Bab 3

143 14 2
                                    

Hari ini hari Ahad, seperti biasanya Annisa' mengajak Kurnia, Ahmad Kurniawan, sepupu Annisa' yang masih SMP untuk menikmati udara pagi ini dengan jalan-jalan mengelilingi komplek perumahan.

Annisa' selalu meluangkan waktu liburnya untuk berolahraga. Karena menurutnya olahraga sangat penting bagi tubuhnya. Olahraga juga banyak manfaatnya, mungkin itu alasan Annisa' selalu meluangkan waktunya untuk sekadar jogging mengelilingi komplek.

"Kak, capek! Istirahat di taman komplek yuk!" ajak Kurnia.

Oh ya, Kurnia tinggal sementara di rumah Annisa' karena kedua orang tua Kurnia sedang ke luar kota untuk kepentingan bisnis.

"Baru segini aja udah capek. Laki bukan kamu??"

"Iih Kak Annisa' jahat. Aku cowok lah. Aku cuma nggak suka yang namanya lari. Kalau Kak Annisa' ajak aku duel basket mah. Siap 86" balas Kurnia sambil menjulurkan lidah__mengejek Annisa'

"Eh ni anak, udah tahu kakaknya nggak bisa masukin bola basket ke ring malah mau ngajak duel basket. Kamu ngehina kakak ya??!!"

"Peace kak." jawab Kurnia sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf V.

"Hmm. Langsung pulang aja. Kakak mau bantu bunda masak." kata Annisa' berjalan mendahului Kurnia.

"Eitsss bentar. Emang kakak bisa masak??"

"Kamu tanya atau ngehina kakak sih, Kur??" tanya Annisa' penuh selidik.

"Dua duanya sih, kak. Setahu aku, kakak kan nggak suka masak dan nggak punya bakat memasak" kata Kurnia tulus sehingga membuat Annisa' mengurungkan niatnya untuk mengomel pada satu orang menyebalkan ini.

Terdengar Annisa' menghembuskan napasnya panjang.

"Ok. Kakak emang nggak suka masak lebih suka ngurung diri di kamar baca novel atau buku apapun sambil dengerin shalawatan pakai earphone kadang buat cerpen atau nggak buat puisi gitu..." Annisa' berhenti sejenak untuk menghirup oksigen, bau selesai jogging malah ditanya perihal memasak jadi Annisa' harus cerita panjang lebar supaya satu bocah itu nggak kebanyakan tanya. Dasar Kurnia nyebelin.

"Waktu itu, kakak pernah hampir satu hari nggak keluar dari kamar gara gara baca novel terus ayah tahu, ayah ngancem bakal bakar novel novel kakak karena kebanyakan novel percintaan. Terus kakak nangis lah, nggak terima. Kakak beli novel aja dari nyisihin uang saku sendiri nggak minta ayah atau bunda uang lagi. Terus ayah bilang, kalau kakak harus pandai membagi waktu jangan kebanyakan baca novel hingga lupa buat baca Al-Qur'an, kakak juga harus berlatih buat bantu pekerjaan bunda seperti memasak. Sejak saat itu kakak merenung, banyak banget kesalahan kakak. Kakak dulu orangnya pemalas dan egois. Terus semakin ke sini kakak mau berubah jadi lebih baik. So, kakak latihan memasaklah." cerita Annisa' panjang lebar dan Kurnia yang mendengar menepuk kepala Annisa' yang terbalut khimar instantnya.

Tak terasa Annisa' dan Kurnia sampai di depan rumah Annisa'. Annisa' lantas masuk ke dalam rumah sedangkan Kurnia duduk di teras.

"Assalamualaikum bunda. Nisa' pulang"

"Wa'alaikumsalam. Lah Kurnianya mana?" tanya bunda sambil menyalami tangan Annisa'

"Di teras bun. Ayah mana?"

"Oh. Ayah di halaman belakang, nanam sayur kayaknya"

Annisa'Where stories live. Discover now