Special Part 3

3.8K 112 4
                                    

Dua puluh delapan hari sudah Anya terbaring tidak berdaya diranjang rumah sakit dan selama itu pula Agam menjalankan hidup tanpa sosok seorang istri di sisi nya.

Dua puluh delapan hari sudah Agam tidak bertemu sekali pun dengan jagoan kecil nya, karena sampai detik ini Agam merasa bahwa bayi itu yang membuat Anya seperti manusia tidak bernyawa sekarang.

Banyak yang sudah mencoba membujuk Agam untuk sekali saja mengendong jagoan nya, namun tetap saja nihil. Agam selalu saja membentengi diri agar tidak terlalu dekat dengan anak nya sendiri.

Jangankan untuk bersentuhan, melihat nya pun Agam tidak bias. Agam tidak pernah membenci nya, Agam juga tidak pernah menyesal atas kehadiran nya, hanya saja Agam belum siap melihat sisi Anya yang lain dari wajah jagoan mereka.

"Bangun sayang..kita lihat anak kita sama-sama. Kebetulan aku juga belum pernah lihat dia hehe" kata Agam sambil menggenggam tangan Anya di tepi tempat tidur.

"Namanya Althaverick Maurer. Bagus kan?? Waahh jelas dong, aku yang kasih nama nya ckck"

Agam beralih mengusap rambut Anya, sangat pelan sampai tidak terasa air mata turun mengalir begitu saja dari kedua pipi Agam. Untuk menyembunyikan air mata nya Agam melesakan wajah nya di antara ngenggaman itu.

"Aku kangen.." gumam Agam pelan

"Kangen masakan kamu"

"Kangen omelan kamu setiap pagi"

"Kangen lihat ketawa kamu"

"Kangen dipeluk kamu"

"Aku kangen semua yang ada di diri kamu.."

Untuk kesekian kalinya Agam kembali memohon pada sang istri agar cepat membuka kedua matanya dan melihat bahwa Agam masih setia disisinya, masih setia menunggu Anya untuk bangun dari tidur nya yang sangat lama ini.

Terlalu banyak sudah pengandaian Agam ketika memang Tuhan akan memberikan takdir baru untuknya nanti, atau takdir hanya hidup berdua dengan sang jagoan.

Seandainya Anya pergi..

Seandainya Anya tidak ada..

Seandainya Anya tidak bangun lagi..

Seandainya Anya menghembuskan nafas terakhirnya..

Apakah Agam akan siap dengan ssmua itu?. Akan seperti apakah hidup Agam setelah dulu mereka sempat terpisah selama lima tahun, sekarang Tuhan kembali memisahkan nya. Bedanya sekarang raga Anya berada di sisinya, tapi nyawa nya yang entah ada dimana.

Sampai kapan Agam akan melanjutkan tangisan nya, bahkan nafasnya pun sudah tersenggal karena sedari tadi Agam terus saja mengeluarkan air mata, karena hanya dengan menangis Agam merasa sedikit lebih tenang.

Sampai ia pun tidak sadar bahwa Anya juga ikut menangis, ikut merasakan kesedihan yang sedang Agam rasakan saat ini. Walaupun kedua matanya terpejam rapat, tapi naluri seorang istri tidak pernah salah.

Tiba-tiba Agam merasakan seseorang membuka pintu kamar Anya, tanpa melihat siapa yang datang Agam sudah hafal..pasti mama nya dan membawa bayi itu ke hadapan Agam.

"Pergi mah, bawa Althav keluar.." kata Agam

Setelah mengatakan itu, Agam belum merasakan pintu kamar yang kembali tertutup. Tapi Agam justru merasakan seseorang mengusap bahu nya pelan, usapan itu sangat lembut dan membuat Agam semakin tidak bisa mengontrol tangisan nya.

"Mah..please, bawa Althav keluar--" pinta Agam sekali lagi

Agam merasa cukup geram karena sang mama yang menurutnya cukup menyebalkan, bukannya pergi tapi ia malah merasakan usapan itu naik ke rambut nya. Kemudian Agam mengangkat wajah nya berniat melihat kearah sang mama.

JEEVAN [TAMAT]Where stories live. Discover now