36#

2.5K 119 2
                                    

Sejak kejadian tiga hari yang lalu Anya masih mengurung diri di kamar, tidak berniat untuk makan malam atau sekedar membersihkan tubuh nya. Kondisi kamar yang sudah seperti kapal pecah, bantal yang sudah berserakan dimana-mana bahkan nyaris masuk kedalam kamar mandi.

Rambut yang biasa nya terlihat rapih dan halus kini tampak berantakan dan sedikit kusut, belum lagi mata nya yang sudah sangat memerah dan lingkaran hitam yang terpampang jelas disana membuat penampilan Anya semakin terlihat tidak karuan. Karena cinta bisa membuat Anya menjadi sekacau ini.

"Sayang, ayo kita harus pergi sekarang" panggil Diana.

Orang tua Anya memang sedang berada di Jakarta, mereka segera berangkat dari Italy setelah mendapatkan kabar dari mbak Lela bahwa anak tunggal nya itu sedang menghadapi masalah yang bisa dikatakan cukup serius. Begitu juga dengan Bagas yang langsung memberikan beberapa pukulan diwajah Agam saat ia tau bahwa putri nya sudah disakiti dengan laki-laki yang begitu brengsek.

"Mama sama papa aja ya, Anya gak bisa ikut" teriak nya dari dalam kamar.

"Tapi sa-"

"Please ma" lirih Anya.

Diana hanya menghembuskan nafas pelan mendengar suara lirihan Anya. Menatap nanar kearah pintu kamar yang kini tertutup rapat dihadapan nya, perlahan Diana ikut menangis merasakan betapa hancur nya perasaan Anya. Terlebih lagi ini adalah hari pernikahan Agam, Diana mengerti ini sulit bagi Anya.

Anya berjalan menuju balkon kamar nya saat mendengar suara deru mobil yang perlahan menjauh dari rumah nya, semua orang dirumah ini sudah pergi untuk menjadi saksi pernikahan Agam dengan wanita lain. Anya menangis lagi mengingat saat Nova meminta Anya untuk mengikhlaskan cincin tunangan mereka akan menjadi cincin pernikahan Agam dan Atha.

Pedih, sangat pedih. Setelah waktu itu Anya kehilangan Erick, lalu sekarang Anya harus kembali mengalah untuk melepaskan Agam dari genggaman nya, melepaskan Agam dari hidup nya. Laki-laki yang selama kurang lebih 2 tahun ini bersama Anya namun hari ini ia akan berstatus menjadi suami orang.

"Apa salah gue sampai semua yang gue miliki harus direbut secara paksa.." kata Anya sambil mengigit bibir dalam nya untuk menahan isak tangis agar tidak kembali keluar.

"Gue juga mau bahagia"

"Layak nya remaja yang bisa tertawa lepas, bukan dengan air mata di setiap hari nya-"

"Andai Tuhan memberikan gue pilihan, untuk berpisah atau tidak pernah bertemu sama sekali gue akan lebih memilih opsi yang kedua. Walaupun gue tahu berpisah bukan akhir dari segala nya, tapi ini terlalu menyakitkan"

Detik selanjutnya Anya hanya terdiam, melihat kearah bawah balkon kamar yang dulu menjadi saksi bisu antara hubungan nya dengan Agam tapi sekarang sudah tidak lagi, tidak ada lagi Agam yang selalu datang diam-diam kerumah nya, tidak akan ada lagi yang terus menghubungi Anya sampai larut malam.

Sekarang hidup Anya benar-benar kosong, Anya sendirian, tidak ada lagi sosok penyemangat nya. Kuliah nya terbengkalai, hidup nya berantakan, semua karena Agam. Semua nya sudah pergi, lalu hidup Anya sekarang untuk apa?.

Anya berjalan menuju ranjang dan mengambil ponsel nya, duduk di tepi ranjang dengan jemari yang membuka app Line dan kembali membaca pesan singkat nya dengan Agam beberapa hari yang lalu. Jujur Anya masih tidak menyangka bahwa ini semua benar-benar nyata, Anya masih berharap ada keajaiban bahwa ini semua hanya mimpi. Tapi itu semua tidak pernah terjadi.

Anya : "Maaf aku gak bisa hadir dipernikahan kamu, rasa nya aku gak sanggup ngeliat kamu akan menjadi milik orang lain. Oiya mama sama papa sudah berangkat barusan. Selamat ya Gam, semoga pernikahan kalian akan terus terjalin sampai kakek nenek. Aku janji, ini terakhir kali aku ngechat kamu. Aku sadar kamu sudah menjadi suami orang dan aku gak berhak ganggu hidup kamu lagi. Sekali ini selamat menempuh hidup baru Agam, bahagia selalu... and i love you".

JEEVAN [TAMAT]Where stories live. Discover now