13#

3K 155 1
                                    

Menuruni mobil kesayangan nya, menggunakan seragam Khas Millian's School dengan jaket Jeans yang panjang nya hanya sepinggang itu menyempurnakan penampilan nya.

Sepatu berwarna Merah yang tinggi nya semata kaki dan rambut yang dijadikan satu di ikat sempurna kebelakang. Selalu saja dibuat dengan sedikit ikal di ujung rambut nya.

Berjalan sendirian di kooridor sekolah dengan suara hentakan sepatu yang menemani nya. Anya tersenyum kepada semua orang yang menyapa nya.

Anya bukan termasuk type orang yang mudah bergaul, bahkan jika sudah sangat mengenal orang itu pun Anya harus di sapa terlebih dahulu. Karena Anya sangat malas menyapa orang lain, bukan sombong tapi enggan berbicara.

"Keshy kemana Rain?" tanya Anya saat melihat Keshy belum berada di kelas

"Gak tau An, aku belum lihat" Anya mengganggukan kepala nya.

Sudut bibir Anya menarik sebuah senyuman saat melihat kekasih nya datang menghampiri nya. Agam ikut tersenyum  entah kenapa Anya sangat dengan mudahnya membuat perasaan sayang itu datang lagi.

"Dari tadi?" tanya Agam

"Eh, belum baru aja sampai" sedangkan Agam hanya tersenyum dan mengajak puncak kepala Anya.

"Jangan ih jangan nanti rusak" rajuk Anya

"Hih lebay" cibir Agam.

Namun pandangan Anya beralih dengan kehadiran Dave bersama dengan Tasya. Kalau Dave dengan Tasya, lalu di mana Keshy.

Setelah beberapa menit kemudian Keshy datang dengan wajah dan tatapan yang sangat sulit diartikan. Anya yakin Keshy sedang dalam keadaan tidak baik.

Keshy duduk sebentar di kursinya namun tidak lama ia berjalan menghampiri Anya dan duduk tepat di sebelahnya. Agam tidak mengerti ada apa dengan Keshy saat ini.

Agam berjalan menghampiri Dave, ah Dave pun sama saja saat ditanya Keshy kenapa ia pun hanya menggidikan bahu dan menjawab seakan tidak tahu.

"Gue duduk sama lo ya hari ini" ucap Keshy.

Sedangkan Anya hanya mengangguk kan kepalanya saja dia tidak berani untuk berkomentar apapun untuk saat ini.

Bahkan pada saat mata pelajaran sudah dimulai pun, pandangan Keshy tidak fokus kearah depan, melainkan ke arah bawah dan terdapat sebuah buku yang sudah penuh dengan coret-coret yang tidak jelas.

"Masih belum mau cerita Shy?" tanya Rain

Keshy seolah tidak mendengar ucapan sahabatnya itu kali ini, tidak bergeming sedikit pun bahkan menoleh pun tidak.

"Ya udah biarin Keshy tenang dulu, nanti juga kalau hati nya udah baik pasti cerita sendiri kok" ucap Anya

Anya yang selalu saja Mengerti bagaimana perasaan para sahabatnya. Sedangkan sisi lain ia juga bingung, kenapa saat ini mereka hanya bertiga kemana Tasya disaat sahabatnya seperti ini, kenapa dia tidak mencoba untuk menghibur Keshy.

• • • • •

Mengendarai mobil di tengah kepadatan ibu kota. Sendirian, walaupun ia mempunyai Agam tapi tetap saja Anya kemana-mana selalu sendiri, bukan karena Agam yang tidak mau mengantar nya tapi memang Anya yang tidak terlalu nyaman terlalu dekat dengan lawan jenis nya

Anya memang sayang pada Agam, tapi bukan itu yang menjadi alasan ia harus selalu berdekatan dengan Agam. Bagaimanapun mereka belum mukhrim, begitu kata Anya.

Bagi nya mempunyai pacar itu hanya sebatas penyemangat, sebatas untuk pelengkap. Mempunyai alasan untuk selalu tersenyum, berpacaran itu hanya untuk membuat pikiran dan sikap menjadi dewasa bukan untuk beradegan dewasa.

Agam juga bukan pacar pertama Anya, tapi berpacaran dengan seorang playboy itu mempunyai kesan tersendiri bagi nya, untuk menguji kesabaran misalnya.

Anya sudah merasakan banyak hal yang berbeda dari Agam, Agam yang selalu dominan dengan sikapnya yang terkadang menjauh dan terkadang mendekat. Anya harus sangat siap dengan hal itu.

Melihat perubahan Agam membuat Anya tidak
ingin berkomentar apapun, biarlah Agam melakukan sesuka hatinya. Anya yakin pasti akan ada balasan untuk semua perlakuan nya.

"Setiap malam selasa kamu kemana Gam? Kenapa selalu gak ada kabar?"

"Aku les yang" Anya mengeryitkan kening nya

"Les dimana?"

"Di dekat--" ucapan Agam terpotong karena ponsel nya tiba-tiba berdering. Menampilkan nama Klesya disana. 

Agam berjalan menjauhi Anya, kemudian menjawab panggilan Klesya. Agam pun kali ini berbicara sangat pelan seolah ada sesuatu yang ia tutupi dan tidak ingin Anya mengetahui nya. Sedangkan Anya menghembuskan nafas nya kasar, menatap datar kekasih nya itu yang sedang berdiri beberapa meter dari nya. 

"Siapa?" tanya Anya saat Agam sudah kembali

"Oh itu Gavin" 

"Tumben ko menjauh" sindir Anya

"Biasa ada pembicaraan hal laki-laki" Anya mengganggukan kepala nya saja.

Anya membuka ponsel nya. Mengetikan sesatu disana, tentu saja ia tidak dengan mudah nya mempercayai ucapan Agam. Terlebih lagi memang sikap Agam yang akhir-akhir ini berbeda dari biasa nya, lebih tertutup tepat nya.

Anya : "Lo tadi hubungin Agam?"

Gavin : "Gue aja baru sampe rumah An"

Anya : "Gak bohong kan?"

Gavin : "Cih. Gue aja jarang akur masa iya tiba-tiba gue telfonan sama dia".

"Mau sampai kapan terus menjalin hubungan dengan banyak kebohongan Gam. Aku benar-benar lelah" batin Anya

"Yang aku pulang ya, udah malam" pamit Agam

"Pulang kemana?"

"Ke rumah lah yang"

"Rumah siapa?"

"Rumah aku, kamu kenapa sih?"

"Ah enggak. Ya udah, hati-hati"

• • • • •

To be continue...

27 Mei 2018

JEEVAN [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang