Kekasih Allah

112K 8.2K 802
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
(QS. Al-Ahzab : 56)

🌿🌼🌿

Siang itu selepas shalat Dzuhur hujan turun dengan deras membasahi bumi Allah yang sudah lebih dari seminggu tak mendapatkan berkah dari langit. Dedaunan terlihat seperti menari-nari menyambut Kemaha baikkan Allah. Ikan-ikan berenang kesana-kemari menikmati setiap tetesan air hujan yang berjatuhan dari langit membuat permukaan kolam terlihat beriak.

Bila pepohonan dan ikan-ikan yang terlihat senang menyambut berkah dari langit. Namun, tidak dengan si kecil Delisha yang terlihat murung. Dia berdiri di dekat jendela kamarnya. Mata bulatnya yang dinaungi oleh bulu mata yang lebat lagi lentik menatap kesal ke arah ribuan tetesan air hujan yang membasahi bumi.

"Ih hujannya nggak mau berhenti," dia menghentakkan kedua kakinya. Tanda kalau dia benar-benar tengah merasa kesal.

"Jangan mencela hujan, Delisha. Hujan adalah berkah dari Allah. Bukannya Ummi sudah memberitahumu kalau hujan turun Allah akan mengabulkan doa kita, jadi daripada marah pada hujan akan lebih baik kalau kamu berdoa."

"Kalau doa minta hujannya berhenti sama Allah boleh nggak Ummi?" Matanya yang bulat menatap polos sosok Umminya yang tengah duduk di atas tempat tidurnya sambil menjahit kancing seragam sekolahnya yang lepas, "Delisha sudah janji sama Firda dan Chaca mau main karet di halaman rumah Lia."

"Sudah tujuh hari tidak turun hujan kalau kamu meminta hujan ini berhenti kasihan orang-orang yang selama ini telah menunggu hujan turun."

Si kecil Delisha beranjak dari posisi berdirinya. Dia berjalan ke arah Ibunya lantas mendudukkan tubuhnya di samping sang ibu.

Tidak tega melihat wajah murung Putri kecilnya Citra—ibunya Delisha mengakhiri kegiatan menjahitnya. Dia letakkan seragam putrinya di atas meja belajar.

"Apa kamu ingin mendengar sebuah cerita sayang?" tawar Citra.

Mendengar kata cerita diucapkan oleh Ibunya mata Delisha langsung berbinar cemerlang. Kemurungan seketika sirna dari wajahnya yang selalu membuat orang di sekitarnya merasa gemas. Wajah Delisha yang berbentuk oval dengan kulit putih yang sehat enak untuk di pandang, alisnya yang tebal melengkung indah, hidungnya bangir, bibirnya merah seperti warna buah cherry, Delisha tidak memiliki pipi yang chuby namun orang-orang di sekitarnya sangat suka mencubit pipinya, tapi kalau Delisha menggunakan cadar pipi itu akan terselamatkan dari cubitan tangan yang tidak berprikepipian oleh karena itu Delisha lebih suka menggunakan cadar. Selain agar pipinya tidak dicubiti dia pun memakai cadar karena ingin tampil seperti Ibunya. like daughter like mother

Seperti biasa saat tahu Ibunya akan bercerita Delisha langsung naik ke atas tempat tidur. Sebelum merebahkan kepalanya di atas bantal tangannya melepaskan cadar yang dia gunakan sejak lima belas menit yang lalu karena tadinya dia hendak main keluar namun tidak jadi karena hujan.

Citra ikut merebahkan tubuhnya di samping putri kecilnya. Dengan penuh kasih sayang dia membawa tubuh Delisha ke dalam pelukannya. Sebelum memulai bercerita Citra menyenandungkan sebuah shalawat.

Delisha mengikuti apa yang ibunya senandungkan. Sebuah shalawat yang disenandungkan oleh penduduk Madinah saat menyambut kedatangan Kekasih Allah. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang