Childhood Friend || HAECHAN NCT✔

tiga

Choi Nia Pov.

Jingle bells~ jingle bells~
Jingle all the way~
Oh what fun, it is to ride,
In one horse open sleigh~
Joy! Joy to the world~
Joy! Joy to the world~

Aku sedang mendengarkan lagu Joy yang dinyanyikan NCT DREAM. Suara lembut dari Donghyuck di akhir lagu ini membuat hatiku bergetar. Lagu ini mengingatkanku saat merayakan natal bersama Donghyuck dulu. Kami selalu menyanyikan jingle bells bersama-sama. Walau sekarang dia sudah dikenal dengan nama 'Haechan', aku tetap senang memanggilnya 'Donghyuck'.

Setelah debut menjadi idol, aku yakin dia sangat sibuk. Dan pastinya, bukan sembarangan orang bisa bertemu dengannya. Dia pasti sangat diawasi dan diatur sekarang. Tidak mudah baginya untuk pergi kemana saja apalagi untuk bertemu dengan seorang gadis. Bisa-bisa dia menuai hujatan, apalagi dari sasaeng fans yang menyeramkan itu.

Aku kembali berpikir bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya tanpa menuai hujatan. Menjadi tukang rias? Tidak bisa. Aku tidak punya keahlian merias. Menjadi manajer NCT? Tidak mungkin. Aku tidak sanggup mengatur member sebanyak itu. Satu-satunya cara agar aku bisa bertemu dia yaitu menjadi artis SM! Aku juga harus debut menjadi idol. Ya harus bisa! Ya, walaupun aku sendiri juga tidak yakin dengan kemampuan bernyanyiku.

Dulu sebenarnya, aku pernah mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi di Indonesia. Aku berhasil maju sampai babak sepuluh besar dan harus tereliminasi di babak lima besar. Tetapi sampai saat ini aku masih tidak percaya diri.

Aku mencari informasi SM Audition di internet. Kutemukan website smtown. Bingo! Aku dapat informasi! Audisi akan diadakan Februari tahun depan di Seoul. Aku harus ikut!

.
.
.
.
.
~~~

Lee Donghyuck Pov.

Comeback merupakan hal yang menyenangkan sekaligus melelahkan bagi idol sepertiku. Menyenangkan karena kami akan berganti style yang pastinya menambah ketampanan kami, diundang di berbagai acara musik, dan berinteraksi dengan para fans. Melelahkan karena kami harus menandatangani ribuan album satu persatu. Belum lagi ketika fansign. Kami harus melayani para fans dengan senyuman. Kami dituntut untuk profesional. Walau ketika kami memiliki masalah, kami harus tetap tersenyum. Kami harus bisa membedakan masalah pribadi dan pekerjaan.

Seratus album sudah kutandatangani. Masih ribuan album menantiku. Aku menghembuskan nafasku pelan.

Diam-diam, aku meraih rak tempat menyimpan barang-barangku. Kuambil album foto masa kecilku. Halaman demi halaman kubuka satu persatu. Halaman pertama, fotoku saat masih bayi. Halaman kedua, fotoku saat aku sedang habis mandi dan seluruh tubuhku dilumuri bedak.

Halaman ketiga saat aku berada di kolam renang memakai pelampung. Aku ingat saat itu, mamanya Nia yang memfotoku. Nia tidak mau berfoto denganku. Nia bilang ada gadis kecil yang menatapnya tajam karena iri padanya bisa dekat denganku. Katanya, gadis kecil yang menatapnya itu suka padaku. Aneh-aneh saja anak kecil.