Bab 7

107 12 0
                                    

Annisa' disambut hangat oleh kedua orang tuanya ketika sampai di rumah. Rasa lelah lenyap begitu saja ketika melihat orang yang paling ia sayangi. Namun rasa nyeri di kakinya masih saja membekas. Annisa' segera beranjak ke kamarnya untuk istirahat.

Ketika Annisa' tiba di kamarnya, Annisa' langsung merebahkan dirinya di kasur king size dan dalam hitungan detik, Annisa' sudah berada di alam mimpi.

Annisa' sudah tidur selama dua jam tetapi ia belum kunjung keluar dari kamarnya. Adzan dhuhur sudah berkumandang sembilan puluh menit yang lalu.

Tok... Tok... Tok...

"Nisa', udah bangun belum?" tanya Bunda Gita di depan pintu kamar Annisa'.


Tak ada jawaban. Bunda Gita langsung memutar knop pintu kamar Annisa'.

Betapa terkejutnya Gita, ketika melihat Annisa' masih tidur dengan baju yang sama ia pakai ketika pulang dari persami tadi dan lebih parahnya Annisa' tidur dalam keadaan tertelungkup. Keadaan tidur yang dibenci oleh Allah.

Dari Ya'isy bin Thaikhfah Al-Ghifariy ra., ia berkata: Ayah saya berkata :"Pada waktu saya tiduran menelungkup di dalam masjid tiba-tiba ada seseorang menggerakkan saya dengan kakinya dan berkata :"Tidur semacam ini adalah tidur yang dimurkai (dibenci) oleh Allah." Dan ketika saya lihat, ternyata orang itu adalah Rasulullah saw." (HR Abu Dawud)

"Astagfirullah, Annisa'. Bangun sayang." kata Bunda Gita sambil menguncangkan badan Annisa'.

Annisa' membuka matanya. "Maaf bunda, sekarang jam berapa ya?" kata Annisa' seraya bangkit dari tidurnya.

"Jam satu lebih lima belas menit."

"Kok bunda nggak bangunin Nisa' sih??"

"Bunda kira kamu udah bangun, ternyata masih tidur tertelungkap pula. Kamu tahu bukan tidur menelungkap adalah tidur yang dimurkai Allah??"

"Afwan bunda, Annisa' kecapekan." kata Annisa' memeluk bundanya.

"Iya. Jangan diulangi lagi ya. Sekarang kamu sholat. Bunda tunggu di meja makan!" kata Bunda Gita membalas pelukan Annisa' lalu pergi ke ruang makan.

Annisa' berjalan menuju meja makan. Dengan jalan terpincang, entah kenapa rasa sakit di kakinya belum juga hilang.

"Ayah... Bunda... Maaf makan siangnya jadi molor."

"Nisa' kaki kamu kenapa?" tanya sang ayah.

"Nggak papa, yah. Cuma kesleo aja kok."

"Beneran?? Nanti setelah makan siang kita ke rumah sakit ya." ajak bunda.

"Aduh bunda ku sayang, nggak usah. Annisa' nggak papa kok, kemarin juga udah ditangani sama kakak PMR."

"Tetap harus diperiksa, sayang. Takutnya nanti ada apa-apa. Pokoknya harus diperiksa kalau perlu dirontgen." kata bunda protektif.

"Nggak perlu, bun. Mungkin besok udah sembuh kok. Jangan pikir yang aneh-aneh, bun."

"Tap..."

"Bunda, sudah. Jika Annisa' tidak mau tidak usah dipaksa. Semoga besok sudah sembuh." kata Ayah menengahi.

Annisa' bangkit mengambil nasi.

Annisa'Where stories live. Discover now