TWM 7

3.2K 239 1
                                    

Sorry yah readers slow update sumpah lagi sibukkkkk

Happy Reading...

Yang mampu dilakukan Weng Zi hanya menyimak dan memperhatikan Hwang Hao yang sedang sibuk dengan para warga.

Sesekali jiwa wanita Weng Zi muncul tak kala mendengar tawa Hwang Hao yang teramat merdu di telinganya, mungkin kah ia menyukai Hwang Hao? Bisa saja karena siapa pun tidak bisa memungkiri betapa tampannya Pangeran Mahkota kerajaan Ming ini, seakan itu adalah warisan dari wajah tampan Raja Hwang dan cantiknya Ratu Hao.

"Apa sudah ada menikah?"

"Ppruufff" Weng Zi menyemprotkan minuman yang sempat ia seruput tadi, saat ia melihat sekeliling semua mata tertuju padanya bahkan ia dapat melihat wajah Hwang Hao yang sepertinya berusaha menahan tawanya.

"Tidak, saya belum menikah kalau dirinya kurasa dia juga belum menikah" Weng Zi mengangguk mantap mendukung perkataan Hwang Hao.

"Hahaha kebetulan disini kami banyak wanita cantik siapa tau di antara kalian ada yang berminat"

"Hahahaha" Weng Zi hanya tertawa kecut, sedang Hwang Hao hanya diam tampak berpikir.

"Jadi begini mulai sekarang penjagaan akan diperketat karena para petani sudah mulai panen, dan kemungkinan penyerangan akan sangat banyak"

"Anda benar kami mohon bantuan kalian!" Secara beesamaan Hwang Hao dan Weng Zi mengangguk.

###___

Raja Hwang berjalan menuju kediaman ratu Hao dan langsung menerobos masuk memeluk Hao Zi, Hao Zi yang masih memegang sebuah buku sontak terkaget.

"Yang mulia ada apa?" Tanya Hao Zi bingung, benar-benar bingung.

"Tidak apa-apa, hanya aku merindukan dirimu"

"Anda mulai lagi, hentikan! Aku sibuk"

sekarang ini raja sedang memasang wajah memelas, ia seperti memohon agar dituruti.

"Aku akan segera turu tahta!" Sejenak Hao Zi menghentikan aktifitasnya, terdiam mencerna ucapan kaisar.

Tiba ia menatap kaisar dengan tatapan menyidik "anda sedang tidak berguraukan yang mulia"

"Tidak, aku sedang tidak bergurau"

Tiba-tiba Hao Zi bangkit dan berjalan ke arah raja, menatapnya dengan penuh tanya namun dalam sekecap wajahnya berubah menjadi ceriah ditambah dengan pelukan yang berikan untuk raja.

"Keputusan yang bagus yang mulia, aku mencintaimu!"

###___

Weng Zi dan Hwang Hao sedang membantu warga untuk menyimpan hasil tani mereka di gudang pnyimpanan.

Sampai kedatangan seseorang membuat semua perhatian dan aktivitas terhenti sejenak, mata Hwang tiba-tiba berubah menjadi dingin saat menadpati pria itu.

"Untuk apa kau ke sini!" Tanya Hwang Hao pada pria yang tentu saja dari seragamnya Hwang Hao tau siapa dia.

"Hamba hanya mengantar pesan untuk anda" pria itu menyerahkan selembar kertas yang telah digulung dengan rapi.

"Terima kasih kau boleh kembali" dengan sedikit memberi hormat pria itu kemudian begegas meninggalkan desa.

Sementara Weng Zi yang penasaran, terus saja mencoba mengintip dan meneliti kemungkinan apa isi surat itu, namun hal itu segera di sadari oleh Hwang Hao.

Weng Zi hanya menyengir saat mendapati tatapan mata dari Hwang Hao, yang seakan mengatakan jangan.

"Surat apa itu?" Tanya Weng Zi.

"Tidak tau, aku akan membacanya nanti sebaiknya mari kita lanjutkan pekerjaan kita!" Weng Zi hanya mengangguk tapi disisi lain ia sangat penasaran.

Setelah merasa cukup dan selesai, Hwang Hao lebih dahulu meninggalkan Weng Zi dan beberapa warga yang sempat membantu, ia berjalan menuju tempat yang selalu ia dan Weng Zi gunakan untuk istirahat.

Tangan kekarnya beralih membuka kertas itu, dan matanya mulai meneliti dan membaca isi dari surat itu.

Selama membaca surat itu Hwang Hao hanya terdiam, matanya memperlihatkan kekhawatiran dan keresahan.

"Apa ada yang tidak beres?" Hwang Hao langsung tersadar dari khayalannya saat mendengar teguran Weng Zi.

"Tidak!! Hanya saja..." Hwang Hao menggantungkan kalimatnya, beralih menatap Weng Zi dalam.

Tampa melanjutkan perkataannya, ia malah menyerahkan surat itu kepada Weng Zi untuk ia baca sendiri.

Cukup lama Weng Zi membacanya dan akhirnya pun ia terkaget dengan isi surat itu.

"Jadi pihak istana memintamu untuk kembali, hari ini juga?" Tanya Weng Zi tidak percaya.

Hanya anggukan yang diberikan oleh Hwang Hao, ia tidak tau harus apa disisi lain ia berat meninggalkan desa yang sedang rentang-rentangnya diserang, tapi disisi lain ia tidak bisa menentang perintah isi surat itu yang bahkan terbubuhi stempel resmi kerajaan, berarti ini adalah perintah ayahnya.

"Maaf sepertinya aku harus kembali!" Ucap Hwang Hao yang mulai membereskan barangnya.

"Apa? Maksudku haruskah sekarang, dan kau ingin meninggalkanku sendiri tuan?" Ucap Weng Zi tinggi, yang seakan tidak menerima.

"Maafkan aku!" Weng Zi tidak lagi berkata, ia lebih memilih meninggalkan Hwang Hao yang sibuk dengan dirinya sendiri.

Weng Zi berjalan dengan wajah kesal, ia masih saja tidak percaya Hwang Hao akan mninggalkannya sendiri, apa dia ikut saja pulang bersama Hwang Hao.

Tapi pikiran itu segera hilang takkala melihat senyum semua orang saat menatapnya dengan penuh harap dan terima kasih.

Hati Weng Zi miris membayangkan bagaimana jika nanti hal yang membuat mereka bahagia direbut? itu pasti akan merubah segala suasana.

Langkah Weng Zi terus menjauh dari kediaman, menuju sebuah bukit kecil dengan pemandangan yang teramat indah.

cukup lama Weng Zi menghabiskan waktunya disana bahkan hingga hari hampir malam dan ia memutuskan untuk kembali.

Weng Zi hanya menatap kosong ruangan yang tadinya di isi oleh barang-barang Hwang Hao kini sudah bersih.

"Dia benar pergi-pergi!" Gumam Weng Zi sendiri.

********
Maaf yahh readers lama, perasaan author minta maaf mulu deh

Pokoknya author bakal berusaha buat lancarin update!!!

Jangan lupa tinggalin vote and comments!!

Terima Kasih

The Winners Of MeWhere stories live. Discover now