Kenyataan Yang Menyakitkan

42.9K 5.7K 764
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Delisha terus memuntahkan apa yang ada di perutnya. Keringat dingin sudah mulai membasahi kening dan tengkuknya.

"Delisha. Apa kamu baik-baik saja sayang?" tanya Citra yang berdiri tepat di depan kamar yang tengah Delisha masuki.

"A..aku baik-baik saja Ummi. Kayanya maagku kambuh," sahut Delisha dengan suara terpatah-patah.

"Bukalah pintuya. Akan ummi pijit tengkukmu."

Delisha menurut. Dia membuka pintu kamar mandi yang dia tempati. Tangan Citra menyeka keringat yang membasahi wajah Delisha, "Wajahmu sangat pucat. Maagmu kambuh pasti karena beberapa hari ini kamu banyak pikiran. Ikhlaskanlah apa yang telah terjadi," ucap Citra sambil memijiti tengkuk Delisha yang kembali muntah-muntah, "Apa kamu bawa obat maagmu?"

Delisha mengangguk, "Ummi..kayanya Delisha nggak mau makan masakan Padang. Baunya membuat Delisha sangat mual."

"Kamu mau makan apa sayang? Biar nanti Reza yang membelikannya."

"A..aku mau pulang saja. Aku mau makan masakan Bi Asih. Boleh yah Ummi aku pulang duluan... Aku mau naik taksi saja pulangnya."

"Kita tanya Abi yah. Ayo sayang," Citra dan Delisha berjalan kembali ke arah meja tempat mereka makan.

"Kamu mau pulang duluan?" tanya Danang saat Delisha telah mengutarakan keinginan untuk segera pulang.

"Iya Abi. Kepala Delisha pusing sekali. Delisha tidak mampu memakan makanan ini."

Danang beranjak dari duduknya, "Ayo Abi antar pulang."

"Tidak usah Abi. Delisha bisa pulang sendiri. Jarak dari sini ke rumahkan dekat."

"Abi takut kamu pingsan di tengah jalan."

Delisha memaksakan dirinya untuk tersenyum, "Insyaallah.. nggak akan Abi. Abi, Ummi, Reza dan Sadewa lanjutkan saja acara makannya. Mubazirkan kalau makanan sebanyak ini ditinggalkan."

Danang dan Citra saling berpandangan, sedangkan Reza dan Sadewa tengah khusyuk dengan apa yang sedang mereka santap.

"Baiklah. Ayo Abi antarkan menghentikan taksi. Nanti kalau sudah sampai rumah segera hubungi Abi."

"Iya Abi. Aku pulang duluan yah Ummi," Delisha mencium pipi Citra dengan penuh sayang.

"Hati-hati yah sayang. Ingat langsung hubungi Abi kalau sudah sampai rumah."

Delisha mengangguk patuh. Dia menaiki taksi yang kebetulan lewat di depan rumah makan Padang tersebut.

"Pak berhenti sebentar. Ada yang mau saya beli di mini market itu," ucap Delisha kepada sopir taksi.

Delisha masuk ke dalam mini market yang baru pertama kali ini dia datangi. Dengan langkah cepat dia berjalan ke arah jajaran rak alat-alat kontrasepsi. Dengan tangan sedikit gemetar dan perasaan tak karuan dia mengambil sebuah alat tes kehamilan. Setelah itu dengan cepat dia membayar ke kasir dan kembali naik ke dalam taksi yang masih menunggunya di depan mini market yang dia masuki.

Sesampainya di rumah. Dia langsung menghubungi Abinya  untuk memberitahukan Abinya kalau dia telah sampai dengan selamat dan dia pun memberitahukan pada Abinya kalau dia tidak mual lagi padahal nyatanya rasa mual masih dia rasakan. Kalau dia tidak mengatakan itu dia yakin kalau Abi dan Umminya pasti akan segera pulang untuk memeriksa keadaannya. Dia tidak mau hal itu terjadi. Setelah menghubungi Abinya dia meminta Bi Asih untuk mengantarkan makan siang ke kamarnya.

Shalawat Cinta Delisha | S1 & S2 | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang