
FantasyAku hanya seorang gadis berumur tiga belas tahun yang biasa saja. Aku ini sama seperti yang lain. Jadi tidak ada yang istimewa dari diriku. Sampai .... "Selamat, Anda diterima di Ventiones Academy." Aku tak pernah mendengar ada academy semacam it...