Broken

9.1K 1K 36
                                    

KARA

Kembali ku pijit kepalaku yang terasa berat dan semakin berdenyut-denyut seakan mau pecah.

Ku putar mataku dengan lelah saat melihat Iori menceritakan betapa menyenangkannya dan betapa ia sangat menikmati makan malamnya dengan Zack dan bagaimana romantisnya Zack memperlakukannya semalaman.

"Lihatlah..." Iori kembali menunjukkan jari manisnya yang kini sudah melingkar cincin dengan berlian besar seukuran kancing baju tidurku.

"Aku tahu kamu berpikir aku jahat pada si beruang besar tapi aku sedang jatuh cinta Kara..." aku mendesah panjang, tidak tahu lagi harus bicara apa.

"Jadi..." aku menggantung pertanyaanku, memejamkan mata sejenak menahan sakit kepala campur rasa kesal.

Kesal? Iya aku kesal padanya. Bisa-bisanya saat ini dia bercerita dengan riang tanpa beban sementara aku disini merasa semakin sakit kepala setiap mengingat kejadian tiga hari yang lalu.

"kamu menghilang tiga hari ini karena itu?" lanjutku sambil menatap Iori yang segera menghambur padaku dan memelukku.

"Dia sangat romantis sekali... aku rasa aku benar-benar tergila-gila padanya..." aku menghembuskan napas dengan kesal.

"Kenapa?" tanyanya sambil melepaskan pelukkannya padaku dan menatapku heran.

"Beruang besarmu-"

"Ahh, dia..." Iori menggantung ucapannya dan merebahkan tubuhnya di tempat tidurku.

"Baru?" aku menaikkan alisku mendengar pertanyaan Iori.

Jantungku tiba-tiba berdebar keras saat mataku menatap kearah tangan Iori yang sedang menepuk tempat tidurku.

"Umm, itu... kemarin terkena tumpahan saus!" ucapku gugup.

"Saus? Seorang Kara makan di tempat tidur? Woahhh..." Iori geleng kepala.

"Tunggu dulu!" Iori duduk saat aku berdiri dari tempat tidurku.

"Apa Damian datang kemari dan menemanimu selama aku tidak ada?"

"Hah?Um..."

"Kau tahu, kamu itu tidak pandai berbohong..." Iori menyipitkan matanya dan mengendus padaku seolah ada sesuatu yang bau pada tubuhku.

"Hm?" aku mengedipkan mataku dan kemudian meringis.

"Iya Damian datang..." aku tersenyum kikuk.

"Kara bodoh! Yang datang tunanganmu Iori bukannya pacarku!"gumamku dalam hati, merutuki kesalahanku.

"Jadi..." Iori berdiri disampingku yang sedang menyibukkan diri merapikan meja riasku yang hanya berisi bedak, lipstik, lotion dan parfum murahan yang aku beli dari toko di ujung jalan dengan harga diskon.

Diskon, aku adalah wanita pecinta diskon. Radarku akan menguat saat ada diskon, mungkin efek ekonomiku yang standart dan tinggal di kota besar ini.

"Apa yang kalian lakukan sampai sprei tempat tidurmu harus diganti?" Iori tersenyum lebar dan terkikik.

"Apa akhirnya kalian menghabiskan waktu dengan hot nya?" aku melirik Iori yang bersandar di meja sambil bersedekap.

"Itu pertama kalinya kan? Apa dia melakukkannya dengan hati-hati?" Iori menggigit bibirnya dan menatapku.

"Astaga, apa kau demam? Kenapa wajahmu memerah sekali?" dia tidak perhatian tapi sedang menggodaku.

Wajahku memang terasa panas dan aku bisa memastikan wajahku akan memerah.

"Ayo ceritakan padaku..." aku menggigit bibirku. Bagaimana mungkin aku menceritakan hal yang tidak seharusnya terjadi itu padanya.

"Iori-"

FallWhere stories live. Discover now