Bab 14

64 11 0
                                    

"Em, maaf ya Xa. Kamu nggak ada niatan buat nutup aurot, pakai khimar gitu ?"

"Pengen sih, Nis. Tapi aku takut lepas pakai kan jadi nggak baik. Aku rasa hidayah juga belum menjemput ku...."

Deg.

"Maaf ya, Xa. Apakah kamu berpikiran bahwa hidayah itu harus ditunggu?" Alexa mengangguk meskipun terlihat ragu.

"Hidayah itu dijemput bukan ditunggu Xa."

"Loh kok bisa? Caranya gimana?"

"Berdo'alah pada Allah supaya memberikan hidayah. Em, Kamu pernah nggak merasa ingin lebih tahu tentang islam? Pernah ada niatan untuk berubah menjadi lebih baik lagi? Pernah ada niatan buat sholat di awal waktu? Kalau nggak, pernah ada niatan buat selalu sholat 5 waktu?"

"Pe..pernah."

"Secara tidak langsung, hidayah sudah menghampiri mu dia sudah menyapamu karena hati mu kan sudah mulai tergerak, bukan? Dan kamu tinggal menjemputnya."

"Tapi itu rasanya masih sulit, Nis. Gue takut dikatain sok alim, sok suci dan lebih parahnya lagi perkataan dan perilaku gue belum sesuai sama pakaian yang gue pakai nantinya ."

Annisa' tersenyum tulus. "Semuanya itu tergantung pada diri kita sendiri, tergantung niat kita. Kalau niat kita tulus lillahi ta'ala, in syaa Allah, makian, cacian, dan ujian yang akan datang bisa kita atasi. Terkadang, kita harus berpura pura menulikan telinga supaya tidak mendengar perkataan buruk mereka yang dapat membuat kita goyah.

Dan berhijrah itu tidak langsung berubah seratus persen menjadi baik bak malaikat semuanya itu bertahap, semua itu ada prosesnya. Ketika kita mulai berhijrah, cari kawan yang ngertiin kita, yang bisa bimbing kita menjadi lebih baik, yang bisa memberi dorongan semangat supaya istiqomah, jadi kalau suatu ketika kita jatuh ada orang yang mengulurkan tangannya, mengajak kita untuk bangkit kembali.

Satu lagi, perkataan, perbuatan dan bahkan karakter kita mungkin bisa kita rubah seiring berjalannya waktu. Misal, kamu udah pakai khimar juga jilbab panjang nih ya, ketika kamu akan berbuat yang aneh aneh kamu pasti bakal berpikir dua kali. Ketika ada niatan untuk berhijrah, kamu pasti bisa meninggalkan hal hal buruk mu dan in syaa Allah kamu akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi."

"Eemm jadi gitu ya, Nis?." Annisa' menganggukan kepalanya.

"Makasih ya Nis, tapi maaf kayaknya aku masih butuh waktu untuk itu."

"Sama-sama. Sudah sepantasnya aku mengajak pada kebaikan. Nggak papa, Xa. Aku di sini hanya ingin mengajak bukan memaksa. Tapi kita nggak tahu kapan kita akan menghembuskan napas untuk terakhir kalinya. Dan ingat kita sudah baligh sudah menjadi kewajiban kita untuk menutup aurot."

***

Hari ini udaranya sejuk membuat mata sedikit mengantuk tetapi tidak untuk murid SMA Bhinneka kelas Xl IPS 1. Mereka dengan lincahnya memantulkan bola basket di lapangan.

"Sya, Nai, gimana acaranya kemaren?"

"Seru sih Nis, aku nggak nyangka ternyata pramuka itu nggak itu itu aja. Pokoknya seru banget, aku nggak ngerasa bosen malah pengen ikutan lagi tapi badan aku capek banget. Dan ternyata pramuka itu luas banget." ujar Naira sambil merentangkan kedua lengannya pada kata 'luas banget'. Hehe.

"Seluas apa emang?"

"Seluas tujuh samudra di dunia. Wkwk."

"Jadi love scout, nih?" Naira mengangguk.

"Iya lah, orang kepincut ama kakak kakak pramuka yang katanya imut dan ganteng, ya gimana ya?" sindir Resya pada Naira.

Annisa'Where stories live. Discover now