Mengikhlaskanmu

39.9K 5.8K 691
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Sulit untuk dipercaya. Kata itulah yang sedari tadi terus memenuhi kepala Adnan. Andai saja bukan Delisha sendiri yang mengatakan demikian, demi Allah Adnan tidak akan pernah mempercayainya. Sudah dari kecil Adnan mengenal Delisha. Delisha adalah wanita baik-baik. Kedua orangtuanya mendidik Delisha dengan ilmu agama yang baik. Pergaulan Delisha sangat terjaga tapi kenapa Delisha tidak mampu menjaga kesuciannya? Siapakah yang telah merenggut kesucian itu? Apakah Delisha melakukan itu secara suka rela? Apa jangan-jangan cadar yang selama ini Delisha kenakan hanyalah sebagai topeng semata untuk menutupi segala keburukkan dirinya? Astagfirullah... Cepat-cepat Adnan beristighfar saat pikiran negatif mulai menyapa kepalanya.

Dia berusaha untuk kembali menghubungi Delisha. Dia ingin mendapatkan penjelasan yang lebih terperinci namun nomer Delisha tidak bisa dia hubungi, sepertinya Delisha sengaja mengnonaktifkan ponselnya. Tanpa dapat dicegah kemarahan meliputi diri Adnan. Dia melemparkan ponselnya ke atas lantai yang keras. Dia merasa kalau Delisha telah menipunya. Kalau Delisha gadis baik-baik tidak mungkin Delisha tidak suci lagi. Dan kalau memang Delisha kehilangan kesuciannya karena sebuah keterpaksaan sudah pasti hal itu dia ketahui karena keluarganya dan keluarga Delisha sudah sangat dekat. Tidak mungkin kedua orangtua Delisha dapat menyembunyikan kenyataan itu dari keluarganya.

***

Delisha menatap pantulan dirinya di cermin. Gaun pengantin pemberian keluarga Adnan telah melekat di tubuhnya. Riasan tipis telah menghiasi wajahnya. Ini kali pertama baginya menggunakan riasan di wajahnya dan hal itu membuat dia terlihat begitu pangling (sangat cantik) beberapa saudara perempuan dari keluarga Ayah dan Ibunya tidak henti-hentinya memberikan pujian padanya.

"Masya Allah geulis pisan."

"Ceudah sekali anakmu."

"Hari ini kamu membuat para bidadari di kahyangan menangis."

"Menangis?" Delisha mengerutkan keningnya bingung, "Menangis kenapa Teh?"

"Menangis karena hari ini mereka kalah cantik darimu."

Delisha tersenyum tipis mendengarnya. Berharap senyum itu dapat menyembunyikan lukanya yang saat ini tengah menganga lebar.

Ketika saudara-saudara perempuannya yang tadi berbondong-bondong masuk ke kamarnya untuk melihat dirinya yang telah dirias telah meninggalkan kamarnya. Kini gantian Ayah dan Ibunya yang masuk ke kamarnya.

Sebisa mungkin Delisha berusaha untuk menahan tangisnya dikala Ibu dan Ayahnya bergantian memeluknya dengan erat.

"Dulu surgamu ada di bawah telapak kaki ummi namun beberapa jam lagi surgamu akan berpindah ke telapak kaki suamimu. Jadilah istri yang baik karena disaat kamu mampu menjadi istri yang baik untuk suamimu pintu surga akan dibuka lebar-lebar untukmu dan pintu neraka akan ditutup serapat-rapatnya. Ummi sangat menyanyangi dan mencintaimu meskipun kelak kamu sudah menikah Ummi tetap akan selalu ada untukmu. Suka duka yang kelak kamu hadapi bagilah dengan ummi," ucap Citra tulus. Kedua tangannya memeluk erat Delisha.

"Kamu putri kebanggaan Abi. Abi sungguh merasa beruntung karena telah dikaruniai putri sebaik dirimu," ucap Danang sambil memeluk erat Delisha. Delisha tidak mampu menahan tangisnya saat mendengar ucapan itu. Dia menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Ayahnya. Dia tidak sebaik yang Ayahnya pikirkan. Dia telah ternoda dan dia menyembunyikan noda itu. Noda yang tak mampu dia bersihkan sekalipun dia menenggelamkan dirinya di lautan yang luas.

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDWhere stories live. Discover now