39. Anak Terkutuk

4.7K 373 27
                                    

Sudah revisi

****


"Istitahatlah, Hars. Kalau kamu merasa kesepian, aku akan bersedia menemanimu istirahat di atas sana," lirihku sambil tersenyum lembut pada Hars.

"Tidak! Kumohon jangan, Asha!"

Jangan tanyakan suara siapa itu. Memangnya, siapa lagi yang memanggilku dengan sebutan 'Asha' selain Si Monster Es itu, heh?

Aku tidak tahu ia mendapatkan julukan untukku itu dari mana. Intinya, itu jelas tidak ada hubungannya dengan namaku. Namaku tidak memiliki huruf 'h' seperti yang selalu ia sebutkan padaku dengan panggilan 'Asha' itu.

Tak lama kemudian, aku menoleh ke arah Si Monster Es. Kulihat ia berteriak parau sambil berusaha untuk memecahkan perisai yang menurutku itu adalah perisai sialan.

Aku menoleh ke arah Alena. Kulihat Aliza langsung memeluk Alena dengan erat. Dia terlihat seperti sedih? Kecewa? Atau bagaimana? Entahlah, aku tidak tahu.

Lalu aku melihat ke arah Rista yang terdiam. Ia membiarkan Clay melawan Kak Rey sendirian. Sedangkan ia menatapku dengan tatapan seperti mengatakan bahwa, kau-sangat-tidak-waras-Allysha!

Anehnya, kalau aku tidak waras, untuk apa aku sekolah, heh?

Kemudian aku tak sengaja melihat Gadis Ljosalfar yang kini masih dibopong oleh Alena. Kulihat Gadis Ljosalfar itu hanya terdiam.

Ia berdiri dalam keadaan lemas sambil menatapku dengan tatapan ... entahlah aku tidak tahu. Tatapannya sangat sulit kuartikan.

Lalu kulihat Kenzie menatapku dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Kemudian ia tersenyum miris padaku.

Eh?

Dia kenapa?

Aku melihat bibirnya seperti sedang merutukiku. Ish, dia pikir aku tak bisa merutukinya, apa?! Aku juga bisa merutukinya! Sialan!

Dari tatapan mereka semua ... apa mereka mengkhawatirkanku? Ya, sepertinya mereka memang mengkhawatirkanku, dan aku merasa senang untuk itu.

Aku tersenyum kepada mereka semua yang mengkhawatirkanku. Tapi, hei. Sejak kapan ada Si Tuan Berantakan di sini? Kulihat di sampingnya juga ada Raia dan Seeya

Hei, kenapa tatapan mereka seperti sendu padaku? Tapi entahlah, aku hanya bisa tersenyum padanya.

Kemudian, aku kembali menatap Hars. Ia hanya terdiam menatapku. Hei, dia kenapa? Kenapa mendadak terdiam begitu? Apa dia kerasukan?

Hahaha, aku ragu di sini akan ada roh sungguhan.

Kemudian Hars tersenyum miring. "Sayangnya aku tidak akan berhenti kecuali jika aku sudah mendapatkan senjata itu," teriaknya sambil tertawa jahat.

Dia benar-benar sangat berambisi.



Tak lama kemudian pandanganku berubah menjadi bersinar begitu terang. Lalu sinar itu perlahan memudar. Menunjukkan sebuah balairung istana yang begitu luas.

Di sana menampakkan seorang wanita yang begitu cantik dan mempesona sambil menggendong bayi mungil itu. Aku pun berjalan mendekat ke wanita tersebut.

Aku sungguh penasaran, kira-kira apa yang dibicarakan oleh wanita itu terhadap seorang yang terlihat bijaksana yang duduk di singgasananya itu?

Yah, tidak perlu menjadi pandai untuk mengetahui siapa sosok yang bijaksana tersebut, pasti dialah seorang Raja.

Kukira anak TK juga pasti tahu itu. Seorang lelaki bijaksana, memakai mahkota, berkharisma, tidak lain pasti seorang Raja. Tapi, apakah wanita itu Ratunya?

Ventiones Academy [REVISI]Where stories live. Discover now