Pelarian

47.7K 5.6K 476
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Delisha menghampiri Reza yang tengah menemani Sadewa makan. Dia menatap Reza dengan pandangan menyelidik, "Apa ada sesuatu hal yang kamu tahu tapi kakak tidak tahu?" tanyanya pada Reza.

"Maksud kakak apa sih? Aku nggak ngerti," jawab Reza kebingungan.

"Kak Adnan."

"Kenapa Kak Adnan?"

"Dia.." Delisha tidak bisa melanjutkan ucapannya.

"Jangan bikin aku penasaran. Kak Adnan jahatin kakak bukan?" Jujur Reza tidak terlalu suka dengan Adnan, meskipun Adnan itu sangat baik padanya. Mungkin karena dulu saat kecil dia sering sekali dijahili oleh Adnan yang umurnya tujuh tahun lebih tua dibandingkan dirinya.

"Nggak," Delisha menjawab cepat.

"Terus kakak diapain sama dia sampe muka kakak pucet kaya gitu?"

Sontak Delisha langsung menyentuh wajahnya, "Memangnya muka kakak pucet yah?"

"Pucet banget tahu. Sebenarnya ada apa sih kak? Kasih tahu aku. Apa harus aku tanya langsung ke Kak Adnan?!" Reza sudah hendak menghubungi Adnan. Namun, Delisha langsung melarangnya.

"Kak Adnan mau ngelamar kakak."

"APA? Nggak mungkin! Dia pasti lagi bercanda," sulit untuk dipercaya kalau Adnan yang Reza sudah kenal dari kecil akan melamar Kakaknya. Setahu Reza satu tahun yang lalu Adnan pernah kelepasan bicara kalau dia menaruh hati kepada Arsy, putri rekan bisnis Ayahnya sendiri tapi kenapa sekarang dia malah melamar Kakaknya? Benar-benar mencurigakan. Awas saja kalau sampai Adnan menjadikan kakaknya sebagai pelarian. Dia tidak akan tinggal diam, batin Reza. Tidak tahu kenapa tiba-tiba merasa kesal.

"Dia bilangnya serius. Nanti malem dia mau dateng sama Tante Ayana dan Om Dylan."

"Apa Kak Delisha suka sama Kak Adnan?" tanya Reza penasaran.

Delisha langsung menggeleng, "Aku cuma nganggap dia kakak. Nggak lebih."

"Yaudah kalau gitu nanti tolak saja lamarannya."

"Tapikan nggak enak sama Tante Ayana dan Om Dylan. Lagi pula Kak Adnan baik agamanya. Bukannya nggak baik yah menolak lamaran dari laki-laki yang baik agamanya?"

"Kalau tidak suka kan nggak bisa dipaksakan kak. Menurut Asy Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah, 'Apabila engkau tidak berhasrat untuk menikah dengan seseorang maka engkau tidaklah berdosa untuk menolak pinangannya, walaupun ia seorang laki-laki yang shalih. Karena pernikahan dibangun di atas pilihan untuk mencari pendamping hidup yang shalih disertai dengan kecenderungan hati terhadapnya. Namun bila engkau menolak dia dan tidak suka padanya karena perkara agamanya, sementara dia adalah seorang yang shalih dan berpegang teguh pada agama maka engkau berdosa dalam hal ini karena membenci seorang mukmin, padahal seorang mukmin harus dicintai karena Allah, dan engkau berdosa karena membenci keteguhannya dalam memegang agama ini. Akan tetapi baiknya agama laki-laki tersebut dan keridhaanmu akan keshalihannya tidaklah mengharuskanmu untuk menikah dengannya, selama tidak ada di hatimu kecenderungan terhadapnya. Wallahu a’lam.*'  Jadi nggak apa-apa kalau kakak nolak lamarannya kak Adnan. Beda halnya kalau kakak sebenarnya ada rasa sama Kak Adnan tapi gara-gara Kak Adnan Shalih kakak jadi nggak mau menerima pinangan dia baru itu yang nggak boleh."

Delisha terdiam mencerna penjelas yang baru saja dikemukakan oleh Reza, "Kira-kira nanti menurut kamu Kakak bisa nggak cinta sama Kak Adnan. Bukannya dulu Umi juga awalnya nggak cinta sama Abi tapi karena terbiasa bersama akhirnya tumbuhlah cinta di hati Umi untuk Abi. Bahkan sekarang Umi cinta banget sama Abi. Kakak pengen kisah cinta kakak kaya Umi dan Abi."

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDWhere stories live. Discover now