24#

3K 136 2
                                    

Setelah kejadian malam itu Agam memberikan sedikit waktu agar Anya bisa berpikir jernih, bisa memilih antara Erick atau dirinya. Anya tidak bisa egois, ia tetap harus memberikan kepastian walaupun harus menyakiti salah satu diantara dua laki-laki yang sedang berusaha mengambil alih perasaan nya itu.

Situasi seperti ini kadang membuat posisi Anya menjadi sangat tidak nyaman, disatu sisi Anya harus berusaha menyakinkan perasaan nya, pada siapa lah hati Anya masih tetap bertahan pada posisi nya. Dan di sisi lain Anya bimbang, Erick sudah begitu baik pada nya bahkan beberapa hari yang lalu pun Erick sering membawa Anya kerumah nya. Lalu bagaimana dengan Agam, ia sudah jauh lebih baik sekarang, tapi perasaan Anya lah yang membuat semua nya berantakan.

Disaat seperti ini juga Anya tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Agam, menyudutkan Agam karena ini semua terjadi akibat ulah brengsek nya dulu. Agam pun sangat tersakiti disini, sudah banyak pengorbanan yang Agam lakukan, sudah banyak kesabaran yang Agam berikan.

Kalau saja Agam melihat kebelakang, melihat bagaimana perjuangan nya demi Anya. Mungkin ia sudah menertawakan dirinya sendiri atau mungkin sudah mencaci maki diri nya sendiri. Agam yang sering bermain wanita dan sekarang ia sudah benar-benar ditaklukan dengan gadis yang dulu ia pacari karena sekedar iseng.

Ditengah padat nya jalanan ibu kota disini lah Erick dan Anya berada. Sudah hampir tiga puluh menit mereka berdua terjebak di sini, dibawah malam yang begitu cerah. Banyak bintang yang berhamburan disana, mambuat pandangan Erick dan Anya tertuju dengan satu bintang yang berukuran cukup besar jika dilihat dari bawah sini.

"Ky, lihat bintang itu gak?" tanya Erick sambil menunjuk bintang yang ia maksud kan.

"Lihat, bagus yah" jawab Anya

"Lo suka?"

"Banget"

"Nanti gue akan jadi salah satu dari mereka"

"Coba deh lo perhatiin, bintang itu cantik, dia indah dengan bentuk nya sendiri, dia membantu bulan untuk memancarkan cahaya nya ke bumi, tapi dia jauh dan sangat tidak mungkin untuk digapai. Sama kaya cinta, walaupun lo sangat sayang, walaupun lo sangat cinta tapi kalau cinta itu bukan milik lo dia akan seperti bayangan, nyata namun sulit untuk di genggam"

Penuturan Anya kali ini membuat Erick bungkam, seakan semua kalimat itu tertuju untuk diri nya. Bibirnya tersenyum getir, perasaan nya semakin tidak karuan. Semua ucapan Anya memang benar. Erick hanya lah perantara sesaat untuk kebahagiaan Anya.

"Jadi gak ada harapan lagi buat gue ngerebut hati lo?" kata Erick

"Ada, maybe" lalu Erick tertawa hambar, membuat Anya menatap bingung kearah nya.

"Kalo gue mau marah sama dunia karena dia memperlakukan gue dengan sangat tidak adil, apa gue egois?" lirih Erick

"Rick—" Anya mencoba menyentuh pundak laki-laki itu.

"Lo gak ngerasain Ky, disaat gue yang berjuang tapi dia yang dapetin lo"

"Gue sekarang percaya kenapa orang begitu rela ngelakuin apapun demi cinta. Apa cinta itu memang harus memilih? Apa cinta gak bisa buat semua pihak jadi bahagia? Jadi yang lemah itu gue atau cinta?"

"Mungkin gue yang lemah karena cinta" sambung Erick

• • • • •   

"Nanti sore jadi kerumah gue kan Ky?"

"Jadi Erick" Anya dengan memutar bola mata nya malas membuat Erick terkekeh.

Karena sudah hampir 35 kali Erick terus saja berbicara seperti itu membuat Anya benar- benar jengah. Telinga nya sangat bosan mendengar pertanyaan Erick yang sama disetiap detik nya.

JEEVAN [TAMAT]Where stories live. Discover now