Mother in Law

5.8K 981 49
                                    

ABER

Tepukan dan usapan lembut di kepalaku semakin membuaiku untuk menutup mata. Kami baru saja melakukan percintaan yang panas di ranjang kami dan kini entah kenapa aku ingin bermanja ria di pangkuan istriku—Kara.

Dia kembali mengusap rambutku dan juga alisku—terasa sangat nyaman.

Aku meraih tangannya, ku kecup telapak tangannya yang tadi mengusap kepalaku, "Aku mencintaimu..." gumamku pelan tanpa membuka mata.

"Hm-em..." sahutnya lalu kurasakan dia membungkuk dan mengecup keningku, bisa kurasakan dia tersenyum hingga membuatku membuka mata.

Aku bergerak dan merubah posisi tidurku yang kini mengahadap ke perutnya yang masih rata. Ku angkat kepalaku untuk memberikan ciuman pada perutnya—lebih tepatnya aku tujukan pada Little A.

"Aku juga mencintaimu..." kataku setelah kembali merebahkan kepalaku di pangkuan Kara.

"Apa dia membuatmu lelah?" tanyaku pada Kara yang masih tersenyum.

"Tidak. Tidak sama sekali. Ini sangat menyenangkan..." katanya riang.

"Yah, ini memang menyenangkan..." aku tersenyum.

"Um, aku belum menyiapkan nama mereka..."

"Mereka?" tanyanya sambil menaikkan alisnya.

"Mungkin saja ada dua, tiga atau empat?" kataku tak peduli.

"Kamu kira aku ini Cloe yang melahirkan banyak anak?!" protesnya sambil berdecak dan aku hanya tersenyum.

"Aku akan sangat iri kalau Cyber punya dua atau tiga anak dan aku hanya punya satu..." sahutku.

"Astaga, Ab!" pekiknya kaget saat aku tiba-tiba menggigit telapak tangannya.

Aku tertawa sementara dia mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

"Semakin lama kau seperti Cyber, suka menggigit!" protesnya dan aku kembali tertawa.

Suara pintu kamar yang diketuk menyela kegembiraan kami.

"Jaquen..." geramku. Aku yakin itu dia, tak seorang pun di rumah ini yang berani mengetuk pintu kamarku selain pria itu.

"Tuan Aber..." suaranya terdengar setelah ketukkan di pintu kamarku terhenti.

"Aku akan menyuruhnya berlibur saja kalau dia terus mengganggu!" protesku kesal dan Kara yang tadinya cemberut kini berbalik tertawa cekikikan.

"Jangan keluar dari selimutmu!" aku mengingatkannya.

"Bagaimana kalau aku keluar dari selimut?" Kara menarik selimutnya dan menjulurkan kakinya.

"Jangan menantangku Mrs. Alcander..." aku bangun dan meraih celana tidur yang teronggok di lantai dekat kabinet.

"Awas!" aku memperingatkan Kara yang terkikik di balik selimutnya.

Aku memasang wajah kesal saat melihat wajah datar Jaquen.

"Selamat siang, maaf, apa saya mengganggu?" Jaquen menunduk sopan lalu menegakkan kepalanya.

"Apa perlu kau bertanya?" sahutku kesal.

"Maaf tuan Aber. Tapi saya harus menyampaikan kabar ini..." Jaquen menunduk lagi lalu menyerahkan sebuah amplop cokelat.

Aku menatap amplop itu lalu menatap Jaquen kembali.

"Ini adalah bukti keterlibatan Mr. Walles dalam kasus kecelakaan itu. Serta—"

Aku mengangkat tanganku, "Kau benar-benar ahli merusak suasana, Jaq." kataku kesal lalu menutup pintu di belakangku.

FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang