Bab 6

101 12 0
                                    

"Oh ya Nis, tadi kamu dicari sama seseorang. Mungkin satu tingkat di atas kita, tapi aku nggak pernah lihat dia. Kayaknya bukan anak SMA kita deh. Tapi kok bisa kenal kamu ya??" heran Imam.

"Cowok atau cewek?" tanya Reza penasaran.

"Cowok, tapi dia cuma sebentar terus pergi dari area perkemahan." jawab Imam jujur.

"Kamu tahu namanya siapa nggak, Mam??" tanya Annisa'.

"Namanya aku lupa siapa. Maaf ya Nis."

Terlihat Annisa' menghela napas kasar. "Emm iya Mam. Nggak papa, makasih infonya."

***

Annisa' hanya tidur semalam di tenda kesehatan, malam ini ia memutuskan untuk tidur di tenda bersama temannya. Annisa' terbangun ketika jam di tangannya menunjukkan pukul tiga. Annisa' tidak tega untuk membangunkan Resya, Naira dan Alexa karena Annisa' iba melihat lelah di wajah teman temannya yang mengikuti kegiatan cari jejak kemarin pagi hingga hampir ashar. Akhirnya Annisa' berjalan sendiri menuju tempat wudhu untuk segera berwudhu dan menjalankan sholat tahajud.

Meskipun berjalan dengan terpincang, Annisa' tetap menjalankan sholat sunnah tahajud. Karena menurutnya, jikalau meninggalkan suatu sunnah maka dia telah rugi karena kehilangan pahala. Lagi pula Annisa' sudah terbangun, rugi besar jika ia membiarkan waktu yang sangat mustajab dikabulkannya do'a untuk tidak melaksanakan sholat tahajud dan mencurahkan isi hatinya kepada Sang Illahi.

Setelah Annisa' selesai sholat tahajud, Annisa' duduk di depan api unggun yang padam. Annisa' berniat menyalakan api unggun namun niatnya ia urungkan karena seseorang baru saja menyalakan api unggun.

"Assalamualaikum Nis, udah bangun?" tanya orang itu.

"Wa'alaikumsalam Mam, i-iya." jawab Annisa' pada Imam. Ya, seseorang itu adalah Imam.

Imam duduk berjarak kurang lebih 2 meter dari Annisa'. Imam bersama temannya Eran, murid kelas X IPA1 tetapi Eran sedang membuat teh jarak mereka kurang lebih 1 meter.

"Kaki kamu udah sembuh, Nis?" tanya Imam membuat Annisa' sedikit gugup.

"Alhamdulillah udah lumayan sembuh, Mam."

"Alhamdulillah. Tapi kamu kalau jalan masih agak pincang ya?" tanya Imam ragu.

"Hehe iya masih"

Annisa' merasa dingin karena tidak memakai jaket. Annisa' mendekatkan kedua tangannya pada api unggun supaya hangat. Melihat hal itu, Imam beranjak menyerahkan jaket yang ia pakai pada Annisa'.

"Nih, pake aja Nis." kata Imam membuat Annisa' membeku. Aduh kaya air aja membeku😅 Namun Annisa' tak kunjung mengambilnya, karena merasa tidak enak hati.

"Ambil aja kalau kedinginan. Imam mah nggak bakal kedinginan orang jelmaan es kutub kaya gitu." kata Eran tiba tiba muncul.

Mendengar itu, Annisa' tertawa pelan kemudian mengambil jaket milik Imam dan mengucapkan terima kasih. Ya begitulah, Imam kadang bersifat dingin sedingin es di kutub tetapi tiba tiba bisa bersifat hangat sehangat wedang jahe. Eh, author jadi promosi wedang jahe.

"Kok kamu sendiri aja Nis?" tanya Eran.

"Hehe iya Ran, abisnya aku nggak tega mau bangunin Resya, Naira sama lainnya soalnya mereka kaya kecapekan gitu gara-gara cari jejak kemarin."

Annisa'Where stories live. Discover now