Dua Kalimat Syahadat

39K 6.2K 597
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Delisha merebahkan kepalanya di atas pangkuan Nayla. Tangan Nayla membelai kepalanya dengan lembut membuat rasa pusing yang dia rasakan berangsur reda.

"Kapan kamu akan memberitahu Ummi dan Abimu? Segeralah memberitahu mereka. Mereka berhak tahu atas apa yang kini kamu alami."

"Abi dan Ummi sudah kubuat sedih gara-gara pernikahanku dan Kak Adnan batal. Ditambah lagi sekarang Ummi dan Abi sudah tahu dari keluarga Kak Adnan kalau aku yang selama ini mereka banggakan ternyata tak mampu menjaga kehormatannya. Itu pasti sangat menyakiti hati Ummi dan Abi. Aku yakin rasa sakit, kecewa, malu dan marah kini tengah menyelimuti hati Abi dan Ummi tapi karena Ummi dan Abi memiliki tingkat kesabaran yang tak terhingga, mereka mampu meredam semua perasaan itu. Mereka memilih untuk tidak mengadiliku atas apa yang telah terjadi. Yang mereka lakukan adalah merangkulku. Mereka selalu menyuruhku untuk bertobat. Memohon ampun atas apa yang telah aku lakukan karena mereka beranggapan kalau aku telah menyerahkan kesucianku secara suka rela padahal nyatanya kesucian itu terenggut dariku secara paksa," air mata luruh membasahi pipi Delisha, "Aku tidak mau menambah luka di hati Ummi dan Abi dengan kenyataan kalau anak gadis mereka telah hamil diluar nikah."

"Maafkan Mama harus mengatakan ini padamu. Luka itu cepat atau lambat pasti akan dirasakan oleh kedua orangtuamu karena kehamilanmu tidak bisa terus kamu sembunyikan. Semakin lama kamu menyembunyikan kehamilanmu maka semakin besar juga luka yang kelak akan kamu torehkan di hati Abi dan Ummimu. Beritahulah mereka secepatnya agar rasa sakit yang kamu torehkan di hati mereka tidak terlalu besar. Ummi dan Abimu pasti dapat menerima kenyataan ini dengan hati yang lapang."

Delisha terdiam. Dia memejamkan matanya. Rasa pusing kembali dia rasakan namun dia tidak mengatakan itu kepada Nayla.

"Bila memang kamu tidak berani untuk mengatakan itu seorang diri kepada Ummi dan Abimu. Mama siap untuk menemanimu. Mama akan menjelaskan semuanya termasuk tentang sosok Arion yang telah dengan teganya menodai dirimu."

Delisha langsung membuka matanya, "Jangan lakukan itu, Mama. Aku tidak mau Ummi dan Abi tahu tentang Arion."

"Kenapa? Laki-laki tidak punya hati itu harus bertanggung jawab."

"Aku tidak mau! Aku akan menyembunyikan rahasia itu untuk selama-lamanya. Aku harap Mama Nay pun bisa melakukan itu. Demi aku."

Nayla manarik napas dalam-dalam, "Bila memang itulah yang kamu inginkan maka Mama akan menuruti keinginanmu meskipun hal itu sangat tidak adil untukmu. Namamu akan tercoreng sedangkan namanya akan tetap bersih. Seakan-akan dia tidak pernah melakukan sebuah dosa besar."

"Aku lebih rela namaku tercoreng daripada harus hidup dengannya," ucap Delisha dengan suara yang begitu lirih. Saking lirihnya hingga Nayla tidak mampu untuk mendengarnya.

***

Setelah sepuluh hari di Thailand akhirnya hari ini Arion kembali ke tanah air. Senyum tipis menghiasi wajahnya yang tampan saat retina matanya menatap sosok Reza.

"Mau langsung ke Masjid Istiqlal apa pulang dulu untuk ganti pakaian? Kalau keluargaku sudah semuanya menunggu disana karena kebetulan saat ini sedang ada kajian ustadz Adi," tanya Reza saat mereka telah berada di dalam mobil yang Reza kendarai.

"Apa Delisha pun ada?"

Reza sekilas melirik ke arah Arion, "Apa Bang Rion benar-benar menyukai kakakku?"

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDWhere stories live. Discover now